Perang Idiom yang Berakhir Tragis

682 83 30
                                    

Di sinilah gue, berdiri di depan kelas dengan tangan kiri memegang buku cetak dan tangan kanan memegang spidol. Gue meneliti seluruh penjuru ruangan dengan gerakan kilat, melihat siapa saja teman gue yang belum memfokuskan pandangannya ke depan.

"Yang di sudut kanan!" Kata gue dengan lantang, membuat semuanya diam. Namun, kedua teman yang gue maksud itu belum juga sadar dan masih asyik mengobrol. "Sisi! Bambang!" Bagus. Sekarang mereka baru mengalihkan fokusnya ke arah gue. "Untuk kalian berdua dan yang lain, walaupun bukan guru yang ngajar, setidaknya kalian harus perhatiin. Ingat, ilmu itu bisa datang dari mana aja dan sangat penting walau sering dianggap sepele. Ntar kalau kalian nggak ngerti susah sendiri, kan? Ini juga amahah loh."

Oh, lihatlah! Bahkan gue sudah menjelma menjadi ibu guru yang cerewet. Gue menghela napas. Ini semua karena Bu Silvi mendadak ada keperluan, sehingga beliau tak sempat mencari guru pengganti dan alhasil, gue lah yang diamanahkan untuk menggantikan posisinya. Gue bahkan tidak dapat menolak, karena beliau bukan meminta tolong, melainkan memerintah. Jujur saja gue tak keberatan karena sudah mempelajari materi maktriks secara mandiri--termasuk bersama Bagas. Hanya saja, ini semua terlalu mendadak.

Entah memang benar atau hanya perasaan gue saja, satu kelas tampak segan pada gue. Usai teguran gue tadi, mereka bahkan tak berkutik sama sekali dan benar-benar diam. Gue melirik Siska, cewek itu tampak menahan tawa dan memberikan acungan kedua jempol ke arah gue. Memberi semangat.

Gue meletakkan buku cetak ke meja guru. Setelah membaca sekilas tentang tahapan-tahapan apa saja yang harus dijelaskan lebih dulu, gue mulai menulis judul di tengah-tengah papan tulis.

"Kali ini, kita bakal belajar tentang matriks." Gue mulai menjelaskan. "Gue yakin kata ini terdengar familiar, cuma mungkin yang kita nggak tau, sebenarnya matriks itu apa, sih?"

Saat melemparkan pandangan ke penjuru kelas, di belakang sana Febby tampak cemberut. Gadis yang berpenamlilan modis itu tampak melipat tangannya di depan dada dan bersandar, serta kakinya yang disilangkan samar-samar tampak dari meja yang menghalanginya. Tebakan gue, Febby sangat ingin menggantikan tugas gue. Gue sendiri tak masalah jika Febby yang menjelaskan. Namun apa boleh buat, Bu Silvi sudah memberi amanah kepada gue.

"Biar lebih nyambung bahas tentang matriks secara detail, gue mau menjelaskan definisi matriks lebih dulu. Matriks sendiri berisi bilangan atau variabel, biasanya berbentuk persegi panjang serta punya baris dan kolom." Gue menulis sembarang contoh matriks di papan. Kemudian melingkali baris pertama yang berjejer ke samping. "Ini namanya baris kesatu. Ini baris kedua, ini baris ketiga." Hal serupa gue lakukan untuk kolom matriks, yaitu dengan melingkari bilangan-bilangan yang berjejer ke bawah. "Ini kolom kesatu dan ini kolom kedua."

Gue kembali meneliti ke seluruh penghuni kelas. Tanpa sengaja, tatapan gue bersirobok dengan Rio. Ia memutar-putar pulpennya dengan santai, namun tatapannya terkesan mengintimidasi. Mau tak mau, gue kembali mengingat kejadian dimana gue memergoki cowok itu dan teman-temannya sedang melakukan perbuatan laknat tersebut.

Percaya atau tidak, kini perasaan gue kacau tiap kali bertatapan dengan Rio--kali ini jauh berbeda dibandingkan dengan rumor Rio-Rara yang dalangnya juga cowok sialan itu. Rasanya gue ingin menarik rambutnya kuat dan membanting tubuhnya ke tembok. Memintanya untuk mengembalikan hidup gue yang tenang sebelum ia mengacaukannya.

Oke, gue harus profesional. Gue mengalihkan pandangan sesegera mungkin dan berdeham. "Sampai sini kalian semua ngerti, kan?"

Seluruh murid bersorak ria seperti 'Ngerti Bos!' sebagian mengangguk, dan beberapa orang tampak diam namun tetap mencatat. Termasuk Febby yang mencatat dengan serius dengan wajah yang masih tertekuk. Astaga, cewek itu.

"Oke, selanjutnya kita bahas tentang ordo matriks, yang mana baris dan kolom yang jadi unsur pembentuknya. Kita juga bakal bahas transpose matriks sama matriks identitas. Kalau udah bisa, baru kita lanjut ke operasi antarmatriks. Ini dasar yang paling penting. Nanti kalau udah ngerti ini, jadi gampang kalau mau cari determinannya gimana, matriks ordo 2 x 2, 3 x 3, dan sebagainya."

My Genius FamilyWhere stories live. Discover now