Akhirnya Ku Menemukanmu (Bab 8)

62 3 0
                                    

                                Bab 8
            CERITA KITA DiPAHAWANG

“kamu hati hati disana...banyak banyak baca doa.inget kamu nggak bisa renang lho vey”
“iya ayah”
“ayah di telpon pak rey, katanya ia mau jemput kamu, dan ajak bareng ke bandara.
“hah? Sir rey nggak ngomong mau bareng. Vey kan mau bareng kiki”
“udah kalau dia mau jemput masa mau ditolak nak. Bareng aja nggak papa”
“bukan muhrim lah yah...mau dua dua an sama dia ke bandara”
“nggak, dia sama zia anaknya kok, sama supirnya juga”
“oh..”
Tak lama itu rey tiba dirumah vey, rey yang sudah izin kepada pak hendra untuk mengajak bareng vey segera turun dari mobil.
“o alahhh gantengnya (ucap bude parmi)
“biasa aja bude. Segitunya.
“pak hendra, calon mantunya itu??calonnya neng vey?
“bukan mbak, temen.
“kak...kamu ati ati ya. Inget inget dipantai jangan lincah gino “ (jangan terlalu lincah)
“iya ntar nyemplung dilaut “ (sambung nenek)
“iyaa nek. Vey pamit ya”
Usai berpamitan mereka segera berangkat. Didalam mobil zia menyuruh sang papi dan vey duduk di belakang bersamanya. Aku yang serba salah langsung meng’iyakan
“vey..kamu duduk sini juga disuruh zia”
“apa sir?
“bertiga disini, zia di tengah”
Sang supir pun tertawa kecil.
“kamu kenapa jono? (tanyaku)
“nggak pak..., muka zia itu sepintas mirip sama mbak vey. kayak ibu anak sama bapak lagi duduk bareng”
“pak jono fotoin kami dong bertiga” (seru zia)
Seketika itu aku terdiam, vey pun tersenyum bingung.
“bapak lagi nyupir gimana mau fotoin neng zia?
“berenti dulu ke pinggir”
“turuti aja jon. “
Lalu zia mengeluarkan kamera, dan meminta pak jono memotret kami beriga yang duduk dibelakang. Persis layaknya sebuah keluarga kecil, vey pun tertawa lepas. Karna ia sudah merasa akrab dengan zia, jadi moment inipun menyenangkan baginya. Lalu kami melanjutkan perjalanan, dan tibalah di bandara.disana aku memeluk zia
“papi Cuma 2 hari ya nak. Kamu nanti bobok sama si bude. Jangan nakal.
“iya papi”
Begitupun dengan vey, ia seperti seorang ibu yang begitu dekat dengan anaknya, ia tak segan menggedong zia dan mencubit hidung zia untuk berpamitan.
“semua sudah siap?? Hallo kelas b (teriak bu silvi)
“siap bu..
kita semua orang 22. Total mahasiswa kelas b 20 orang. Dan 2 orangnya lagi sir rey dan saya bu silvi. Usai mengabsen, pesawat pun segera lepas landas. Hingga tibalah kami dilampung, yang tak butuh waktu lama. Kami yang berencana akan menginap di pantai kelagian lunik lampung, segera tiba di dermaga pantai.
“2 kapal ya. 1 kapal berisi 11 orang. Total kita 22 orang” (jelas sir rey)
Usai menjelaskan semua mahasiswa pun membagi dua kelompok. Kapal pertama berisi bu silvi dan 10 mahasiswa dan mahasiswi. Kapan kedua berisi  sir rey, vey dan gank nya dan 3 orang lagi mahasiswa lain.
“gue duduk sini deh ( ucap erik sambi membawa ban renang bebek)
“ yak allah rik, ngapain bawa ini?
“astaga...masya allah ampunn nian aku samo kau rik” (ledek edho dengan logat bahasa palembang)
“kalo dio kecebur dak masalah do..ado ban renang (kalau dia tenggelam tidak masalah karna ada ban pengaman) (timpal feri)
Semua tertawa tak berhenti. Aku disini bersama para sahabat ku menikmati perjalanan ini. Aku melihat kiki agak berbeda hari ini, ia biasa menyapaku tiba tiba menjadi dingin.
“ do...lu bisa renang nggak?
“nggak, kalau gue bukan was was nyemplung nya vey. tapi was was sama hiu”
“hahaha.., gila lu jangan nakutin “ (sahutku)
“yank kamu kenapa diem aja disana? (tanya kiki kepada kris)
“takut jatuh...nanti ada hiu gimana coba?
“ah kamu cowok takut, gimana kalau aku nyemplung.
Ya aku tolong lah yank.”
“kamu renang aja nggak bisa”
“iya sih,hehe..”
“bukan hiu, tapi Magalon. Tau nggak? Hiu raksasa nongol kayak di film shark” (sambung feri)
“ah jangan buat takut deh...cerita yang ceria aja” (ucapku)
Tiba tiba riska usil, dan mengagetkan vey..pura pura hendak mendorong vey. lalu dengan sigap rey segera menarik tangan vey. terlihat jelas begitu ia khawatir vey terjatuh. Vey langsung melepaskan tangan sang dosen. Dengan tak enak hati rey segera melepaskan dan memandang ke arah lain. Riska yang bercanda pun tersenyum seolah meledek sahabatnya. Vey yang mendekati kiki, tiba tiba kiki berpindah duduk. Lalu asik selfie bersama erik dan kriss.
“sir... ada roti sir (tawar feri)
“iya fer, thank u”
“sir ini ada minuman gelas”
“thank u kiki”
Lalu di sambung erik
“sir ini ada vey...si jomblo”
Tiba tiba semua serentak tertawa. Rey pun hanya tersenyum.
“mau tuh dosen ama lu...lu besyukur deh vey, ada yang mau” (bisik erik)
“wkwkwkw... apaan sih lo?”
“ nyanyiii vey..sepii, mana gitar”
“woi do, atas laut tuh doa. Bukan nyanyi”
“lu hafal nggak doa di atas perahu”
“ ah ustadzah, pusing gue” ( jawab edo)
“iya nyanyi aja deh kamu vey” (ucap rey)
“nyanyi apa sir?
“terserah deh”
“fer..kamu main gitar, gue nyanyi deh” (ucapku yang siap bernyanyi)
Sebuah lagu viera kunyanyikan di atas kapal kecil ini.
“kusuka dirinya...mungkin aku sayang. Namun apakah mungkin kau menjadi milikku..kau pernah menjadi, menjadi miliknya. Namun salahkah aku bila ku pendam rasa ini”
Usai menyanyikan lagu suasana pun semakin hangat. Dan tanpa sadar kami telah tiba di tepian pantai pahawang kecil yang ada pasir timbulnya. Kami begitu menikmati indahnya ciptaan dan kekayaan Allah ini. Pantai pahawang kecil yang terdapat di lampung, merupakan salah satu pantai terindah yang memiliki perbatasan pasir timbul bagian dalam dan dangkal. Satu jam sudah kami menghabiskan waktu disini. Tak henti berselfie ria, dan bercanda. Tetapi ada incident kecil terjadi, saat kiki berlari ketengah laut ia tak sengaja menginjak batas dalam. Dan hampir saja tenggelam. Beruntungnya aku segera menarik tangannya. Dan alhamdullilah tak terjadi apa apa. Kiki pun langsung memeluk dan berterima kasih padaku. Ia berkata “aku tak punya alasan untuk tidak menjadi sahabatmu vey, begitu sulit aku menemukan kekuranganmu sebagai sahabat” aku tak mengerti maksud kiki. Lalu kami melanjutkan petualangan kami sebelum singgah ke pantai kelagian lunik tempat kami menginap nanti. Aku melihat sir rey duduk menikmati angin laut sendirian. Lalu aku mendekatinya, sambil hendak menaruh hp ku kedalam tas, dimana tas ku berada di dekatnya. Ku buka obrolan
“nggak ikut selfie selfie disana sir?
“nggak, nanti aja. Saya itu udah puas menikmati masa muda seperti kalian”
“udah sering ke pantai be arti sir?
“iya dulu, di bangka, dikota lain juga”
“kalau   aku mah baru kali ini. Hehe.., kan di palembang nggak ada pantai sir. Adanya sungai musi”
“haha..bener juga.
“sama siapa kepantai sir? Sama istri?
“kamu kepo banget.
“yak ampun, jutek banget ditanya
“iya. Dulu waktu masih bersama”
“kamu punya pacar?
“nggak.
“pernah pacaran?
“nggak, dan nggak minat”
“kenapa?
“karna cinta hanya akan membuat luka”
“puitis banget jawabanmu”
“bukan puitis sir, tapi kejujuran hati”
“sir jomblo?
“sesama jomblo nggak usah meledek”
“haha..aku kan nanya sir”
“iya, semenjak bercerai dengan istri saya masih menikmati kesendirian ini”
“istri sir itu..
“mantan istri, bukan istri lagi”
“iya mantan istri sir maksudnya. Cantik ya, mirip selebritis. Kenapa pisah sir?
“cantik itu tak menjamin bahagia, karna kenyamananlah yang bisa menjamin rasa bahagia”
“saya tak ingin menjelekkannya. Biarlah ceritanya terkubur dimasa lalu”
‘iya maaf ya sir.
“kamu ajarin saya bisa?
“ajarin apa?
“ngaji. Nanti aja tapi tunggu sampai di palembang”
“bisa sir, tapi biasa aja ngaji ku. Nggak ahli banget juga tajwid nya”
“jangan bohong, kata temanmu di kelas sebelah kamu pinter ngaji
“hehe.. nggak juga sir. Iya deh nanti aku ajarin. Bayarannya mahal tapi
“berapa?
“mahal, wkwkkwk..”
“kalau dibayar pake hati dan perasaan gimana?
Seketika aku terdiam. Salah tingkah pun terjadi. Lagi lagi aku tak berani memandang ke arahnya.
“ kamu nggak usah baper dan salah tingkah gitu, saya kan Cuma bercanda”
“sir..kamu itu mengesalkan..
Sir rey pun hanya tersenyum seolah mengalihkan perhatian sambil menangkap bola yang dilemparkan oleh orang orang yang sedang asik bermain voli pantai. Kebetulan disini banyak juga yang sedang berlibur, seperti mahasiswa dan mahasiswi dari kota lain. Lelaki jutek ini sedikit membuatku penasaran. Usai menangkap bola, ia meninggalkanku dan bergabung dengan mahasiswa yang lain. Tapi tak bisa di pungkiri, hati dan pikiranku masih tetap fokus memikirkan kak aris. Pria yang sudah jelas tak menyukaiku. Akupun ikut bergabung dengan teman teman. Saat bergabung inilah kulihat kiki dan kris bertengkar. Ternyata kiki menemui chat singkat yang berisikan obrolan pribadi kris bersama perempuan lain. Ku lihat kiki menangis. Lalu edo melerai percekcokan itu.
“ada apa sih do?
“nanti gue jelasin lagi deh”
Riska pun tak henti menasehati.
“kita disini mau seneng seneng. Bukan berantem urusan cinta gini kris”
“udah ki...nggak usah diperpanjang. Apa kamu pikir aku nggak tau semua isi chat kamu sama si aris itu?
Seketika aku terdiam. Aku tak menyangka dibelakangku kiki begitu akrab berkomunikasi dengan kak aris. Kulihat raut kesal diwajah kiki menatap kris. Dan edo mencoba menenangkannya.
“aduh..apaan lagi sih ini? Kita kan mau seneng seneng. Pacaran buat pusing aja, udah kita sana yok vey. paling juga besok mereka udah baikan mesraan lagi” (timpal erik)
Kulihat kiki mulai tenang saat riska menasehatinya, dan mengajaknya duduk di perahu sambil meminum sebotol minuman segar. Lalu aku, erik dan edo melanjutkan bermain di pantai. Kulihat kris sedang dinasehati feri. Sedangkan kami bertiga berlari ketengah pantai, menikmati indahnya pasir timbul dipulau pahawang. Aku duduk di atas pasir timbul yang penuh dengan air laut, sambil merenung dan mengingat ucapan kris bahwa kak aris berkomunikasi akrab via chat dengan kiki. Saat itu pula edo berkata
“lu kenapa ngelamun?
“ribet ya pacaran. Enakan jomblo kayak kita bertiga gitu”
“iya bener. Selain ribet, Cuma buang buang duit”
“elu sih pelit do...makanya nggak mau pacaran,haha” (ledek erik)
“gue nanti metu modal banyak buat cewek, tau tau nggak jadi bini gue ya rugi lah rik. Mending gue jadi jomblo akut”
“iya sih ada benernya lo do..”
“tuh denger ustadzah vey sepakat dengan ku, wwkkwkw”
“do...sebagai laki laki lo nggak naksir apa sama kiki? Cantik gitu kurang apalagi kiki. Wajar ya kalau banyak yang suka dia”
“cinta itu bisa dirasain dihati vey, sejauh gue sahabatan sama kiki, biasa aja sih. Sayang iya, tapi kan Cuma bates temen. Lagian dia kan cintanya sama kris. Lelaki playboy yang siapa aja perempuan nggak akan sanggup menolaknya. Kaya dan ganteng. Ya gue jauhlah sama kris.
“oh gitu ya”
“o ya tadi gue denger nama aris. Bukannya itu calon dokter yang kenalan ama elu vey?
“sotoy banget sih luu rik”
“udahlah jujur aja, lah kok bisa dia deket sama kiki?
“nggak tau.. cinta mungkin” (jawabku dengan nada sedih)
“vey...lu  jangan nangis, mata lu berkaca kaca gitu”
“siapa yang nangis? Gue lagi mandang matahari disana...silau”
“bohong...sedih kan lu? (ledek edo)
“vey..mata nggak bisa dibohongi. Lu suka sama aris? Tapi aris naksirnya kiki. Gitu kan?
Aku hanya terdiam.
“udah, lu kan juga nggak mau pacaran kan vey”
“rik..rasa cinta itu kan nggak selalu bisa di ungkapkan dengan jalan pacaran. Memendam juga tak ada salahnya. Diam dalam doa itu lebih baik, kadang kita nggak tau kan jodoh kedepannya”
“be arti kalo gue sering sebut nama kiki dalam doa bisa aja jadi jodoh ya”
(ucap edo keceplosan)
“lu suka sama kiki?
“nggak, bercanda doang gue”
“haha...ketauan kartu lu do” (ledek erik)
“nggak lah rik..bercanda, awas lu ember”
Sementara dari kejauhan terlihat feri,riska,kris dan kiki sedang asik berselfie.sepertinya hubungan sudah baik kembali.
“tuh apa gue bilang, udah baikan lagi mereka” ucap erik.
“cinta....begitulah. toss dulu dong.
“buat apa?” (tanyaku)
“toss untuk kebahagiaan kita, 3 jomblo akut.wkkwkkwkw” (teriak edo)
Lalu kami tertawa dan berlari saling mendorong ke air laut.
“jangan dorong dorong woi...gue nggak bisa renang. Ntar kena yang dalem” (sahut erik)
“eh ada buaya nggak sih disini? (tanya edo)
“Nggak adalah... kalaupun ada tuh buaya siap siap aja kita bakal dimakan, dan  percayalah Cuma si kriss yang akan terselamatkan dan  nggak di makan tuh buaya”
“kok bisa?
“buaya makan buaya... mana ada,hahaa..” (sorak erik)
“bener juga, wwkwkkwk “ (sambung deni)
Lalu kami berlari ke arah bu silvi dan berselfie bersama. Tak terasa 3 jam kami menikmati suasana disini sambil menyantap makan siang dari bekal yang kami persiapkan, lalu kami melanjutkan perjalanan kepulau kelagian lunik untuk bermalam disana. Jam telah menunjukkan pukul 15.35, saat nya kami melanjutkan perjalanan dan mencari musholah untuk menunaikan solat ashar. Sesampai disana kami mencari musholah, secara bergantian kami pun solat. Disana kami kembali menikmati suasana indah itu. Pasir yang begitu halus kami temukan. Aku menyusun pasir disana, menikmati keindahan pantai layaknya anak kecil yang menemukan mainan baru. Tiba tiba sir rey menghampiriku.
“Vey... kamu ambilin foto saya  dong tolong, pake background tulisan pulau. “
“boleh”
Lalu aku mengambil gambar.
“udah sir. Liat deh bagus nggak?
“ini sir”
“wah...pinter juga kamu ya ambil gambar. Sini kamu mau saya fotoin nggak?
“boleh.... “
Baru saja aku hendak di foto sendiri, tiba tiba gank ku bersama bu silvi datang mengganggu. Sehingga akhirnya keinginan berfoto sendiri menjadi ramai. Lalu bu silvi dan erik usil,
“sir rey...sir berdiri disana, vey kamu juga berdiri disana, nanti kita fotoin”
Lalu semua tertawa, seakan berkeinginan mencomblangi aku dan sir rey.
“udah jangan malu malu...sana “ (teriak erik sambil mendorongku kearah sir rey)
Dan akhirnya karna keusilan mereka, aku dan sir rey berfoto berdua dengan gaya canggung dan menjaga jarak.
“ini hasilnya simpen rey, jangan kamu hapus foto itu” (ledek bu silvi)
Lalu kami melanjutkan kegiatan. Dengan berbagai permainan yang asik dan menyenangkan. Usai bermain tiba tiba riska mengambil ranting tipis dipohon pinggir laut kelagian lunik.
“eh..ranting tipis ini bisa dibuat gelang gelangan lho. Bikin yok. Ntar kita foto tangan kita kompak”
Dengan ide riska,kami membuat gelang mainan itu, dan memakainya di tangan masing masing. Lalu kami foto tangan kami, menandakan persahabatan indah kami yang begitu kompak. Aku melihat dari kejauhan sir rey sedang menoleh ke arahku. Aku tak mengerti, mengapa aku tak berani menatap ke arahnya setiap dia mencuri pandang padaku. Sepertinya ia pria baik, tapi sejauh ini aku biasa saja dengannya. Aku tak ingin GR , bisa saja ia tak punya perasaan apapun padaku. Tapi ini hanya ilusi semata. Usai menikmati indahnya pantai, kami menuju tempat penginapan dipulau ini. Meletakkan semua barang dipondok. Lalu kembali menikmati indahnya sunset sore. Tadinya aku berniat untuk menelpon ayah, tapi sinyal disini begitu sulit untuk di dapat. Kupandang begitu indah sunset disore ini, kulihat riska dan feri sedang asik berselfie. Kiki dan kris pun sepertinya sudah baik kembali, kulihat bu silvi bersama sir rey sedang asik berbincang. Lalu aku berdiri sendiri memandang keindahan sunset disore itu.  Saat sedang menikmati keindahan sunset ini, aku melihat pemandangan indah yang menyentuh hati. Melihat gadis kecil itu berlari mengejar sang ibu, mereka asyik bercanda saling berkejaran di tepi pantai, aku tersenyum sendiri melihat pemandangan itu. Seakan membawaku pada memori aku kecil dulu. Membayangkan seandainya yang sedang bercanda tawa berlari kecil itu aku dan ibuku. Sekilas kulihat gadis kecil itu seperti zia. Rambut panjang nya terurai seperti zia biasa meng’uraikan rambutnya. Hei tiba tiba aku merindukan gadis kecil itu.
“mirip zia” (gumamku )
Tanpa sepengetahuanku ternyata sir rey sedang berdiri dibelakangku. Dan menyambung ucapanku
“iya, mirip zia ya..
“hey sir, aku nggak tau ada sir dibelakang. Sir kayak hantu tau nggak. Tiba tiba nongol, tiba tiba hilang” (ledekku)
“kamu itu ya, seperti baterai yang selalu terisi penuh. Kalau ngomong panjang bener”
“haha..
“terus kenapa kamu melamun tadi?
“nggak, aku hanya ingat ibu aja sir”
“ibumu dimana memangnya?
“nggak tau”
“maksudnya?
“ya memang nggak tau sir dimana”
“kenapa bisa begitu?
Lalu aku menceritakan semua tentang ibu. Aku melihat sir rey begitu serius mendengarkan semuanya. Sambil duduk aku menceritakan semua itu. Sesekali aku melempar batu kecil kepantai sambil menceritakan sosok ibu.  Sambil menghela nafas aku melanjutkan cerita itu, jujur saja. Sebenernya aku sedikit malu menceritakan masalah pribadi ini, tapi ntah kenapa aku merasa beliau bisa menjadi pendengar yang baik dan seperti ada kenyaman  saat aku berada di dekatnya.
“jadi adikkmu ezi sakit?
“iya, sekarang masih rutin menjalani pengobatan kakinya sir. Insya allah mau di pasang kaki palsu”
Rey terdiam mendengarkan curahan hati vey, ia tak percaya perempuan seceria ini menyimpan rasa luka dihati.
“membalut goresan luka itu memang sulit, tapi dari rasa sakit luka itulah kita bisa semakin kuat” (lirih rey)
Vey hanya terdiam, ia masih tak percaya kenapa bisa menjadi dekat dengan sang dosen. Pria jutek dan cuek yang tak begitu ia kagumi. Ia bingung dan bertanya tanya pada hatinya, kenapa saat ia mencurahkan beban dihati seperti ada kenyamanan berada di dekat rey.
“sudah mau magrib sir, aku kerombongan dulu”
“okey”
Usai membersihkan tubuh dan menunaikan solat magrib para mahasiswa dan mahasiswi pun berkumpul kembali. Beberapa permainan mereka mainkan, diselingi acara bernyanyi.  Saat itu kiki mendekati vey, lalu memeluk vey.
“vey..maafin gue ya, maafin jika ada hal yang menyakitimu”
Vey tak mengerti maksud dari pernyataan kiki itu apa. Ia lalu memeluk balik kiki, sambil berkata
“you are my bestfriend”
Vey memang tak mengetahui bahwa sejak pertemuan dengan kak aris,ternyata kiki menjalin komunikasi begitu dekat dengan aris. Meski hanya sebatas persahabatan. Tapi ada cinta dihati aris untuk kiki. Usai menikmati suasana malam hari bersama api unggun semua kembali ke pondok penginapan.  Keesokan harinya, dihari kedua. Kami menelusuri keindahan pantai ini. Dan melakukan sebuah kegiatan unik dan asik yang dibuat bu silvi, dan kami menikmati permainan itu . usai kegiatan ini kami melanjutkan berselfie ria di tepian pantai, hingga erik nekat naik ke atas batang pohon di tengah pasir demi gaya yang teramat gokil dan kocak. Lalu kami berenang di tepi pantai, tanda sadar kakiku menginjak batu kerikil kecil yang sangat tajam, hingga melukai kakiku. Dan ahhh...aku tak bisa berjalan ketepi. Kakiku teramat sakit.
“riskaa....kaki gue”
“kenapa vey?
“kaki gue keram dan kena batu kecil tajam”
“ya udah sini ketepi” (jawab riska sambil mendekatiku)
“vey gue nggak bisa angkut lu...lu berat banget ini, tolong dong bantuin”
Erik dan sir rey yang sedang mengobrol di dekat riska lalu bergegas mendekati riska dan vey, berniat membantu.
“ahhh nggak, gue nggak mau di senggol cowok”
“yak allah vey..kaki lu lagi berdarah sakit dan keram, lu harus ketepi”
“iya tapi nggak di angkat cowok juga ka”
Erik yang panik melihat vey segera menyuruh rey menggendong vey untuk naik ketepi
“sir..di angkat aja vey ke tepi dari pada dia pingsan terus dimakan hiu” (ledek erik)
“rik, bukan waktunya bercanda, sumpah kaki gue sakit banget”
“iya tapi dia nggak mau disentuh”
“sir...tolong  jangan  sentuh ya..please bukan muhrim”
“ yak ampun vey..orang pada jauh disana...keburu kaki lu makin keram”
“ka....aku nggak tahan sakit banget kakiku.. “ (teriak vey)
“iya tapi gue nggak bisa angkat lu sendirian vey, gue butuh temen buat ngangkat lu”
Tanpa ba bi bu, rey segera mengangkat vey ke tepi dengan cara menggendongnya”
“maaf ini darurat, saya minta maaf..  (ucap rey sambil menggendong)
Dan vey pun menangis menahan rasa sakit dan  merasa tak enak. Untuk pertama kalinya ada pria menyentuh nya karna keadaan darurat.
“kamu lurusin kakimu... “ (gumam rey sambil menekan telapak kaki vey)
“berdarah vey..., banyak banget darahnya” (sambung riska)
Lalu semua berkumpul melihat keadaan vey, segera bu silvi mengambil obat luka yang memang sudah ia persiapkan di dalam tas. Sejak kejadian itu vey menjadi salah tingkah. Ia ber istirahat dipondok ditemani erik dan riska,
“vey..maafin gue yang udah nyuruh sir rey bantu lu tadi”
“iya... jadi digendong kan si vey, nggak jadi deh calon bidadari surga” (seru erik)
“gue malu ka..., lu kan tau gue nggak pernah tersentuh laki laki”
“iya tapi kan itu darurat”
“gue nggak mau liat muka sir rey. Malu”
“mana bisa lah..orang bakal ketemu lagi di dalam kelas, terus roti lu bakal lu anter kan ke rumah makannya” (lirih erik sambil dengan kemayu)
Dan vey pun terdiam. Di tempat berbeda, rey melamuni apa yang baru saja terjadi. Ia menggendong vey ketepi. Ia merenung, kenapa akhir akhir ini hidupnya harus selalu berhubungan dengan vey. mulai dari pertama ia bertemu saat vey menabrak mobilnya dari belakang. Lalu vey datang terlambat, dan menyerobot toilet wc. Beberapa moment konyol itu menyelimuti pikirannya. Dan baru saja tadi ia menggendong gadis menyebalkan itu. Ia termenung, bertanya tanya dalam hati apakah ia memiliki perasaan dengan perempuan yang berhasil menarik hati zia anaknya itu. Kenapa segala sesuatu harus terhubung dengan vey. sedikit merasa tak enak hatinya, karna telah lancang menggendong vey untuk menolongnya ketepi pantai. Vey yang ber istirahat di tepi masih memanjangkan kakinya, ia terlihat sendiri karna riska dan erik sedang asik berselfie.
“kamu masih sakit? (tanyaku)
“masih sir ( jawabnya sambil tak berani menatap ke arahku)
“maaf saya tadi dengan lancang menggendongmu ketepi”
Vey hanya terdiam dan menjawab
“terimakasih sudah menolongku’
Ia memandang ke arah pantai tanpa mau menatap ke arahku. Jujur, aku merasa bersalah. Lalu aku meninggalkannya.  Aku mencari sinyal dimana bisa menghubungi zia anakku. Tapi begitu sulit disini mendapatkan sinyal. Sesekali aku memandang vey dari kejauhan, aku masih merasa bersalah. Sepertinya anak itu benar benar marah karna aku telah menggendongnya. Tapi gengsiku begitu besar untuk meminta maaf lagi, aku dosen.....Mana ada di dalam kamus, dosen meminta maaf kepada muridnya. Usai menikmati hari terakhir dipantai ini, sore hari kami memutuskan kembali ke dermaga penyebrangan. Dimana kami akan berangkat pulang ke palembang. Dan pkl 23.00 pesawat kami tiba dipalembang.

AKHIRNYA KU MENEMUKANMU Donde viven las historias. Descúbrelo ahora