Bagian 7

1.9K 64 0
                                    

Bagimana ceritanya? SIlahkan komen, like dan sharenya ya.

"Assalamu'alaikum Ibu."

"Wa'alaikumsalam, anak ibu sudah pulang, mana abang ojeknya?"

Tiara menengok ke halaman tidak ada motor yang berhenti di sana. Tiara masih penasaran mencari-cari motor.

"Furqan diantar sama Om Ikhwan Bu, tadi di tengah jalan motor Bang Adi mogok, terus ketemu Om Ikhwan."

"Sekarang Om Ikhwannya mana?"

"Langsung pergi Bu. Ini...ada titipan, maaf Furqan mampir dulu ke tukang bakso sama Om Ikhwan."

Tiara tersenyum mendengar penjelasan anaknya, dia tahu banget siapa Ikhwan, tetangga kampungnya dan juga kakak kelasnya di SMP.

"Bu...ini baksonya."

"Oh...iya, terima kasih."

"Terima kasihnya sama Om Ikhwan Bu, hehe."

"Iya...nanti kalau ketemu, langsung mandi ya Sayang."

Furqan masuk ke dalam kamarnya dan keluar lagi sudah membawa handuk , ibunya tersenyum melihatnya. Setelah memastikan anaknya ke kamar mandi, Tiara masuk ke dalam kamar anaknya, di buka tas sekolahnya, dikeluarkan tempat makan yang sudah kosong dan buku penghubung.

Tiara memeriksa kegiatan anaknya lewat buku penghubung dari sekolah karena di situ tertulis semua apa yang dilakukan di sekolah bahkan, baik buruknya. Sebuah catatan Bu Dian menarik perhatian Tiara.

'Alhamdulillah, hari ini Furqan sudah kembali seperti semula, ceria, dan bersahabat, shaleh terus ya.'

Tiara tersenyum bahagia, walaupun di ruang hatinya ada yang kosong tapi hal seperti ini dapat mengobatinya. Dia melihat buku-buku pelajaran anaknya, dia sangat senang melihat perkembangan nilai dan hafalan anaknya.

"Bu..."

Tiara langsung memeluk anaknya yang muncul di depan pintu kamar."Terima kasih ya Sayang...kamu sudah memberikan yang terbaik untuk Ibu dan papamu."

"Ibu tandatangani buku penghubungku ya, " katanya setelah melepaskan pelukan ibunya.

"Iya...Sayang."

"Apa...papa ingat kita Bu."

"Pasti Sayang...Tapi belum saatnya kita bertemu papa. Ibu yakin kita pasti akan dipertemukan dalam kondisi yang lebih baik. Do'akan papa ya?"

"Iya...Bu."

Tiara kembali memeluknya, air matanya tak terbendung melihat sorot mata anaknya yang menahan rindu. Haruskah dia mencari suaminya? Tapi bagaimana jika Suaminya sudah bahagia dengan keluarga barunya? Tiara beberapa kali menyeka air matanya, dia tahu tidak boleh egois tapi bukankah semua ini pilihannya? Kenapa dia harus menyesalinya? Bukankah dia harus mempertanggungjawabkan apa yang sudah dipilihnya?

"Bu...Furqan ke masjid sama kakek dulu ya."

"Iya...Sayang, maafkan Ibu ya?"

"Ibu...tidak bersalah, ibu adalah wanita terhebat buat Furqan, bukankah Nabi Ismail juga dibesarkan sendiri oleh ibunya? Sementara ayahnya Nabi Ibrahim berjihad di jalan Allah? Furqan harus bisa seperti Nabi Ismail Bu."

"Kamu pinter sekali Sayang?"

"Om...Ikhwan yang mengajarkannya Bu."

Deg

Jantung Tiara terasa berhenti berdetak, akhir-akhir ini Furqan selalu menyebut nama Ikhwan. Bahkan dia pernah janjian sama Ikhwan untuk pergi main sepak bola. Tiara memang kenal tapi tidak tahu persis bagaimana Ikhwan, tapi dia senang setidaknya dia memberikan pengaruh yang baik sama Furqan.

Ketika Keikhlasan Cinta DiujiWhere stories live. Discover now