Shiwasu Kakeru

218 25 1
                                    

Kau melangkahkan kaki masuk ke dalam sebuah cafe. Sesosok pemuda bersurai kuning menyambutmu riang, dengan senyuman hangat dan nampak berbinar.

Sejenak, kau terpesona akan karismanya. Namun, mengingat tujuan awalmu bukanlah datang sebagai pelanggan yang 'baik', maka dirimu memutuskan untuk segera duduk di salah satu meja.

Pemuda itu, sepertinya adalah pelayan di meja bernomor 12 ini. Hm, kau berharap saja bahwa pemuda ini memiliki insting dan tingkat kewaspadaan yang rendah. Irismu melirik name tag-nya, memperhatikan dengan seksama nama pemuda tersebut.

Shiwasu Kakeru.

Nama yang bagus. Tapi sayang, kau harus kembali fokus pada tujuanmu. Topi yang kau kenakan, makin kau turunkan ke bawah, guna untuk menutupi wajahmu.

Kau memesan makanan yang tak terlalu mahal namun dapat mengenyangkan perut.

"Aku pesan makanan untuk breakfast saja," ujarmu sembari melirik jam yang sangat cocok, brunch time.

"Oh! Baiklah! Silahkan menunggu untuk sebentar, no―"

"―ah, breakfast-nya dibungkus saja soalnya aku lagi buru-buru."

Kakeru mengerjapkan matanya, memproses apa yang terjadi lalu menganggukkan kepalanya sembari mengulas senyum. "Baiklah! Akan kubawakan kesini sudah langsung dengan kotaknya yah! Anda bisa membawanya ke kasir nanti."

Kau mengangguk mengiyakan dan membiarkan pemuda itu beranjak ke dapur. Irismu memperhatikan setiap sudut cafe. Tepat sekali karena tidak ada yang menjaga kasir, tiap butler tengah sibuk dengan pelanggan mereka masing-masing. Bahkan tidak ada yang menjaga pintu masuk barang seorangpun.

Gotcha.

Ini waktu yang sangat tepat. Tapi kau harus mewaspadai sosok bersurai kuning yang tengah mengawasimu itu. Hm, walaupun tampangnya kelihatan seperti pemuda yang ceroboh sih.

Ah, memang benar kau datang kesini untuk mencuri. Karena tempat yang sering kau datangi mencuri sedang tutup dan cafe ini adalah tempat terdekat maka tidak ada pilihan lain.

"Maaf menunggu~!" sahutnya dan membawa pesananmu.

"Apa ada lagi yang ingin kau pesan atau yang aku bisa bantu, nona?" tanyanya bersemangat. Irisnya bersinar, menunjukkan bahwa pemuda di hadapanmu ini tengah antusias.

Kau memalingkan wajah. "Tidak ada. Aku akan segera membayar, kau boleh pergi sekarang."

Kakeru terlihat kecewa karena ia tidak mendapat pekerjaan lagi, namun tak ingin membuatmu merasa tidak nyaman, ia pun memutuskan untuk pergi ke dapur. Sepertinya ia juga mempunyai urusan.

"Akan kubuatkan teh spesial kami."

Kau berjalan keluar, tanpa mendengar perkataan tersebut. Menghindari tatapan orang-orang dan mencoba berkamuflase.

Berhasil. Sekarang kau hanya perlu menuju tempat adikmu berada untuk memberikan makanan ini dan mencari makanan di tempat lain agar ia bisa makan. Semenjak kau dan ia diusir dari rumah oleh pamanmu, kau tidak bisa kerja paruh waktu karena selalu ditolak.

Rumah sebagai tempat berteduh juga tidak punya, alhasil kalian selalu berpindah-pindah tempat.

"Sudah kuduga ada yang aneh dari gadis ini!" seru sebuah sosok.

"Koikku! Jangan menakutinya." Kakeru menegur pemuda bersurai gulali yang sok-sokan memasang pose detektif.

Kau tersigap, sedikit kaget karena ketauan. Lantas kau berdecak sebal lalu berlari berusaha menghindari mereka. Kau berlari namun yang namanya lelaki, kekuatan mereka lebih besar darimu. Dan tiba-tiba saja perutmu terasa sakit, hingga...

Kau tertangkap basah.

"Kenapa kau mencuri, nona? Padahal kau bisa bilang kalau kau tidak punya uang―"

"―dan apa kau akan memberikanku makanan, huh?" tanyamu sinis.

Kakeru diam lalu berjongkok, menyamakan tingginya denganmu. Ia kemudian tersenyum lagi, senyum yang coba dipaksakan.

"Kenapa kau mencuri? Kalaupun kalau kau tidak punya uang kau bisa bekerja bukan?" tanyanya lagi. Mendengar pertanyaan yang rasanya polos itu, kau mendecak sebal, tidak suka.

"Banyak yang menolakku. Mereka tidak menerimaku. Hah, padahal aku dan adikku butuh sesuatu yang menunjang hidup semenjak kami diusir dari rumah paman."

"Eh? Kau diusir?!" tanya Kakeru syok.

"Begitulah."

"Jahat sekali pamanmu," ujarnya sedikit merenggut.

"Ah! Aku ada ide!" seru Koi. Membuat dirimu dan Kakeru menoleh, menatap ke arahnya dengan tatapan penuh tanya.

"Bagaimana kalau kau kerja di cafe kami saja? Kan lumayan! Kau juga bisa tinggal disana, jadi sekaligus menjaga cafe bersama adikmu kan?!"

Kakeru berdiri, kagum dengan ide Koi. "Uwah! Ide yang bagus, Koikku!"

Koi tersenyum bangga, memamerkan cengirannya. "Detektif Koi ini selalu bisa memecahkan masalah."

Kau mengerjapkan mata, merasa sangat bersyukur karena bertemu dengan pemuda ini, terutama Kakeru. Kau tersenyum, bergumam pelan.

"Terimakasih...."

"Sama-sama! Sebagai ganti utangmu yang itu, akan Koikku traktir juga dengan teh peppermint-nya! Kau lagi sakit perut bukan karena tidak sarapan pagi?" tanya Kakeru sembari tertawa riang.

Koi berusaha protes karena uangnya digunakan namun ia urungkan karena mengingat Kakeru yang tidak bakal menggunakan uangnya juga, iya, dia kan miskin. Toh, tak masalah beramal sedikit.

"Padahal awalnya aku kesini untuk mencuri." Dan kau pun bekerja disana, sembari mengajak adikmu.

Tsukino Cafe! [✓]Where stories live. Discover now