Bagian 8

4.1K 72 0
                                    

Terima kasih yang sudah membaca, silahkan vote and komennya ya.

Hari ini Tiara diajak ke rumah Hendi di kota tapi dia menolak, Tiara akan menunggu di rumahnya saja menantikan kehadiran Hendi dan orangtuanya.

Setelah dua minggu menimbang dan meminta petunjuk sama Allah, Tiara memutuskan menerima Hendi.

Sebenarnya Tiara sempat ragu ketika bapaknya bilang ada yang menginginkan Tiara menjadi istrinya juga, tapi Tiara menjadi yakin karena yang meminang ke bapaknya tidak mau disebutkan identitasnya. Bapak juga sempat mendiamkannya beberapa hari sebelum menghargai keputusan Tiara.

Flasback on

"Kamu sudah mantap memilih Nak Hendi, Tiara."

"Insya Allah Pak."

"Bagaimana jika ada yang lebih shaleh melamarmu juga?"

"Siapa Pak?"

"Ada...Tiara, dia teman Bapak di masjid, dia juga yang selalu menemani Bapak ngobrol dan bicara tentang apa saja termasuk dirimu. Usahanya sukses walaupun tidak sebesar Hendi, tapi dia tidak mau memberikan identitasnya ataupun bertemu denganmu sebelum kamu setuju menikah dengannya."

"Bagaimana Tiara mengenalnya Pak? Kalau dia tidak mau memberi identitas atau bertemu."

"Baginya cukup lewat Bapak saja yang menyampaikan."

"Tapi Tiara sudah memilih Mas Hendi Pak?"

"Apa kamu sudah bilang padanya?"

"Belum sih."

"Berarti masih ada kesempatan untuk merubahnya Tiara."

"Apa Bapak tidak menyukai Mas Hendi?"

"Bukan tidak suka Tiara, tapi dari segi keimanannya lebih bagus dia daripada Nak Hendi, dia sudah sangat matang dalam memandang hidup."

"Bukannya Mas Hendi juga mau berubah menjadi baik Pak? Bukankah selama kenal Tiara justru Bapak yang semangat mengajarkan dia segala yang dia tidak tahu terutama bagaimana menjadi seorang muslim dan imam yang baik , Mas Hendi mau melakukan semuanya kan? Bukankah Bapak juga sering bilang yang penting orang itu mau terus berubah menjadi baik dan belajar? Bukankah kekurangan pasangan adalah kelebihan dan ladang jihad buat kita Pak?"

Bapaknya terdiam, dia menyadari semua itu dia ucapkan ketika Tiara mengingatkan jangan terlalu akrab dengan Hendi. Tapi bapaknya optimis kalau Hendi bisa menjadi lebih baik. Ibunya yang dari tadi diam mendekati Tiara.

"Nak pernikahan itu kalau bisa sekali seumur hidup, jadi harus benar-benar memertimbangkannya. Bapak dan Ibu tidak melarang kamu memilih Nak Hendi tapi coba pikirkan lagi. Jika ada yang lebih bagus ibadahnya pilihlah dia, karena itu yang paling penting dalam hidup Nak."

"Bagaimana jika orang itu membutuhkan kita untuk memperbaiki ibadahnya Bu, bukankah itu juga lebih baik?"

"Pilihan di tangan kamu Tiara, Bapak cuma menyarankan, semua yang akan menjalani adalah kamu termasuk segala konsekuensinya nanti. Dan Bapak juga menyampaikan amanat dari orang tersebut, kalau dia sudah lama memperhatikan kamu, menyukai kamu dan senantiasa setia menunggumu."

"Tapi dia caranya aneh Pak, coba dia sebutkan identitasnya saja, mungkin Tiara bisa berfikir ulang."

"Karena dia tidak mau, kamu memilihnya karena fisik, dia hanya ingin kamu memilihnya karena ibadah dan kehidupannya."

"Tapi kan Tiara tidak tahu Pak."

"Bapak kan tahu Tiara, dia shaleh dan sukses juga."

Tiara diam, pikirannya melayang membayangkan seorang pemuda yang rajin ke masjid dan sukses, setahu dia, pemuda tetangganya biasa saja. Yang rajin ke masjid biasanya yang sudah tua dan beristri. Kenapa dia menyembunyikan identitsanya? Tapi tak bisa dipungkiri Tiara penasaran walaupun hatinya sudah tertambat pada pemuda kota itu.

Ketika Keikhlasan Cinta DiujiWhere stories live. Discover now