Lima Belas

1.8K 89 16
                                    

"Kenangan. Satu kata berjuta rasa."

💫💫💫

     Waktu terasa sangat cepat berlalu. Bunga terbangun dari tidur siangnya sepulang sekolah tadi. Sebenarnya ia merasa sedikit heran, kenapa tidak ada yang membangunkannya untuk makan siang?

Bunga pun beranjak ke kamar mandi dan setelah itu bergegas menuju dapur. Ia melihat ada tiga buah sticky note tertempel di kulkas.

Bunga membaca masing-masing tulisan yang ada di sana. Memo itu dibuat oleh bundanya yang mengatakan akan pulang besok pagi karena menginap di rumah sakit menemani pamannya, begitu juga dengan Gilang dan Clara yang akan pulang larut malam, sibuk dengan urusan masing-masing.

Diambilnya sekotak susu coklat dan dua potong red velvet cake milik Clara. Jika saja Clara di sini pasti dia sudah histeris melihat kuenya yang berkurang.

Samar-samar Bunga mendengar suara dering ponselnya. Namun, ia enggan bergerak dan masih sibuk dengan makanannya.

Sampai akhirnya ia selesai makan pun ponselnya masih saja berdering keras. Hanya dua orang yang terlintas di otaknya sebagai pelaku penelpon beruntun itu.

Chandra atau Sandra.

Tepat saat ia mengambil ponsel itu, dering kembali terdengar. Ternyata ini adalah sebuah panggilan video grup. Bunga mengusap layar dan terlihatlah wajah Sandra, Chandra, dan Danu di sana.

"Hai Bunga!" Sapa mereka bersamaan. Bunga tidak menyahut dan hanya menampilkan wajah datar, seolah-olah ia tidak melihat dan mendengar apapun.

"Jadi ntar kita mau kemana ni?" tanya Sandra.

"Kemana aja boleh lah, gue ngikut aja asal Bunga tetep di samping gue," sahut Chandra sambil cengengesan.

"Bodo, Chan." Bunga memutar kedua matanya.

"Hm, gimana ya? Yaudah deh, itu ntar malem aja rundingin mau main kemana. Tapi, jangan ke bioskop. Sumpah. Gue lagi nggak mood nonton." Sandra berceloteh panjang dan yang lain hanya mengangguk kecuali Bunga.

"Nggak jelas lo semua. Ngajak main tapi nggak tau kemana," protes Bunga sambil mengecek jam.

"Yaelah, Bunga. Biasa aja kali. Kaya ginian mah udah biasa."

"Yaudah lah, nggak guna juga yang diomongin. Ni anak dua juga cuma angguk geleng-geleng doang."

Sontak Chandra dan Danu terkekeh. Panggilan video pun terputus sesaat setelah Sandra mengatakan ingin bersiap-siap karena jam sudah menunjukkan pukul 18:10 WIB.

Bunga menjatuhkan dirinya di kasur. Dia masih ada waktu setengah jam lagi dari waktu yang dijanjikan. Apa yang harus ia lakukan dalam beberapa puluh menit sebelum bersiap-siap?

Pandangan matanya terjatuh pada sebuah album berwarna biru langit dengan banyak stiker-stiker tertempel di sana. Dan juga ada cap dua buah jempol tangan dengan ukuran yang berbeda.

Bunga tersenyum lemah. Ia meraih album tersebut dan memandang lama pada cover-nya. Diletakkannya jempolnya di cap jempol yang lebih besar. Ia tertawa kecil saat jempolnya terasa sangat kecil saat diletakkan di sana.

Kemudian Bunga beralih membuka album itu. Di lembar pertama terdapat kertas putih yang diisi dengan tulisan tangan.

"Bunga-ku. Ingat ini. Jika nanti aku menyakitimu, tolong tarik telingaku ya. Supaya aku jera dan tak mengulanginya lagi. Satu lagi. Kalau nanti aku mengatakan kata-kata pisah, kamu tarik saja aku ke tempat yang sepi, lalu pegang pipiku dan tatap mataku. Supaya aku tersadar dari kebodohanku yang berniat meninggalkan gadis kesayanganku."

Your beloved, Angga ❤

Bunga tertawa pelan membaca tulisan absurd Angga tapi bisa membuat ia tersenyum malu saat membacanya.

Matanya semakin turun ke bawah dan melihat bagian tulisannya. Ia kembali terkekeh karena ia hanya membuat satu ekspresi datar di sana.

"-_-"

Your flower, Bunga.

Hanya seperti itu isinya yang tentu saja membuat Angga protes saat itu. Bunga menggelengkan kepalanya saat ia hampir saja menangis karena terhanyut dalam lamunannya.

Ia mulai sibuk memperhatikan setiap foto mereka berdua di dalam album itu. Bahkan bukan hanya berdua, sebagian isinya juga terdapat foto mereka berdua didampingi oleh keluarga Bunga.

Dering ponsel pertanda chat masuk membuat Bunga tersentak. Ia melirik ponselnya dan terdapat pop-up whatsapp dari Chandra.

"Pap dong, Bunga 😊 Gue mau liat seberapa cantiknya lo malam ini 😃"

Bunga segera mengetikkan balasannya dengan senyum tertahan di bibirnya.

Lo kata kita lagi ngedate sampe gue harus dandan2 gitu -_-

Lah nggak. Siapa tau aja habis gue anterin pulang tadi kecantikan lo nambah karena bahagia 😉

Jijik.

Hahahaha. Bentar lagi gue otw rumah lo.

Setelah menyimpan album itu Bunga segera mengambil pakaian dan bersiap-siap.

Ia teringat dengan pesan dari Chandra tadi. Hah! Emang dia pikir gue mau apa ribet-ribet pake ini itu cuma buat cantik di depan dia. Batin Bunga.

Ia sudah siap dengan sweater lengan panjangnya dan celana jeans. Tak lupa dengan gaya rambut diikat ekor kuda. Hanya itu. Dan selesai.

💫💫💫

And i..... Will always love youuuuu~~

Hayoo siapa yg auto nyanyi 😂 Ngaku loh :""v

Mahh curhat dong... Iya dong.. 😌

Jadi begini, kemarin itu aku sempat hiatus berapa bulan gitu kan ya? Itu karena aku kehilangan semangat buat up, bukan buat nulis ya, karena kalo nulis sih di draf udah bejibun ceritanya :')

Nahhhh, jadi waktu kemarin aku dapat dorongan semangat dari RismaaAndini (Cihaaaa(〜^∇^)〜) Jadilah aku pun mencoba buat up lagi dan terkejootttnya diriku 😶😶

Rupanya masih ada yang nungguin cerita ini 😭😭😭 Aku terharu :")

Makasih buat yang masih setia baca dan nungguin cerita yg ditulis oleh remaja labil ini 😗 Kalo aku lama buat up, ditagih aja ya :v

I love you to the moon and back 😘❤

Naf
Aceh, 1 Desember 2018

Bunga (COMPLETE)Where stories live. Discover now