Menit Akan Terus Berputar (Rifaldhi)

18 1 0
                                    

Kata per suara dalam bentuk cerita "sejarah pembentukan pemerintahan Indonesia" oleh guru  terekam jelas melalui telinga hingga tersimpan rapi di dalam otakku, namun rekaman yang masih cukup berhambur adalah rekaman yang ingin kudengar dari seorang cewek lucu yang menyimpankan bayangannya di mataku dalam tidur dan sadarku terutama membuatku terus terngiang setelah kejadian satu setengah jam yang lalu.

Pelajaran kedua ternyata lebih baik dari pelajaran pertama, walau begitu aku lebih tidak sabar menunggu perputaran menit menuju jam istirahat, karena masalah semburan tadi akan ku jadikan alasan untuk mendekatinya.

"jadi sudah paham??" tanya guru sejarah ini mengakhiri ceritanya seraya berjalan menuju mejanya. "pahaaammm.." ucap anak-anak serentak membuatku turut menganggukkan kepala. "kalau begitu, kita "fast question" kalau kalian benar-benar paham kalian bisa istirahat lebih dulu 20 menit sebelum yang lain" tantang guru sejarah ini dengan senyum miring yang membuat nyaris seluruh warga kelas lesu dengan keluhan serempaknya "yaaahhh..."

"seperti biasa, pertanyaan paling mudah, apa materi yang ibu sampaikan tadi?" tanya guru sejarah ini dengan pertanyaan yang membuatku terkekeh sementara anak lain mempercepat jarinya membolak balik kertas catatannya, segera kuangkat kelima jariku beriringan dengan suara yang sengaja lebih dulu ku keluarkan "sejarah pembentukan pemerintah Bab 5 halaman 73" jawabku membuat hening seketika hingga tertawanya guru sejarah membuat suasana kelas terdorong menjadi pasar dengan tawaan. yah mereka menganggap jawabanku konyol walau beberapa terkagum. "saya boleh permisi bu?" tagihku membuat guru sejarah hanya mengangguk dengan tawanya yang belum habis. "detail sekali" kata guru sejarah di akhir langkahku membuatku sadar dan tertawa kecil.

Sebenarnya semangat istirahatku tak hanya semangat menikmati peregangan tubuh tapi juga karena dia cewek lucu yang terus tersangkut bergentayangan di otakku ini.

"wah aden yang tadi, nasi kucing lagi?" sapa dan tanya penjaga kantin. "sampai hapal aja pak, es teh aja pak" jawabku seraya duduk di kursi sementara mata mengarah ke segala arah mencari tujuan. tak sampai tiga menit "Nah es teh ternikmat pak Selamet" canda pak Selamet sembari menyodorkan segelas es teh segar. "ngomong-ngong dua cewek tadi belum datang pak?" tanyaku penasaran "cewek mana den? disini banyak cewek yang datang berdua"  "yang paling cantik paling lucu deh pak" jawabku lupa akan nama cewek lucu itu seolah di ujung lidah. "ah aden bisa aja, mana bapak tau wong semua cantik-cantik kok" jawab pak Selamet membuatku garuk kepala terkekeh sendiri. "kalau cewek lucu, setau bapak itu cuma Neng Tata, soalnya dia ratunya buat kantin bapak rame, kayak tadi aden disembur hahaah.." tawa pak Selamet membuatku hanya mengangguk tertawa kecil "iya itu tu pak, oh namanya Tata? ada tadi?" "waduhhh... " keluh pak selamet seraya menunjuk ke arah cewek di tengah gerombolan siswa siswi lainnya tanpa menjawab pertanyaanku.

belum sempat pak Selamet menjawab pertanyaanku Risna teman Tata datang bersama gerombolan siswa siswi seolah perang menyerbu kantin ini. "hmm? jam segini tambah rame aja" bantinku. Langkah cepat Risna ingin menyusup ke gerombolan anak-anak antri, melihatnya membuatku mendekati dan menarik tangannya "akhh..apa sihh??!" teriak kecil Risna "eh Rifal? kenapa?" lanjutnya bersikap manis "Tata mana?" tanyaku membuat alis Risna bergerak dan mengernyit dengan mata mengecil mefokuskan penglihatan "dia yang ngeludah tadi" tambahku mengubah tatapan matanya. "oowwhh.. iya ludah? mmm astaga aku hampir lupa! airr!!" jawabnya terkejut seraya kembali berbalik mencoba menyusutkan diri ditengah gerombolan anak-anak pengantri kantin.

Jawaban tak ku dapatkan dari Risna sebab untuk menariknya kembali sangat susah terjepit diantara gerombolan anak yang terlihat seolah tak makan dan minum selama sebulan itu. "Aneh sekali mereka seperti anak SD" bisikku keras yang membuat seorang berkacamata dengan rambut nyaris botak sesuai ukuran standar MOS memperbaiki kacamata berlensanya "iya kayak anak SD, soalnya berandal kantin ini kena setrap di tengah lapangan karena itu kita berpesta, kalau aja berandal itu ga ada mungkin mereka ga kayak anak SD" jawabnya pelan dengan senyum miring seolah bahagia diatas penderitaan orang lain. "ooohh... khah" tawaku mengangguk-angguk. Mendengar ucapan si kacamata tadi ternyata terdengar jelas oleh Risna bak memiliki telinga burung hantu yang super tajam walau ditengah kebisingan, dengan cepat pula ia mengeluarkan diri dari gerombolan seraya membantah ucapan si kacamata "Ehhh..Edi!! jangan asal ngomong ya?! jadi maksud kamu Tata juga berandal??!! huuuhh!!" bantah Risna dengan gelagak seolah ingin menghantamkan jaket yang sengaja ia lepas akibat gerah ke arah siswa berkacamata dengan tampang kesalnya.

PUTARANWhere stories live. Discover now