Tak seperti Cerita Romansa ala Anak Alay

1.3K 135 46
                                    


Ada yang kangen Kak Arka?
Rara?
Atau kangen sama cerita ini?

Maaf banget kalau aku baru bisa update setelah sekian lama ini. Ini karena selama dua minggu, sekolahku sedang mengadakan ujian. Sehabis ujian, aku malah sakit. Jadi ya begitulah 😅

Satu lagi....

I'm so happy, nggak terasa udah 1,32 K yang baca My Genius Family 😃
Nggak nyangka bisa secepat ini, aku jadi terhura, hiks 🙂

Love you all 💕

Senang aja, ternyata cerita ini banyak yang baca. Walau ada yang sider, aku juga pengin ucapin terima kasih karena udah mau baca My Genius Family 💞

By the way, sepertinya ini part terpanjang yang pernah aku buat. Yah..., anggap aja sebagai ganti karena aku udah lama banget nggak update.

Eh, maaf. Basa-basinya kebanyakan ya 😅

Yaudah, happy reading! 😁


* * *


Saat itu juga gue tertegun. Seumur hidup, hanya satu orang yang memanggil gue dengan nama panggilan Filosofia. Yah..., walau itu pun gue hanya baru satu kali berbicara dengannya. Itu loh, si cowok yang gue titipin novel sewaktu mau ke toilet. Siapa sih namanya? Kenapa gue jadi pikun begini? Oh iya!

Bagas.

Semuanya diam. Tak ada suara selama beberapa detik ke depan. Gue tak tahu apa yang persisnya sedang terjadi berhubung penglihatan gue terhalang telapak tangan Bagas.

Kemudian, terdengar suara yang agak aneh. Seperti seseorang yang mencoba menahan tawa. Hingga tawaan Febby menyembur keluar, kedengarannya ia tertawa karena sesuatu yang sangat lucu. Gue mengangkat tangan, ingin menggeser tangan Bagas. Bukan apa-apa, gue hanya ingin melihat wajah Febby saat tertawa berhubung tawanya terkesan seperti sok-jaga-image.

Sayangnya, lengan Bagas yang satunya kembali menarik tangan gue dan menahannya agar tak bergerak. Kemudian ia mengalungkan lengannya melalui bahu gue. Membuat gue sedikit kesulitan bernapas.

Sialan nih cowok! Kalau mau modus bilang aja, napa?

"Ih, kok gitu sih." Kata Febby dengan suara yang dilembutkan. "Gue sama Rio kan nggak ngapa-ngapain Rara, kok malah lapor ke guru."

"Nggak ngapa-ngapain gimana? Lah, tadi barusan situ kan dorong Filosofia." Kata Bagas

"Eh, enggak, kok." Febby terkekeh. "Tadi gue mau pukul nyamuk yang hinggap di bahunya Rara, tapi nyamuknya udah kabur duluan, deh."

Huh! Sungguh alasan yang sangat dibuat-buat.

"Ooh." Sahut Bagas santai.

Mulut gue bahkan sampai terbuka sedikit mendengarnya. Kalau saja mata gue tak ditutup, pasti gue sudah melotot selebar-lebarnya. Masa iya cowok bernama Bagas ini percaya begitu saja? Bahkan anak SD pun mungkin tau kalau Febby sedang berbohong. Mendorong bahu seseorang dan memukul nyamuk itu jelas berbeda. Gue tak mungkin sampai terhoyong ke belakang kalau alasannya hanya karena Febby ingin memukul seekor serangga pengganggu tidur yang sangat menyebalkan itu.

Atau yang barusan itu hanya sindiran? Tidak, tidak. Kedengarannya apa yang Bagas katakan sangat alami. Astaga! Bego banget, sih! Membuat gue teringat Kak Arka dalam sekejap. Eh, sorry Kak.

"Gue kira kalian mau jahatin Filosofia." Tambah Bagas.

Seketika itu juga gue bergerak, berusaha melepaskan diri. Bagas menurunkan tangannya yang menghalangi penglihatan gue sejak tadi.

My Genius FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang