Yayoi Haru

285 23 13
                                    

Kemarin, kau mendapatkan kupon dari temanmu. Sesuatu yang gratis sudah menjadi favoritmu sejak kecil. Diskon dan sejenisnya merupakan hal yang tak bisa lepas dari dirimu.

Kau menatap bahagia kupon yang kau pegang erat-erat itu. Namun, saking bahagianya kau, kau bersorak ria ; mengangkat kedua tanganmu tinggi-tinggi dan tak sengaja melepaskan kuponnya.

Kau berusaha memproses apa yang terjadi ketika kupon milikmu terbang tepat di hadapanmu.

"Eh?! Tunggu! Kuponku!"

Sadar akan hal itu, kau pun mengejar kuponmu, berlari, berusaha menangkap benda berharga milikmu. Kupon yang kau pegang itu terlepas oleh angin yang berhembus dengan kencang sebagai pelaku.

Makin kau kejar, makin jauh juga kupon itu diterbangkan. Kau menggerutu kesal, merutuki angin yang pagi-pagi seperti ini telah membawa kesialan padamu.

Siapa sangka kesialan tersebut memberikan keberuntungan, bertemu dengan seseorang berkacamata yang tak lain merupakan pelayan dari cafe yang telah memberikanmu kupon.

Bruk!

Kau menabraknya, tak sengaja membenturkan hidungmu di punggungnya. Kejadian itu membuat pria tersebut menoleh, menatap dirimu yang tengah mengeluh kesakitan sembari mengusap hidungmu yang menjadi korban penabrakan.

"Oh! Apa kau baik-baik saja, ojousama?" tanyanya dengan senyuman yang sedikit khawatir.

Bukannya malah menjawab pertanyaan darinya, kau malah sibuk memperhatikan kuponmu yang terbang jauh.

"Tidak! Kuponku!"

Hap!

"Otto, lain kali berhati-hatilah, nona."

Sadar, pemuda itu menangkap kupon milikmu, namun sebelum mengembalikannya, ia memperhatikan dengan seksama kupon tersebut. Alisnya mengernyit ketika menemukan kejanggalan yang berada di kupon itu.

"Hm? Sejak kapan cafe kami mengadakan pemberian kupon? Dan bukannya yang memberikan kupon seperti ini hanya... untuk konbini dan sejenisnya?" gumam Haru, pemuda berkacamata itu sembari mengandai-andai.

Kau menggaruk tengkukmu yang tidak gatal, kemudian memainkan kedua jari telunjukmu sebagai pengalih agar kau tidak merasa gugup.

"Eng, soal kupon itu... Aku diberikan oleh temanku. Ah, dia pelayan cafe disana juga kok! Namanya Shun."

Oh pantas..., batin Haru facepalm

"Kalau begitu, mari kuantar. Kau bisa lihat sendiri bukan, kalau aku adalah salah satu butler-nya, haha."

Haru tersenyum hangat sembari mengulurkan tangannya, mengajakmu. Kau pun mengikutinya dari belakang sembari membayangkan makanan enak yang akan kau makan nanti.

Selangkah kau mulai memasuki Tsukino Cafe, saat itu juga kau disambut ramah oleh si surai putih yang tak lain adalah temanmu.

"Gokigenyou, [Name]-hime."

"Shun? Oh, doumo. Aku membawa kuponnya lho... Kuponnya bersama... ehm..."

Kau melirik ke arah Haru, mencoba bertanya mengenai namanya lewat tatapan. Respon yang Haru berikan hanya kekehan pelan. Ia pun memperlihatkan dengan jelas papan namanya.

Gumaman 'oh' pun keluar dari mulutmu.

"Yayoi Haru-san. Nah, kuponku bersama Haru-san," ujarmu sambil mengulas senyum bahagia. Tak sabar untuk segera menikmati makanan gratis.

"Fufufu, soal kupon itu hanya berlaku untuk teh saja. Jadi~ kau bisa bebas memesan teh mana yang kau mau~"

Sialan---teman sialan, pikirmu kesal.

Kenapa hanya untuk teh saja? Kau berpikir keras hanya karena permasalahan ini.

Kau mengira awalnya bahwa kupon itu berlaku untuk dessert dan semua makanan lain. Di kupon itu bahkan tidak ada tulisan 'hanya berlaku untuk minuman teh'. Ingin rasanya kau mengumpat, namun kau tahan karena harus merasa bersyukur sudah diberikan hal gratis---hal yang paling kau sukai.

Tanganmu pun mengambil kembali kupon itu, memperhatikannya dengan seksama dan benar saja irismu mendapati sebuah icon teh di sudut belakang kupon.

Sontak kau menggeram kesal. Melihat sikapmu, Haru hanya menggeleng pelan lalu mengambil kuponnya.

"Haha, [Name]-ojousama, mari kuantarkan kau ke mejamu. Oh, dan soal dessert, akan kutraktir kau satu yang paling kau inginkan."

"Haru-san terlalu baik..."

Pujianmu tetap tidak membuat raut wajah Haru berubah, masih ramah dengan senyum yang terpatri di wajahnya dengan baik. Setelah mengantarkan dirimu ke meja pesanan, dirinya mengamhil note dan mulai mencatat pesananmu.

"Ingin pesan apa, ojousama?" tanya Haru.

"Hmm... Montblanc saja."

Haru mengerjap, "Kuponnya bagaimana?"

"Oh iya, tehnya..." Kau memasang wajah masam lalu kembali menyambung perkataanmu, "Terserah Haru-san saja."

Haru mengangguk mengiyakan, menyuruhmu untuk menunggu sebentar dan pergi ke dapur.

Sejenak kau terdiam, menunggu pesananmu. Karena bosan, kau juga menghitung seberapa besar kebaikan yang Haru berikan padahal baru bertemu.

"Fufufu, yang mulai naksir dengan Haru."

Shun muncul, mengacaukan suasana.

"Diam kau, wibu Hajime."

Wajah cemberut dilayangkan oleh Shun, namun seketika hilang ketika Haru yang datang sembari membawa pesananmu. Begitu juga dengan diri Shun yang ikut hilang seolah sengaja membiarkan kalian berdua.

"Maaf lama menunggu, silahkan menikmati pesanannya, ojousama."

"Eng, teh hijau...? Itu... tidak pahit 'kan?" Kau sedikit mengernyit menatap minuman hijau itu.

Haru tertawa, "Tidak kok. Ini enak, aku pastikan." Kau masih mengernyit kemudian mencoba menyeruput minuman itu.

Ternyata benar, minuman hijau ini tak seburuk kelihatannya dan rasanya benar-benar nyaman.





Hm, apakah ini pengaruh dari tehnya atau mungkin saja karena Haru?

Tsukino Cafe! [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang