Chapter 15 - Fight

1.7K 237 18
                                    

Pada pagi yang sudah ditentukan, Mr. Grecell dengan dua adik bungsuku sudah berpakaian ala petani, rakyat kelas bawah. Walau musim salju sudah berakhir, iklim Norvogods yang selalu dingin membuat mantel berlapis yang dikenakan mereka tidak menarik banyak perhatian. Ibu, Anastasia, dan aku mengantarkan mereka ke tempat pertemuan dengan petani kenalan Dimteric yang akan membantu kami mengirimkan pesan pada Lev.

Sebuah gerobak sudah menunggu di tepi hutan bersama sayur-sayuran serta buah-buahan segar di sana. Pemiliknya duduk di kursi depan sambil memegang tali panjang yang digunakan sebagai kendali atas kuda penariknya. Pria itu bergeser memberi tempat untuk Mr. Grecell duduk di sampingnya sementara Olga dan Eugenia duduk di tengah sayur dan buah.

“Hati-hati!” seru Ibu saat gerobak perlahan melaju.

Kami tak beranjak bahkan hingga gerobak itu menghilang dari pandangan, membawa lambaian tangan ceria milik Eugenia pergi bersamanya. Anastasia dan aku mendudukkan Ibu di salah satu batu besar di tepi hutan itu karena kami tahu Ibu tak akan mau diajak pulang bila Olga dan Eugenia belum kembali dengan selamat. Sepanjang menunggu, mata Ibu selalu kosong. Kata Anastasia itu artinya ibu sedang melihat dan kemungkinan besar mengawasi Olga dan Eugenia.

Menjelang tengah hari, gerobak milik petani yang membawa tiga orang utusan kami perlahan mendekat. Ibu langsung bangkit dan berlari mendapati mereka, meninggalkan Anastasia dan aku yang menyusul di belakangnya.

“Bagaimana? Kalian selamat bukan? Apa kalian terluka? Ada yang mencurigai kalian?” Ibu memberondong dua putrinya dengan pertanyaan.

Namun, Mr. Grecell yang menjawab, “Kami baik-baik saja, Madame. Mereka melakukan tugas dengan sangat baik. Eugenia tersenyum lebar hingga giginya yang tanggal terlihat.

Kami segera kembali ke rumah Raquel untuk melapor. Petani itu pergi setelah memberikan ucapan semoga beruntung dan harapan agar Norvogods kembali normal seperti dulu.

Rumah Raquel sudah dipenuhi oleh orang-orang, kebanyakan pria tentu saja, yang siap berperang melawan Koslov. Mereka menyambut kami dalam riuh rendah untuk mendengar balasan Lev tentang waktu penyerangan.

“Lev Tsar mengatakan, rapat dewan istana akan dilangsungkan esok pada tengah hari,” seru Dimetric setelah mendengar Eugenia. “Malam ini kita akan bersiap. Ingat, kelompok di luar istana harus melihat kain merah di jendela yang akan kukibarkan sebelum memulai penyerangan, hal itu sebagai tanda bahwa kami sudah berhasil masuk ke dalam istana. Bila kalian menyerang lebih dulu, ada kemungkinan mata-mata Koslov akan langsung mengabarkan padanya hingga semua akses masuk ke istana ditutup.” Semua orang mengangguk setuju.

Malamnya aku tak bisa tidur. Aku berbaring bersisian dengan Anastasia sambil terus berbalik ke kanan dan kiri untuk menemukan posisi yang nyaman untuk tidur. Tidak berhasil. Jantungku berdetak sangat kencang hingga rasanya akan melompat keluar dari dadaku. Pikiranku terlalu tegang memikirkan rencana penyerangan yang akan kami lakukan besok siang.

“Ann?” bisiknya.

“Hm?”

“Aku khawatir,” ucap Anastasia pelan. “Jika rencana ini tidak berjalan lancar, jika kita gagal, maka akan lebih banyak nyawa yang dikorbankan. Tidak hanya keluarga kita saja. Kemudian kedatangannmu, Sean, dan Tuan Grecell menjadi sia-sia.”

Aku menyangkal. “Tidak! Semua akan baik-baik saja, pasti. Koslov akan hancur dan kita semua akan selamat.” Namun Anastasia mendengar keraguan dalam ucapanku.

Akhirnya kami berdua tertidur menjelang dini hari. Bukan hal yang bijaksana sebenarnya mengingat kami memerlukan keadaan jasmani yang bugar dalam peperangan ini. Istri-istri yang suami atau anak laki-lakinya tergabung dalam kelompok rakyat pemberontak dengan baik hati menyumbangkan makanan sehingga perut kami cukup kenyang menghadapi hari.

Hiraeth (COMPLETED)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu