Empat Puluh Empat

1.4K 98 2
                                    

💫💫💫

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💫💫💫

AKU TAU KALIAN BACA INI, JADI JANGAN PURA-PURA NGGAK BACA :) TOLONG, VOTE DAN KOMEN JANGAN LUPA :') AKU PADAMU💜

💫💫💫

     Hiruk pikuk suara tamu menggema di ruangan besar itu. Mulai dari yang muda sampai yang tua semuanya menggunakan pakaian formal yang indah dan mahal.

Chandra menatap kosong ke depannya. Raganya berada di sana, namun pikirannya melanglang buana kemana-mana. Ia tampak tampan dengan tubuh berbalut tuxedo berwarna hitam. Pertama kalinya ia menggunakan setelan seperti itu.

"Chan, kamu udah makan?" Sebuah tangan memegang lengannya dan mengejutkannya.

"Belum."

"Makan dulu, yuk." Chandra mengangguk setelah melihat sekeliling sejenak. Mereka duduk di sebuah meja dan mengambil beberapa makanan dan minuman yang tersedia.

Akhirnya.

Akhirnya ia tunangan dengan Tyas hari ini. Tepat pada hari Minggu ia sudah resmi menjadi tunangan seorang Tyas.

Chandra yang awalnya tak ingin membuat acara besar pun berubah pikiran. Mereka mengundang semua rekan kerja Om Hendri dan Jaka. Tak lupa teman sekolah Tyas dan Chandra juga mereka undang.

Hampir seluruh populasi murid di sekolah mereka datang ke sana. Menyaksikan sendiri dengan mata dan kepala mereka bukti bahwa memang benar Chandra dan Tyas bertunangan.

Tentu saja ini berita yang  menggemparkan. Mereka bertanya-tanya bagaimana hubungan Chandra dan Bunga. Apakah mereka sudah putus atau Chandra mengkhianati Bunga di sini?

Chandra memutar kilasan kejadian saat mereka berada di rumah Gibran di otaknya.

Flashback

Chandra terpaku saat mendengar seseorang menyebut nama Bunga. Pikirannya mulai menjalar kemana-mana. Ia merasa takut dan cemas secara bersamaan. Dengan sigap ia segera berlari keluar rumah dan terkejut saat melihat Bunga dan seorang cowok sedang berpelukan.

Bahkan berulang kali cowok itu mencium puncak kepalanya. Emosi Chandra sudah sampai di ubun-ubun dan siap diledakkan sekarang juga. Ditariknya tubuh cowok itu menjauh dan menolaknya ke belakang. Sedangkan ia berdiri di depan Bunga.

"Ngapain lo peluk-peluk cewek gue?!" sentaknya menggeram kesal. Tangannya gatal ingin memukul wajah orang itu, namun sekuat mungkin ia tahan. Chandra tak mau melakukan kekerasan di depan Bunga.

Tanpa ia sangka-sangka Bunga justru berpindah ke samping cowok itu. Chandra terperangah dan merasa dikhianati melihat Bunga melakukan itu. Wajah gadis itu sembab dengan air mata masih mengalir.

Hatinya serasa tercubit melihat Bunga menangis.

"Bunga," lirihnya sedih.

Gadis itu menggigit bibirnya menahan isakan. Air matanya terus mengalir deras di wajahnya.

Bunga (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang