Chapter 8 - The Past That Left Behind

2.1K 293 51
                                    

Sebuah sinar lain yang kuduga sebagai sinar matahari kembali membutakanku sesaat. Kemudian tubuhku terasa melayang, menjauh dari kain halus tempatku terbaring tadi, keluar dari sebuah kotak kayu dengan ukiran lambang keluarga Tolstoy di bagian tutupnya. Entah, aku juga tidak tahu bagaimana aku bisa tahu. Terlintas begitu saja di pikiran.

"Ini," ucap seorang wanita. "Kalung ini merupakan warisan turun-temurun dari leluhur ayahmu. Anggap saja ini sebagai hadiah pernikahan dari kami."

"Ibu---"

"Tidak, Tatiana! Pikirkan kedudukan ayahmu, keselamatan keluarga kita juga. Tsar sendiri yang meminta dirimu sebagai istri Lev Knyaz. Kau tahu pasti jika menentang perintah tsar diartikan sebagai pengkhianatan, hukuman mati."

Ibu Tatiana memasangkan kalung itu melingkari leher anak gadisnya kemudian menyentuhku. "Lihat loketnya, bulat sempurna. Terbuat dari emas murni jadi pantas jika cukup berat. Untung saja tidak terlalu besar. Kalau kau geser ke dua arah berlawanan, loketnya akan terbuka. Nah, begitu. Cukup untuk menyimpan sebuah barang kecil di sana."

Kurasakan pergerakannya, tetapi itu tak membuatku sakit. Tatiana tampak kagum. Mulutnya terbuka membentuk huruf o kecil dengan kedua mata terbelalak lebar. Wanita tadi menutupku ke bentuk bulat sempurna.

"Terima kasih," balas gadis itu setelah beberapa saat. "Namun, aku masih merasa ini bukanlah keputusan yang bijak. Menikahi Lev maksudku."

Wanita di sebelahnya mencondongkan tubuh mendekat. "Apa saja yang sudah kau lihat?"

Tatiana menjawab sambil menerawang, mencoba mengingat. "Tidak banyak," katanya. "Aku tidak berani keluar dari balik tirai karena banyak sekali tentara yang berlalu lalang di koridor istana. Yang kutangkap hanya suasana tegang dari wajah mereka, tetapi aku sendiri tidak tahu apa penyebabnya."

Mereka berdua terdiam sejenak. Mata ibu dan anak itu menembus ke balik jendela kaca tempat empat sosok manusia lainnya sedang bermain di halaman samping rumah mereka. Ketiga adik Tatiana dan seorang wanita tua pengasuh si bungsu.
Tatiana menghela napas lelah lalu berbalik lagi menatap ibunya. "Aku akan mencoba melihat lagi jika sempat."

"Jangan!" seru ibunya. Kemudian suaranya melembut dan ia melanjutkan, "Kau akan menjadi istri knyaz, menjadi seorang putri, yang akan tinggal di istana seumur hidupmu. Suatu hari kelak kau juga akan menjadi tsarina negeri ini. Banyak mata yang akan mengawasi pergerakanmu, baik atau buruk, musuh dan sekutu. Tatiana, kau harus lebih berhati-hati nantinya dalam menggunakan kekuatanmu, atau jika bisa tidak menggunakannya lagi. Sekali mereka tahu, tamatlah riwayat kita. Mereka akan mengira kita semua penyihir."

"Tapi kita memang bukan penyihir!" bantah Tatiana dalam bisikan. "Tidakkah mereka mengerti perbedaan antara sihir dan anugerah? Kulihat Lev Knyaz pun tidak terlalu keberatan dengan keberadaan mereka walaupun ibu dan bibinya terbunuh dalam serangan penyihir. Hanya tsar dan tangan kanannya yang selalu ribut untuk memburu penyihir, membuat seluruh rakyat benar-benar ketakutan dengan kehadiran mereka. Padahal tidak semua penyihir jahat dan hidup barbar di hutan. Lihat saja Ione! Tak ada yang tahu kalau ia penyihir, ia bisa hidup normal bersama manusia lainnya."

"Ssst!" Ibunya memperingatkan. " Kita berbeda. Mereka takut kita mencelakai mereka. Mereka takut dengan kemampuan kita, itu saja." Ibu Tatiana mengelus rambut putrinya untuk menenangkan.

"Terutama kemampuanku," ujar gadis itu. Senyuman kecil terbit di bibirnya.

"Ya, benar. Terutama kau." Ibunya mengangguk setuju. "Kemampuanmu tidak sekadar melihat masa depan. Kau ... berkunjung ke sana. Pengelana waktu. Hanya saja tubuh aslimu tidak berpindah tempat, sosokmulah yang pergi ke masa depan. Aku selalu penasaran bagaimana rasanya."

Hiraeth (COMPLETED)Where stories live. Discover now