three

10.8K 1.7K 133
                                    

selimut dan bantal teronggok di lantai, berantakan sekali

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

selimut dan bantal teronggok di lantai, berantakan sekali.

chenle berguling-guling di atas ranjangnya, kakinya bergerak menendang-nendang udara sementara tangannya memukul kasur. kadang menarik sprei di bawahnya dengan gemas sampai kusut tidak berbentuk.

bocah ini sedang kesal. sangat kesal.

"aaaarggh!!! jisung pwark menyebalkan! idiot! bodoh! jelek!" teriak chenle meluapkan semua rasa kesalnya. beruntung kamarnya kedap suara, jadi penghuni-penghuni mansion keluarga zhong lainnya tidak terganggu.

mari tinggalkan tuan muda zhong yang sedang luar biasa jelek suasana hatinya sejenak, kita tengok kembali kejadian tadi siang yang menghancurkan mood tuan muda.

semuanya bermula saat taksi yang dia dan jisung tumpangi sampai di tujuan.

alih-alih berhenti di sebuah rumah bertingkat dua dengan halaman luas seperti yang pernah jaemin ceritakan, taksi yang mereka tumpangi malah berhenti di bengkel kecil merangkap tempat cuci mobil.

apa-apaan ini?!

jisung mengeluarkan dompetnya, menyerahkan beberapa lembar uang sesuai argo kemudian bergumam terima kasih kepada supir taksi sebelum keluar meninggalkan chenle yang masih terjebak dalam kebingungan.

"yakk!" chenle ikut keluar. "jisung kau pikir kau mau kemana?" seru chenle dengan suara melengking khas remaja kelahiran negeri tirai bambu itu. atensi orang-orang di bengkel jadi teralih.

jisung berbalik, menatap chenle tepat di bola matanya. "pulanglah."

mau tau apa yang chenle rasakan sekarang?

grrrrrrr

ada dorongan kuat untuk menendang, mencekik, menjambak dengan anarkis lalu menguliti lelaki di depannya ini hidup-hidup.

sampai mati boleh juga.

"kau!" wajah chenle memerah menahan kesal. otot-otot di lehernya sampai menyembul di atas permukaan kulit seputih susu yang kini telah bertransformasi menjadi memerah.

jisung menghela napas. "aku sangat berterima kasih atas apa yang kau lakukan." ada jeda di kalimat jisung. "tapi sejujurnya... kau tidak perlu sepeduli ini padaku. kau terlalu ikut campur... hyung dan aku tidak suka itu."

gah!

chenle menghempaskan kepalanya, beruntung dia sedang berbaring telentang di atas ranjang jadi kepalanya tidak sakit.

yang sakit itu hati chenle!

lagi pula siapa yang tidak sakit hati setelah mendengar perkataan sejahat itu dari mulut jisung. chenle tidak menyangka sebesar itu rasa benci jisung padanya.

mata chenle memanas. pandangannya jadi buram. saat mengerjap setetes cairan hangat jatuh dari pelupuk matanya. mengalir lambat membasahi pipi.

menyebalkan! menyebalkan! melebalkan!

butuh ratusan kali untuk mengungkapkan seberapa besar kekecewaan yang dia rasakan. padahal chenle sudah menganggap jisung temannya. dia hanya ingin menunjukan kalau dia peduli. dia menyayangi jisung dengan tulus seperti teman pada umumnya.

terlalu ikut campur katanya!

baiklah! mulai sekarang mari anggap park jisung itu mahluk tak kasat mata!

-

"si rambut hijau tadi pacarmu?"

jisung membuka setengah matanya yang terpejam. menatap sosok pria yang bersandar pada pintu di belakangnya dengan tangan terlipat di depan dada.

jisung mendengus. matanya kembali dia pejamkan. tangan kanannya bergerak menutup mata.

"aku tidak punya waktu untuk pacaran hyung."

"cih." pria berwajah dingin namun cantik secara bersamaan itu berdecih. "tidak ada yang menyuruhmu kabur dari rumah sampai harus bekerja menghidupi diri sendiri seperti sekarang."

jisung mengerang. jengkel.

"kenapa kau berisik sekali hyung!" seru jisung. matanya terbuka, menampakan warna merah perpaduan karena kurang tidur dan sakit. "jika kau hanya ingin menceramahiku, hentikan. itu tak akan mengubah keputusanku."

taeyong, lawan bicara jisung mendengus.

"hai bocah, kau pikir pada siapa kau berbicara? kau itu masih 16 tahun. bersyukurlah ada aku yang menampungmu, kalau tidak mungkin kau sudah berakhir di jalanan."

"ya ya ya, terima kasih atas segala kemurahan hatimu taeyong hyung." jawab jisung ogah-ogahan.

taeyong memutar bola mata, jengah.

"tapi tetap saja, tempatmu bukan di sini."

"kau mau membuangku ke jalanan?"

"aish!" taeyong mengusap wajahnya, frustasi. "pulang ke rumahmu, idiot!"

"tidak mau!" menarik selimut, jisung menenggelamkan seluruh tubuhnya dalam balutan kain hangat itu.

taeyong menyerah. bocah di hadapannya benar-benar keras kepala.

"ada obat dan bubur di meja makan. makanlah selagi hangat. di luar banyak pelanggan, kau harus cepat sembuh dan kembali bekerja jika masih ingin tinggal di sini."

jisung hanya berdeham.

setelah taeyong pergi. jisung menurunkan selimut yang membungkus seluruh tubuhnya. matanya menerawang menatap kosong langit-langit kamar yang dia tiduri. kamar sempit hanya dengan satu ranjang kecil dan lemari.

tidak ada pendingin ataupun penghangat ruangan. tidak senyaman kamarnya dulu. jisung menghembuskan napas dengan berat. bagaimanapun ini sudah jadi keputusannya.

jisung tidak sudi menjilat ludahnya sendiri terlebih kembali pada orang yang sudah membuangnya minggu lalu. pun jika dia sampai berdarah-darah, mati akan jauh lebih baik daripada kembali.

[PG-15] crazy in love | chensung ✔Where stories live. Discover now