Akhirnya Ku Menemukanmu (Bab 7)

70 4 0
                                    

BAB 7      
                                                    KEBERSAMAAN

     Suasana malam ini begitu indah, semua sudah mempersiapkan untuk pesta kecil bu silvi. Vey yang saat itu di antar sang ayah, menceritakan pengalaman pribadinya di atas motor. Ia menceritakan semua tentang rey, bahwa dosen barunya itu merupakan pak rey yang di tolong oleh sang ayah saat dompetnya terjatuh waktu itu. Bahwa laki laki itu adalah pemilik rumah makan sekaligus dosen bahasa inggrisnya. Dengan suara angin disepanjang jalan palembang itu, tak menghalangi vey terus bercerita. Sang ayah tak mampu menyembunyikan rasa kagetnya, sambil fokus menyetir motor, beliau tetap setia mendengarkan curhatan sang anak. Yang menganggap rey pria jutek dan sok cool.
“kamu jangan benci benci. Nanti jadi suka. Biasanya benci adalah awal sebuah cinta” (ledek ayah)
“Nggak lah yah..., vey kan nggak mau pacaran juga. Lagian sir rey itu tua banget, bukan tipe vey.haha” (jawab vey sambil tertawa)  
“cinta itu tak mengenal usia vey”
“ciyee si ayah”
“ya kita kan nggak tau jodoh, ada yang beda usia jauh tau tau berjodoh”
“iyaa iyaa.. au ah gelap,haha”
Tak terasa obrolan panjang itu membuat keduanya tak sadar telah sampai di BKB. Lalu vey berpamitan dengan sang ayah
“vey..jaketmu ini bawa aja. Nanti kamu kedinginan nak, ini malem lho..angin sungai musi lumayan kencang”
“nggak usah yah..., nanti juga pulang vey kan bisa pulang naik mobil kiki”
“ya udah.. hati hati ya”
“ayah yang hati hati” (ucap vey sambil mencium tangan ayah)
Lalu vey bergegas menuju kedalam kafe. Disana terlihat kelas b sedang menghadiri dan mempersiapkan pesta kecil itu. Yakni nasi tumpeng dan kue tart untuk Bu silvi yang merupakan dosen favorit satu kelas. Karna sosoknya baik, penyayang dan mengajar dengan asik, sehingga para mahasiswa mengaguminya. Usai bercengkrama, tak lama kemudian bu silvi yang di tunggu datang. Malam ini menjadi moment yang begitu indah untuk beliau. Tak lupa pula vey dan kawan kawan memanjatkan doa, yang saat itu di pimpin salah satu teman. Saat moment indah  di iringi lagu lagu sendu dan sahdu itu terjadi tiba tiba sir rey mendekatiku.
“vey... kamu bisa tolong saya nggak minggu depan?
Melihat kami bercakap serius berdua, teman teman langsung meledekku dari kejauhan. Seakan memberi kode bahwa aku yang tak pernah didekati pria, baru kali ini di hampiri pria.
“kalian napa hah??liat liat?? (teriakku)
Dan mereka hanya tertawa sambil menikmati hidangan camilan. Semua sibuk dengan aktifitasnya. Ada yang berselfie ria, ada yang bernyanyi. Dan dancer. Maklum, kami merupakan anak kesenian. Untuk hal hal seni seperti ini biasa kami lakukan. Secara bergantian teman teman bernyanyi, bermain music menunjukkan keahlian. Dan aku masih sibuk berbincang dengan sir rey.
“tolong apa sir?
“kita ngobrol di luar aja deh.. di depan cafe. Disini nggak jelas”
“oke sir”
“jadi gini, anak saya zia minggu depan ada acara lomba ibu dan anak , saya mau minta tolong kamu. Kalo kamu nggak keberatan”
Belum selesai sir rey berbicara, tiba tiba teman teman menghampiri dan menguping obrolan mereka.
“vey...., ciye.. hahaa “ (ledek erik)
“apaan sih rik? Lebay amat”
Lalu mereka kembali masuk lagi kedalam kafe. Tiba tiba aku yang terkena angin malam, bersin tanpa sengaja. Aku termasuk alergi cuaca jika terlalu dingin. Padahal ayah sudah mengingatkan untuk memakai jaket. Usai bersin kami melanjutkan obrolan tersebut. Dan lagi lagi aku bersin. Sehingga membuat sir rey melepaskan jaketnya dan menyuruhku memakainya.
“kamu pakek deh.. nanti kamu masuk angin”
“nggak sir, nggak usah. Makasih. “
“bandel banget kamu, udah jelas jelas masuk angin masih gengsi”
“hehe.. aku nggak enak, nanti yang lain bingung kok aku pake jaket sir”
“oh gitu,ya udah”
Terus sir lanjut. Lalu aku dan sir rey melanjutkan obrolan itu. Dan aku meng’iyakan nya. Bersedia menemani zia di tk nya nanti. Saat kami masih berbincang bincang tiba tiba mantan istri sir rey menghampiri, lalu tiba tiba mencaciku.
“oh...ini acara mu yang penting itu ya mas?
“kamu ngapain kesini karin?
“aku perlu tanda tanganmu lah”
“oke sini..mana yang perlu aku tanda  tangan. Kamu itu nggak ada capek capeknya buat ulah ya”
Lalu karin menatapku dari bawah kaki hingga ke atas. Dia seakan tak menyukaiku, dan terus mencibirku. Sepertinya dia mengira aku memiliki hubungan special dengan sir rey.
“ini selera mu mas? Setelah lepas dari aku? Rendah banget seleranya. Selera anak ingusan gitu ( ucap karin sambil tersenyum sinis)
“kamu pergi deh.., ini sudah aku tanda tangan”
Tiba tiba aku baru tau, bahwa semua teman teman sedang memperhatikan kami dan mereka melihat ke arah karin mantan istri sir rey. Aku baru tau mulut mantan istri sir rey ini begitu ketus, tak sesuai dengan wajah cantik nya. Aku yang tak mengerti semuanya hanya bisa terdiam. Lalu sir rey mengusir karin. Saat itu pula bu silvi yang di dalam menyusul keluar, dan berkata
“rey..mantan istrimu ini seperti sudah putus urat malunya. Masih saja mengusik hidupmu”
“biarin deh yuk. Aku juga udah nggak mau tau lagi”
Setelah itu kami kembali berselfie, aku tak sadar bahwa tiba tiba erik banyak sekali mengambil moment fotoku bersama sir rey. Sehingga foto itu menjadi bahan candaan mereka. Aku merasa biasa saja dengan sir rey, tak ada dag dig dug. Karna pikiranku masih menetap pada sosok kak aris.  Malam ini juga kami berdiskusi untuk liburan semester yang akan tiba 2 minggu lagi. Kami berencana untuk berlibur ke lampung. Untuk mengunjungi pantai pahawang, dimana kami akan menginap 3  hari 2 malam disana. Semua menyetujui, tapi aku akan meminta izin terlebih dahulu dengan ayah dan nenek. Usai berdiskusi kami pulang. Aku dan riska pulang bersama kiki. Di dalam mobil mobil kiki bercerita, katanya kak aris selalu menghubungi dirinya. Aku tau, fisik cantik kiki tak akan bisa mengalihkan hati kak aris sejak pertemuan awal itu. Dari curhatan kiki, sepertinya kiki tak menaruh hati pada kak aris, tapi ia tetap setia pada kris sang kekasih. Namun kak aris, terlihat jelas menaruh hati padanya. Lagi lagi aku terlarut dalam lamunan dengan berpura pura memejamkan mata
“vey...lu tidur? (tanya kiki)
“yak ella capek banget ya (sambung riska)
Aku pura pura tidur, padahal sedang meratapi hati dan perasaan dimana cintaku bertepuk sebelah tangan. Lalu  tibalah dirumah, saat kiki membangunkanku.
Keesokan harinya di hari minggu.
“ayah... kita mau kepasar kan hari ini. (ucap vey)
“iya..sekalian mau ketoko bangunan bentar ayah mau pesan semen buat nampel belakang rumah kita yang dindingnya hancur”
“iya, nanti vey temeni.
“wah masak apa bude parmi? (tanya ezi)
“ini ada lontong tadi masak dirumah. Bude bawa buat kalian , pada belum makan kan pasti. Hehe.. “
“inikan kesukaan ayah “ (ledek vey)
Ayah hanya tersenyum melihat kelakuan ezi dan vey. lalu mereka menikmati lontong buatan bude parmi. Usai menikmati lontong, segera vey dan ayah beranjak ke toko pasar plaju yang tak jauh dari jakabaring kediaman mereka. Saat memasuki pasar ayah menuju sebuah toko bangunan, berbeda dengan vey yang mencari bahan roti. Saat di toko bangunan inilah untuk pertama kalinya sang ayah bertemu kembali bu farida (mantan istri yang meninggalkannya). pada Saat itu bu farida tak melihat ayah vey. tapi ayah vey melihat jelas  bu farida yang keluar dari toko bangunan dan menuju masuk ke dalam mobil. Ternyata bu farida saat itu hendak membeli cat untuk pekarangan rumah. Sang supir pun memasukkan beberapa cat kedalam mobil, ayah vey yang masih belum percaya, ragu untuk menyapa tetapi terus memandang ke arah bu farida. Ayah vey yang berdiri di dekat kasir hendak memesan semen sejenak terdiam menatap ke arah mobil merah itu. Ia tak percaya dan bertanya tanya dalam hati, apakah itu benar mantan istrinya yang telah tega meninggalkan anak anak dan dirinya. Lalu bergegas mobil merah itu meninggalkan toko bangunan. Usai memesan semen sang ayah terlihat diam. Vey pun menghampiri
“yah.... kenapa melamun?
“ah..nggak. nggak ada apa apa nak”
“habis liat hantu? Haha
“ah kamu. Hehe, ayo pulang”
Saat di perjalanan vey mengajak ngobrol sang ayah
“ayah kita jadi terapi ezi 2 hari lagi?
“insya allah jadi.
“ayah pegang uang?
“ada insya allah. Kamu nggak usah pusing masalah biaya, kamu fokus belajar aja.
“vey pegang uang yah, kalau kurang pake uang beasiswa vey aja. Ezi mau pasang kaki palsu kan? Saran dokter”
“iya nanti kita bicarain ya itu”
“oke yah..,sekalian nanti vey mau cerita ke ayah tentang liburan semester”
“iya nanti kita bahas ya”
Lalu motor melaju ke jakabaring, yang merupakan tempat dimana mereka tinggal. Meski terlihat tenang, sebenarnya pikiran sang ayah masih tak fokus dengan apa yang baru saja dia lihat tadi. Sesampai dirumah vey meminta izin kepada sang ayah untuk berlibur bersama teman teman dan 2 dosennya yakni sir rey dan bu silvi, bersama teman teman sekelas orang 20. Karna sudah mengenal baik sahabat sahabat vey, ayah memberi izin pada vey. dan sebuah moment kocak terjadi saat itu pula sang ayah menelpon sir rey dengan ucapan “titip vey ya pak. Anak ini terkadang nakal, hehe” layaknya menitipkan seorang anak kecil. Sambil menunggu waktu berlibur 2 minggu lagi.
“iya pak hendra nanti saya awasi vey”
“makasih pak rey ya”
“sama sama pak hendra”
Beberapa hari kemudian
2 hari sebelum hari pertunjukan tiba , aku kerumah sir rey untuk mengambil keranjang roti sekaligus berlatih musik bersama zia. Aku melihat wajah ceria dan bahagia dimatanya. Seakan ia begitu nyaman berada di dekatku. Aku memainkan gitar dan bertanya padanya lagu apa yang dia suka, nanti bisa dinyanyikan bersama dengan iringan gitar. Kami menikmati hari itu, penuh canda tawa dan cerita, sambil ia sesekali bercerita tentang papinya. Aku tak sadar bahwa kebersamaan akrab kami sedang di perhatikan sir rey dari kejauhan. Sepertinya ia begitu senang melihat ke akrab an kami. Saat Malam harinya aku bercerita dengan sang nenek, bahwa 2 hari lagi aku akan menghadiri acara TK zia, dimana sir rey meminta tolong kepadaku. Lalu nenek menyarankan agar aku memakai kostum feminim layaknya seorang ibu. Tapi sempat kutolak.
"nek..,vey ini masih gadis masa mau disuruh pakai baju ibu ibu"
"hahaa..., vey maksud nenek biar kamu keliatan gitu di panggung pas tampil bareng zia. Nanti kamu sendiri pakai baju santai anak kuliah,coba sesekali pakai rok deh"
"nggak punya nek, masa mau pinjem ke kiki sama riska. Mau beli tanggung banget cuma untuk di pake sekali"
"ada baju ibumu jaman dulu. Masih nenek simpan di lemari. Kamu mau pakai?"
Seketika aku terdiam. Lalu ku tatap mata sang nenek. Sepertinya nenek memahami isi hatiku yang kurang mendapat kasih sayang dari seorang ibu.
"jangan di ingat buruknya. Seburuk apapun ia, ia tetaplah ibumu vey. Ibu yang melahirkanmu"
aku hanya diam. Tak lama kemudian nenek mengeluarkan baju lama itu. Benar saja, kami menemukan dress terusan jaman dulu. Jaman dimana ibuku masih bersama ayah. Lalu ku coba dress tangan panjang bewarna merah itu. Kupadukan ke tubuhku, benar saja, pas sekali di badanku. Ku padu dengan sepatu cat yang biasa ku pakai, serta hijab merahku. Aku terlihat lebih dewasa, ucap nenek. Nenek memandangku yang sedang menghadap kaca sambil memeluk pundakku. Dengan mata berkaca ia berkata
"kamu cantik banget vey, tetaplah cantik yang tak hanya cantik. Tapi cantiklah dari hati dan pribadi"
"iya nek. Insya allah"
“ih nenek serius amat sih” (candaku mengalihkan kegundahan hati nenek)
“hehe, kamu ini”
“aku kan emang cantik nek, pakai apa aja tetep cantik kan” (ucapku sambil tertawa)
“iya..iya” (jawab nenek sambil menahan tawa)
Lalu kupeluk erat nenekku, aku memang tak pernah mendapat pelukan hangat dari ibu. Tapi pelukan nenek, mengalahkan segalanya bagiku. Selain ayah,neneklah salah satu orang yang mengerti ku.
                                                          ****                           
Dua hari kemudian .
   Pagi hari tepat jam 06.30 vey sudah tiba di rumah makan rey, menunggu zia. Mereka akan pergi serentak dengan di antar pegawai rey. Zia Yang ternyata juga memakai gaun merah semakin terlihat manis . rambutnya terurai tak begitu rapi, tetapi tak mengurangi keimutan di wajahnya. Kulit putihnya semakin mempercantiknya. Lalu vey menyisir rambutnya
"zia...kamu mau tante kuncir? Biar makin imut gitu?
"boleh tante"
“hah baju kita sama ya, sama sama merah”
“iya tante ya..sama”
“tos dulu dong”
"eh kamu hafal belum lagunya? Nanti jangan lupa di atas panggung"
" hafal donk tante.eh aku mau panggil tante bunda aja. Kayak temen temen zia panggil orang tuanya"
Seketika vey terdiam.dan memandang ke wajah gadis mungil itu
" kamu mau panggil apa tadi?
"bunda.., boleh nggak tante?
Saat itu pula rey turun dari tangga atas. Dan mendengar percakapan mereka.
"papii..., zia mau panggil tante vey bunda. Boleh kan? "
Saat itu pula rey hanya diam. Dan tak menjawab sepatah kata.
"iya zia, boleh" (jawab vey sambil memeluk gadis kecil itu)
"sir rey, aku dan zia pamit ya. Doain kita pulang bawa piala. Hehe"
"iya, makasih banyak ya"
"sama sama sir"
Tiba tiba rey mendekati zia memeluk sang anak. Dan menyodorkan tangan ke vey.
"kamu nggak mau salam saya? Saya kan dosenmu"
"iya tapi nggak pake nyodor tangan sir, aku nggak kebiasa salaman sama bukan muhrim"
"ya ampun ni anak, nggak ada nafsu nggak berdosa. Mau jadi mahasiswi durhaka?
"haha..., nggak sir. Cuma gini aja salamannya. Maaf ya. " (tolak vey dengan canda)
Tiba tiba vey menginjak kaki rey tanpa sengaja
"aw..... Aduh, kamu ini ngeselin melulu"
"sori sori sir...nggak sengaja sumpah"
lalu seketika itu vey berdiri dari kursi dan melihat ke arah kaki sang dosen , sambil bertanya
"mana yang sakit tadi sir?
Dan mata rey pun terpana menatap ke arah vey. Baru kali ini ia melihat vey memakai dress bergaya feminim. Dengan mata terpana ia menatap vey dan vey pun tanpa sengaja melihat ke arah mata rey. Lalu segera menunduk
" astafirullah..dosa sir..dosa.."
"kamu GR banget. Saya itu cuma liat kamu tumben tumbennya feminim gini"
"iyalah sir namanya juga mengimbangi mau tampil di panggung anak anak dan orang tua kan"
"iya ya..
"ya udah pamit ya, salamualaikum"
"walaikumsalam."
"papi.. Nanti nyusul kan. Papi bilang mau nyusul kalau udah ngajar"
"iya nanti papi nyusul ya nak"
Segera kami menuju TK tempat zia bersekolah. Setelah sampai di sekolah, aku terasa begitu asing. Sebuah suasana yang belum pernah ku dapatkan sebelumnya. Lagi lagi aku mengingat masa kecilku, aku teringat saat aku kecil sempat di antar ibuku. Moment manis belasan tahun lalu yang tak mungkin ku lupa. Dan perlombaan segera dimulai. Satu persatu peserta maju. Hingga tiba giliran aku dan zia tampil. Disana sudah terlihat sir rey sedang mengabadikan moment kami dalam video. Tepuk tangan meriahpun bergemuruh saat aku dan zia usai menyanyikan lagu yang bersyair “apa yang ku berikan untuk mama, untuk mama tersayang...tak kumiliki kekasih beharga untuk mama tercinta, hanya ini ku nyanyikan...senandung dari hatiku untuk mama...hanya sebuah lagu sederhana lagu cinta ku untuk mama” , tanpa ku sadari karin yang merupakan mami zia ikut hadir menonton disana dari kejauhan. Ada yang mengira bahwa aku adalah ibunya zia. Ada juga yang tau bahwa aku adalah tantenya zia. Moment manis ini terus di abadikan sir rey. Hingga pada penutupan lomba aku dan zia berhasil meraih juara 1. Bisa saja karna daya kreatif kami, karna lagu versi akustik ini kami nyanyikan dengan gitarku. Usai membagi piala, karin maminya zia mendekat dan memeluk zia. Zia pun berkata
“mami..ini piala buat mami. Walaupun zia tinggal sama papi, mami tetap ada dihati”
Aku terdiam mendengar ucapan polos dari bibir gadis kecil 5 tahun itu, sedikit haru. Karin pun memeluk zia sambil memandang ke arahku. Lalu dia berkata kepadaku
“tolong kamu jangan rebut zia dariku. Kamu boleh ambil papinya, tapi jangan zia. Karna satu satunya ibu yang berhak atas zia, itu Cuma aku”
Aku yang mendengar perkataan itu seperti tersambar petir. Sungguh tak ada niat dihatiku untuk merebut zia darinya. Akupun tak memiliki hubungan khusus dengan sir rey seperti yang karin duga. Saat itu memang sir rey sedang sibuk berbicara dengan guru guru zia, sehingga ia tak tau apa yang baru saja terlontarkan dari mulut mantan istrinya. Sejenak kuterdiam , lalu kujawab
“Maaf mbak, aku hanya teman zia dan juga murid papinya. Mbak jangan su’udzon.
Dengan mata penuh sinis ia menatapku kembali, lalu mencium zia
“zia...mami pulang ya, nanti besok besok mami ajak kamu jalan ya.”
“iya tapi mami izin papi”
Seketika itu pula karin beranjak meninggalkan kami. Tiba tiba sir rey menghampiri dan memeluk zia
“selamat ya nak. Anak papi hebat banget”
“yang hebat itu bunda vey, papi nggak ucapin makasih apa sama bunda vey?
“oh iya lupa. (jawab rey sambil tertawa )
“vey..makasih ya”
“sama sama sir”
Tak lama itu hp ku berbunyi. Riska menelpon ku
“iya ris.....assalamualaikum.”
“vey kamu lupa..kita ada tugas kelompok lho..besok persentasi”
“iya yah .. astaga aku lupa”
“kamu nyusul gih kerumah kiki”
“okey kirim alamatnya ya. Aku langsung aja nih. Ini baru selesai acara anak sir rey”
“sip..kita tunggu”
“mau latihan dancer kan? “
“bukan,tarian padang”
“iya ya...gue sampe lupa”
Usai membaca pesan riska yang memberitahu alamat kiki, segera aku berpamit pulang. Tapi sir rey menawarkan diri untuk mengantarku kerumah kiki. Saat di dalam mobil suasana begitu cair, kulihat zia begitu erat memeluk pialanya.
“bunda...bulan depan jangan lupa datang ya ke ultah zia”
“iya vey, zia nanti ultah. Kamu jangan nggak datang”
“wah...be arti ultah ke 6 tahun dong”
“iya bunda. Kan udah mau masuk SD.
“iya yah...
Obrolanpun begitu cair hingga tak terasa sampailah dikediaman kiki.
“sir makasih ya, aku turun.
“iya makasih juga buat moment hari ini ya, kamu udah temeni zia”
Kulihat dia menatapku tajam hingga aku tak berani memandang kearahnya, tapi memandang kebawah.
“o ya..satu lagi, kamu lebih bagusan pake dress gini, lebih feminim”
“hehe... sir jangan terlalu perhatiin aku gini, nanti ada hati yang terjatuh”
Seketika itu rey terdiam.
“lagian aku kan cewek, wajar dong pake dress. Nggak mungkin aku pake celana cowok”
“kamu tuh GR an banget ya, saya kan Cuma saran biar kamu lebih feminim”
“oke makasih aku turun ya. Zia...bunda turun ya, dadaaa..”
Aku tak mengerti, mengapa akhir akhir ini aku sepertinya begitu dekat dengan duda jutek itu. Dia bukan seleraku, tapi ntah kenapa ada kenyamanan tersendiri saat aku berada di dekat sang anak.
Usai vey turun aku melanjutkan perjalanan pulang bersama zia. Ntahlah, setiap aku berhadapan dengannya jantungku berdegup tak menentu. Seperti ada sesuatu berbeda. Sambil menyetir aku terus mendengarkan cerita bahagia zia hari ini, termasuk mendengarkan cerita bahwa karin mantan istriku tadi menyusul datang. Aku sudah menutup lembaran cerita bersama karin, perempuan dulu yang ku cinta. Lalu terhapus dari hati, karna goresan luka yang ia beri.
Suasana dirumah kiki..
Terlihat riska dan feri sedang bergelut dengan laptop menyiapkan materi persentasi. Lalu erik, edo dan kris asik dengan hp dan tugasnya sendiri.
“hallo semua.. (sapaku)
“hey...nggak nyasar kan? Ucap kiki.
“nggak, sori gue telat ya”
“iya...maklum asik sama calon anak,haha (ledek erik)
“lu makin hari makin akrab sama sir rey, awas cinta lho (guyon edo)
“nggak lah..., orang biasa aja”
“haram pacaran , haram (ledek kriss)
“btw mana mama mu ki? Papamu?
“papa masih di australia vey, kalau mama ada dilantai atas. Tadi dah turun nemui anak anak ini, bentar lagi turun ke bawah lagi”
“mama mu sehat? Alhamdullilah mendingan udah, tapi besok mau konsul lagi. Cuci darah”
“oh syukurlah kalau udah mendingan”
“hayuk kita latihan vey (teriak riska)
Dirumah megah ini kiki tinggal bersama sang papa, yang merupakan direktur sebuah perusahaan ternama. Dan bersama seorang mama tiri, meski mama tiri tapi beliau sangat menyayangi kiki. Vey yang tak tau bahwa mama tiri kiki adalah ibu farida , yang merupakan ibu kandungnya. Ibu yang meninggalkannya belasan tahun lalu. Sulit di percaya, ibu yang ia cari selama ini ternyata akan berada dihadapannya. Dan berada satu atap bersamanya saat hari itu. Vey memang sudah lupa akan wajah sang ibu, tapi tidak dengan bu farida yang masih mengingat wajah buah hatinya itu.
“mama....(sapa kiki dari lantai bawah)
“iya sayang..”
“ini ada vey lho, temen kiki yang berprestasi itu”
“apaan sih kamu ki?lebay bangat (jawab vey)
“lah emang kamu pinter berprestasi kan vey, haha”
“hehe..akyu kan jadi malu” ( jawab vey sambil menguyah camilan)
Seketika itu sang mama turun dari tangga, lalu menatap vey. bu farida memperhatikan dress merah yang dikenakan vey. ia teringat bahwa dress itu seperti miliknya belasan tahun lalu. Lalu menatap wajah vey, saat itu pula ia kaget tak percaya. Ia seperti menatap anak kandungnya yang pernah ia tinggalkan dulu.
“hallo tante, saya vey “
ucap vey sambil memberi sujud dan mencium tangan mama kiki. Vey tak menyadari bahwa dihadapannya berdiri ibu kandungnnya. Ia tersenyum manis sambil mencium tangan bu farida. Sejenak bu farida terdiam dan hatinya diselimuti banyak tanya. Vey, namanya sama seperti anak yang ia tinggalkan dulu “Zera Veyrani”. Lalu ia bertanya
“namamu siapa nak?
“vey tante”
Nama panjangmu?
“Zera Veyrani”
Seperti disambar petir, hati bu farida semakin tak percaya. Ada perasaan bersalah, ada perasaan takut akan rahasia masa lalunya kembali terbuka. Dan ada rasa sedikit rindu.
“ayo vey..kita lanjut latihan”
“mari tante..”
“iya.
Bu farida segera ke atas. Lalu usai kiki dan teman teman belajar, dan semua pulang, beliau memanggil kiki. Berbicara 4 mata. Ia menyuruh kiki untuk menjauhi vey.
“ma.. vey itu anak baik, kenapa mama suruh kiki jauhi vey?
“mama kurang suka aja kamu deket sama dia sayang”
“iya tapi apa alasannya”
“nggak tau, batin mama aja”
“tapi kiki nggak janji lho ma. Karna vey memang anak baik. Apalagi kita nanti mau liburan bareng ke lampung pulau pahawang”
“iya sayang . jauhi dia secara perlahan ya”
usai mengingatkan sang anak, bu farida kembali ke kamar. Merenungi apa yang baru saja ia alami. Ia masih tak percaya akan bertemu kembali dengan sang anak. Ia takut masa lalunya terbongkar sehingga anak tirinya kiki dan sang suami akan sangat membencinya. Ia juga takut hal terbesar terjadi, yakni vey akan membuka semua cerita lalunya. Dan membalas dendam kepada dirinya atas apa yang pernah ia lakukan kepada vey, ezi dan sang suami dimasa lalu. Ia terlarut dalam kegalauan. Disatu sisi ia merindukan ezi dan vey, ingin sekali tadi memeluknya. Anak itu sudah remaja, dan menjadi mahasiswi berprestasi seperti yang diceritakan kiki. Ada rasa rindu yang begitu dalam, tapi takut di ungkapkan. Ia menangis, menangisi kesalahan terbesar dimasa lalu. Dan seketika itu pula sakit ginjal itu kembali menyerangnya. Ternyata sudah 1 tahun ini, bu farida menderita gejala gagal ginjal. Dan masih rutin melakukan terapi cuci darah.

AKHIRNYA KU MENEMUKANMU Where stories live. Discover now