Mutsuki Hajime

575 51 16
                                    

Perutmu bunyi tanda meminta 'tuk diisi. Kau menoleh, mencari sebuah tempat yang dapat mengganjal perutmu untuk sementara. Tak butuh waktu lama, irismu mendapati sebuah cafe yang bertuliskan "Tsukino Cafe!"

Kau berpikir sejenak, belum pernah kau lihat cafe ini--mengingat kau sering kesini--ini kali pertama kau melihat cafe sederhana namun elegan itu.

Tak ingin lama membiarkan perutmu berbunyi, kau memutuskan untuk masuk. Hitung-hitung untuk lebih mengenal tempat yang menurutmu masih terbilang baru.

"Irasshaimase, ojou-san."

Pemuda tinggi bersurai hitam menyambutmu dengan senyuman ramahnya. Kau mengerjapkan mata ketika mendapati sosok yang sangat kau kenal.

"H-hajime-san? Sedang apa kau disini?" tanyamu kaget ketika melihat Hajime yang memakai pakaian butler. Melihat reaksimu, Hajime bergumam pelan, masih dengan senyumnya.

"Hm, part-time--"

"Part-time jadi butler? Sasuga Hajime-sama pfft."

Ia tak mengindahkan tawamu yang meledeknya, sebaliknya ia malah menggenggam tanganmu, menuntunmu menuju meja kosong yang terletak di sudut cafe. Kau yang terkejut karena perlakuan Hajime hanya bisa diam sembari mengerjapkan mata.

Ia menunduk hormat sebentar, lalu mengambil note di sakunya. "Apa yang ingin kau pesan [Name]-ojou?"

"Ehm, aku ingin pesan---"

"H-A-J-I-M-E~ Aku pesan Hajime!" Sebuah suara memotong perkataanmu. Kau menoleh begitu pula Hajime yang merasa risih dengan sosok putih yang tiba-tiba saja muncul.

Sosok itu memakai pakaian butler yang sama seperti Hajime, ia juga membawa lightstick berwarna ungu--entah darimana ia dapatkan--sambil ber-fanboy ria. Di sampingnya, sosok tinggi bersurai coklat muda menghela nafas pasrah.

"Shun, jangan mengganggu pelanggan. Maafkan kelakuan kami Ojou-sama," ujar pemuda di sampingnya lalu menarik Shun yang sempat mengacaukan suasanamu dengan Hajime.

"Yah, seperti yang dibilang Kai tadi. Maafkan kelakuan Shun."

"Haha, aku memaafkannya kok. Seperti biasanya yah, kau memiliki banyak fans bahkan lelaki pun kau embat juga pfft," godamu.

"Yah ... Begitulah."

Ia mengangguk, malas menanggapi godaanmu, kelihatannya masih risih dengan sikap makhluk putih tadi. Terlebih lagi orang-orang mulai memperhatikannya.

"Oh ngomong-ngomong, kau ingin pesan apa?" Hajime kembali bertanya. Kau melihat daftar menu sebentar, "Red velvet satu dan ... teh chammomile."

"Baiklah, mohon menunggu sebentar [Name]-ojou."

Ia memperlihatkan senyum rupawannya sembari membungkuk hormat, kemudian meninggalkanmu untuk mengambil pesananmu. Pipimu memerah ketika diperlakukan seperti itu.

Ini Hajime lho, Hajime yang memperlakukanmu seperti itu. Yah, kau sering bertemu dengannya dikala ia sedang dalam dunia mimpi. Kalaupun ia bangun, ia tak banyak bicara meskipun sering kau jahili.

Sebelum kau tersadar, ini semua pasti karena pekerjaannya dan perasaan bahagia di dalam dirimu pun pudar. Senyummu jadi masam.

Tak butuh waktu lama setelah kau melamun, pesananmu kali ini datang. Bedanya yang membawakan kali ini bukanlah Hajime melainkan sosok tinggi berkacamata. Yah siapa lagi kalau bukan---

"Haru-san? Kau juga part-time disini?" tanyamu heran.

Haru terkekeh pelan sambil menggangguk, "Begitulah [Name]. Procella dan Gravy kerja disini untuk sementara dulu."

"Pindah profesi ceritanya?"

"Haha, bukan. Bukan pindah profesi kok--"

"Ehem, Haru, bukankah sudah kubilang biar aku yang membawakan pesanan ini?"

Hajime muncul di belakang Haru, mendesah pelan sembari menutup matanya. Haru hanya terkekeh pelan, menanggapi sikap Hajima yang sepertinya ...

"Cemburu?" goda Haru.

Butuh waktu beberapa detik, kelopak mata milik Hajime mengerjap, memproses apa yang terjadi. Butuh waktu pula semburat merah sama seperti yang terjadi padamu sebelumnya merambat di pipi tirusnya.

"Tidak. Pergilah. Kali ini aku yang melayani [Name]."

"Baik-baik."

Haru pun pergi, meninggalkan kalian berdua. Hajime masih kesal namun ditutupi dengan wajah normalnya.

"Duduklah Hajime, daripada kau kesal seperti itu ... Nah, mau mencoba teh chammomile ini?" tawarmu, menyodorkan sebuah teh pesanan milikmu tadi kepada Hajime.

Awalnya, Hajime menolak namun ia lebih tidak bisa menolak kemauanmu. Akhirnya ia semeja denganmu, mengalah dan meminum teh yang menenangkan itu. Sesekali ia menghirup aroma teh tersebut.

"Bagaimana? Sudah tenang?"

Kau memiringkan kepalamu, menatapnya dengan senyum tipis sembari mencomot red velvet pesananmu. Hajime diam, balas menatapmu dengan intens.

"Ya, aku sudah merasa sedikit tenang, lebih baik daripada sebelumnya."

Kau memamerkan senyum, bangga dengan pilihan tehmu. Memang, harum teh chammomile bisa menenangkan pikiran.

"Tapi sepertinya perasaan lebih baik ini karena melihatmu yang datang mengunjungi cafe ini," balas Hajime menggodamu.

Tsukino Cafe! [✓]Where stories live. Discover now