13. 1 Tahun Pertama

1.3K 209 3
                                    

Januari 2017

Hari ini masih sama seperti hari Senin pada umumnya, hari yang entah kenapa terasa sangat lama dan melelahkan.

Alih-alih belajar untuk ulangan sejarah besok pagi, aku justru tidak beranjak dari tempat tidurku ditemani ponsel di tangan, Youtube memang paling bisa membunuh rasa bosanku.

Notifikasi pesan masuk menginterupsiku dari video yang baru saja kutonton.

Bang John
Sayang
Aku di depan

Me
Nice

Saking seringnya bang John menjahiliku seperti ini, aku sampai tidak lagi langsung percaya ketika ia mengirim pesan bahwa ia ada didepan rumah.

Aku tidak akan tertipu kali ini.

Beberapa saat kemudian Bunda mengintip lewat celah pintu kamarku yang sedikit terbuka lalu masuk ke dalam.

"Dek dicari Johnny tuh."

"Hah?" aku melonjak kaget, "ngapain?"

Aku melempar ponselku sembarangan dan berjalan menuju teras depan, memastikan sendiri kalau pesannya tadi bukan hanya keisengannya saja.

"Bang John? Ngapain?" aku menyunggingkan senyum kala menemuinya yang benar-benar ada di depanku.

"Capek abis futsal. Haus." ia menyenderkan punggungnya di kursi. Dilihat dari rambutnya yang basah dan matanya yang sayu menunjukkan dengan jelas kalau ia selesai membakar lemak.

"Bilang aja minta minum." aku memutar mata malas.

"Kan kalo ada sumur boleh lah kita menumpang minum."

"Bukan gituu," aku tertawa, "bentar ya."

Aku kembali dari dapur dengan segelas air dingin untuknya, "ini rumah udah kaya warteg dateng kalo haus doang."

"Menunya apa mbak?" ia menyambut gelas di tanganku.

"Air putih dingin mas."

"Ya Allah seger banget yang, apalagi kalo pake sirup." katanya setelah selesai meneguk habis air dinginnya.

Aku meliriknya kesal, "sini gelasnya!"

"Bercandaa," ia mencubit pipiku gemas, "lagian yang jaga warteg galak banget jadi takut."

Beberapa saat setelahnya kita hanya menatap lurus ke jalanan di depan yang dibasahi rintikan gerimis sore ini. Senja warna oranye ditambah bau hujan tanpa sadar menyita pusat fokusku, menikmati keheningan yang menenangkan ini.

"Sayang," panggilnya memecah keheningan.

Aku berdehem lalu menoleh ke arahnya yang masih melamun ke arah jalanan.

"Udah, yuk?" ia tiba-tiba berdiri di depanku lalu mengulurkan tangannya.

"Apa?"

"Ayo." ia meraih tanganku untuk digenggamnya dan menuntunku masuk ke dalam mobilnya.

"Mau kemana?" protesku takut jika ia benar-benar menjalankan mobil ini tanpa persiapanku.

"Di sini aja, pengen denger lagu." ia menyalakan audio mobilnya, tepat saat lagu milik Justin Bieber berjudul Love Yourself diputar di radio. Ia bersandar di kursinya, melipat tangannya di depan dada lalu menutup mata.

Aku sudah biasa dengan kejahilannya, tapi yang ini aku tak mengerti maksudnya.

"Sayang." panggilnya setelah beberapa saat.

LIMITLESS | Johnny Suh [✔]Where stories live. Discover now