Haduki You

189 21 0
                                    

You, pemuda bersurai merah itu tengah berlari, mengejar brosurnya yang diterbangkan oleh angin. Ingin sekali dirinya mengomeli Arata sang pelaku yang membuatnya harus mengeluarkan tenaga ekstra setelah ini.

Namun, sebelum ia menggapai brosurnya, dirinya mendapati dirimu yang lunglai dan gadis bersurai biru muda yang panik.

Gerakannya terhenti. Beralih fokusnya pada dua sosok gadis yang lebih muda darinya itu. Tentu saja, You mengenal dengan baik kedua gadis familiar itu. Dirimu yang merupakan teman baiknya dan Kumiko yang merupakan adik sepupu dari Iku, member satu unitnya.

"Ada apa ini?" tanya You, menaikkan alisnya.

Kumiko, gadis bersurai biru itu mendongak. Mengetahui siapa yang menegurnya membuatnya sedikit lega.

"A-ano, You-san! Itu, [Name]-san mabuk karena tidak sengaja meminum kopiku!" Kumi berujar setengah panik.

You melirik ke arahmu, wajahmu memerah, sesekali terdengar suara 'hik' dari bibir kecilmu. Tepukan pasrah ia layangkan di dahinya. Dengan sigap, ia menarik lenganmu, membopong dirimu menuju cafe tempat dirinya bekerja. Diikuti dengan gadis biru yang mengekor.

Sesampainya disana―di ruang staf tentunya, You membaringkan dirimu.

"You~ aku kesal―hik―dengan pacarku," gumammu, meracau tidak jelas.

You memutar irisnya kesal, sedangkan Yoru yang baru saja masuk dan melihat keadaanmu hanya bisa mengerjapkan matanya. Situasinya mulai tidak nyaman.

Yoru menyahut pelan, "You. sebaiknya kau buatkan teh untuk [Name]-chan. Daripada kau menggerutu tidak jelas seperti itu."

"Hah... iya, iya."

Iris Yoru pun beralih pada gadis biru yang tengah mengintip―setelah dimarahi habis-habisan oleh Iku. Yoru hanya tersenyum, memanggilnya dengan lembut.

"Kumi, kenapa bisa [Name]-chan meminum kopi tadi?" tanyanya.

"Err, itu... tadinya aku dan [Name]-san sedang ngobrol. Saat aku tanya soal kabar pacarnya, dia kelihatan kesal, lalu tanpa sadar meminum kopiku. Uh, itu 'kan bukan salahku tapi kenapa Ikkun memarahiku..."

You masuk, sudah mendengar semuanya. Namun dia mengabaikan gadis biru itu dan fokus pada gadis bersurai [your hair colour] yang tengah berbaring di atas sofa dengan wajah merah.

Toh, bukan salahnya. Jadi, You tidak harus marah dengan membentaknya. Ia justru ingin membentakmu karena masih menjalin hubungan dengan seseorang yang sepertinya kini masih merangkap status sebagai pacarmu.

Satu hal yang ingin ia lakukan saat dirimu bangun, memarahimu―

"Aku tidak menyukainya karena jalan dengan wanita lain, hiks." Dirimu bergumam, masih dengan keadaan setengah sadar. Kedua tanganmu memeluk kakimu, meringkuk sebagaimana keadaannya.

―namun melihat keadaanmu yang seperti ini, You merasa kasihan, tak tega. Ia pun meletakkan teh jahe di meja tak jauh dari sofa. Lalu duduk di dekatmu, memperhatikan dengan sudut matanya.

Yoru melirik ke arah Kumi, lantas menaruh telunjuknya di bibirnya, menyuruh agar mereka berdua segera pergj dari ruangan ini. Mencoba membiarkan kedua sosok ini mendapatkan waktu sendirinya.

You memposisikan dirimu, duduk. "Nah, cepat minum ini. Jangan banyak protes."

"Uh... tidak mau," protesmu yang baru saja dilarang olehnya.

Decikan sebal keluar dari mulutnya, sontak saja tangannya menjitakmu.

"Kalau kau tidak mau kepalamu terasa pusing maka cepat minum!" titahnya tak mau kalah. Tak ingin mendengar suara lain lagi, kau pun dengan perlahan meminum teh tersebut. Menegaknya sedikit demi sedikit.

"You... rasanya tidak enak." Kau mengeluh dengan suara tertahan di tenggorokan, menyipitkan mata menatapnya.

You memutar irisnya. "Makanya jangan sembarangan minum minuman orang. Lu tuh yah, udah diingetin masih aja keras kepala."

Nada bicaranya mulai berubah, begitu juga dengan bahasanya. Kau masih memegang pelipismu, berusaha melawan rasa sakit yang sementara masih di proses untuk dinetralisir oleh teh tersebut.

Kau menunduk, air mata menggenang di sekitar matamu.

"Dia jalan dengan gadis lain, You..."

"Aku tau, makanya dulu aku menyuruhmu agar cepat putus dengannya," celetuk You.

"Terus kenapa kau tidak memberitahuku langsung, bakaYou?" tanyamu. Menggigit bibirmu, masih berusaha agar tidak menangis. Tanganmu mencengkram sofa dengan erat.

You tertawa kecil. "Kalau aku memberitahumu seperti itu yang ada kita hanya akan bertengkar, bodoh."

Kau masih menunduk, lalu memalingkan wajah. You hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakukanmu.

"Nih, minum dan habiskan." You menyuruhmu agar segera menghabiskan teh jahe itu. Kau mencoba untik menghindarinya namun sepertinya tidak diizinkan oleh rasa sakit yang masih menghantui kepalamu.

"Tidak mau."

"Minum cepat dan habiskan, [Name]."

"Tidak!"

"Minum!"

"Tidak mau!"

Pletak!

Jitakan keras mendarat sekali lagi di kepalamu, membuat dirimu untuk kesekian kalinya mengaduh kesakitan. Mengeluh tentang perlakuan You yang seharusnya memperlakukan orang sakit dengan baik.

"Ugh, apa-apaan sih kau, You?!" keluhmu.

"Minum atau tidak akan pernah kubuatkan kare lagi," ancamnya.

Diam, tak bisa berkata-kata. Dengan cepat kau mengangguk lalu menghabiskan teh jahe itu. Tanpa menyadari bahwa You tertawa dalam hati melihat tingkahmu.

Tsukino Cafe! [✓]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin