Bagian 19

1.8K 62 0
                                    

Silahkan vote, komen dan order novel sebelumnya ya, bagi yang belum.

Asih pingsan, saat dokter menyatakan bahwa dirinya hamil. Hendi yang panik antara bahagia dan sedih melihat kondisi istrinya segera menghubungi mamanya.

Para medis segera menangani istrinya dengan cepat. Dia faham benar, istrinya belum siap untuk mempunyai anak tapi sebagai suami dia harus bisa meyakinkan dan memberinya kekuatan.

Orang tua keduanya sudah berkumpul di ruang rawat inap. Mereka sama seperti Hendi bahagia mendengar berita kehamilan dan sedih melihat kondisi Asih saat ini. Sudah satu jam, Asih belum sadar. Hendi dengan sabar dan telaten menunggu, membaca ayat-ayat Al qur'an.

"Mas ...."

Hendi segera menyudahi bacaannya, mencium kening istrinya memberi kekuatan.

"Bersyukurlah, Sayang."

"Aku takut, Mas. Takut tidak bisa mendidik anak kita nantinya."

"Sstt ... kita akan mendidik sama-sama ya. Lihat ada mama, ibu dan bapak juga."

"Selamat ya, Sayang. Kamu membuat kami semua bahagia, karena memberikan cucu buat kami jadi nggak perlu bersedih."

"Terima kasih, Ma, Bu, ajari Asih ya?"

"Kami akan selalu berada di dekatmu, Sayang. Tenanglah, sekarang makan ya, biar cepat pulih dan kuat cucu Mama."

"Iya, Ma."

Hendi mengambil makanan yang sudah disiapkan. Dengan sabar menyuapi istrinya yang masih enggan unutuk membuka mulut. Dia sangat bahagia karena istrinya sudah bisa menerima keadaannya.

***

"Shafiyah!"

Furqan terkejut melihat teman sepengajiannya ikut kegiatan di sekolahnya.

"Furqan, ternyata kamu sekolah di sini? Pantesan jarang kelihatan."

"Iya, kamu sekolah di mana?"

"Aku sekolah di SMP negeri 2."

"Kok bisa ikut lomba di sini, lumayan jauh, kan?"

"Lihat pengumuman saja dan mau tes kemampuan sekalian nambah ilmu. Ada Nida juga kok, sudah ketemu belum?"

"Belum, di mana dia? Sama siapa?"

Jantungnya bergetar mendengar nama Nida disebutkan. Dia mengingat kembali pertemuan terakhirnya saat perpisahan di sekolah, tidak berakhir dengan baik.

"Tadi aku ketemu di meja regristasi, nggak tahu dengan siapa."

"Baiklah, aku ke sana dulu ya, nanti aku ke sini lagi. Semoga sukses."

Furqan meninggalkan temannya yang duduk di kursi peserta. Dia sendiri sebagai peserta dan panitia lomba. Sekolahnya selalu mengadakan lomba di setiap awal semester genap, selain untuk promosi juga untuk mengetes kemampuan para siswanya.

Selain perlombaan, sekolah juga menyelenggarakan pameran berbagai hasil kreasi siswa dan hasil kebun sekolah. Setiap stand dijaga siswa yang sudah terlatih berbicara di depan umum. Selain mengikuti lomba tahfidznya, Furqan dipercaya untuk menjaga stand hasil kebun sekolah.

Brukk

Furqan menabrak punggung seorang wanita sehingga menjatuhkan barang bawaannya, beruntung orangnya tidak jatuh.

"Maaf, aku buru-buru jadi tak sengaja...."

Ucapannya terhenti setelah melihat siapa yang ditabraknya, begitu juga dengan seorang anak wanita yang ditabraknya.

Ketika Keikhlasan Cinta DiujiWhere stories live. Discover now