Mom...
Setelah pindah ke ruang HCU, Baby berangsur membaik.
Aku bisa sedikit bernapas lega. Aku dan Lala menungguinya, dan nanti siang semua sahabatnya akan datang. Aku biarkan saja supaya Baby lebih semangat untuk cepat sembuh.
Lala menerima telepon. Aku mendengar penuh minat.
"Iya, astaga...! Kamu telepon suamiku untuk mengurusnya. Yeah..., Marco memang sedang sangat frustrasi karena tempat itu adalah tempat tunangannya mengalami kecelakaan. Maaf untuk kejadian ini, sampaikan maafku pada pihak kepolisian. Aku tidak bisa segera ke sana karena masih di Rumah Sakit. Terimakasih Kevin."
"Ada apa?"
"Kevin, pengacara kita sedang mengurus Marco... di kantor polisi. Dia merusak lampu jalan yang baru saja diperbaikki. Dan terekam kamera CCTV jalan. Aku tau bagaimana keadaannya. Dia sangat ... terpukul, dan frustrasi. Aku... berharap kamu bisa memaafkan..."
"Jangan paksa aku La!"
"Bian tolong dengarkan aku--sudah lama aku menahan karena situasi hatimu sedang kacau. Tapi, keadaan Marco ... aku sangat tau. Dia sangat terpukul. Malam itu, dia berenang berjam-jam, membuat seisi rumah khawatir. Kemudian menjelang tengah malam dia... melakukan itu, menghancurkan lampu jalan." Dia mengambil tanganku. "Bian, aku mohon maafkan dia. Aku berkata seperti ini, bukan karena dia... keponakanku. Sayangku padanya sama seperti kepada Baby, aku nggak ingin keduanya sedih. Aku nggak mau mereka mengalami hal buruk. Tolong maafkan Marco, dan izinkan dia menemui Baby untuk menjelaskan semuanya."
"Lala aku minta jangan paksa aku. Putriku belum pulang, aku belum bisa bernapas lega, dan sekarang Pinky juga demam. Bagaimana bisa kamu memaksaku memikirkan hal lain! Apa pun yang dia jelaskan nggak akan merubah keadaan Baby."
"Oke...oke, aku minta maaf. Aku tau perasaanmu masih kacau. Sudahlah, Baby masih tidur nanti dia dengar."
"Maafkan aku La."
"Aku nggak akan memaksamu," memelukku, "tapi aku tau kamu nggak sejahat itu." Mengusap punggungku. "Aku urus Marco dulu ya, telepon aku kalau butuh sesuatu." Aku mengangguk lalu dia menciumku dan pergi.
"Sayang." Baby sepertinya masih tidur karena obat. Aku tak jadi bicara hanya membelai dan menatap wajah polosnya.
Dokter masuk bersama perawat yang biasa menjaga Baby.
"Kabar baik hari ini, Baby akan dipindahkan ke ruang perawatan biasa kalau dia semakin membaik hari ini."
"Alhamdulilah, syukurlah..., terimakasih dokter. Aku sangat yakin putriku akan segera pulang."
"Ya, tentu. Sekarang dia hanya sedang tertidur karena pengaruh dari obat. Saya permisi dulu."
"Iya dokter, terimakasih."
Sekitar pukul 11 siang, Rasya, Davina, Kania dan Tania datang. Bergantian mencium tanganku dan menyapa Baby.
"Hai... Kakak Baby..., bangun dong jangan tidur terus." Ucap Davina setelah menciumnya.
"Iya, udah kayak putri tidur. Kita nungguin nih, di kampus sepi banget nggak ada kamu." Kata Kania.
"Hmhm, mau ketawa nggak bisa, mau ke kantin males semua karena kita kehilangan banget."
"Kita udah siapin semua materi kuliah selama kamu nggak masuk." Ucap Rasya.
"Itu si kakak udah sadar, cuma masih males aja bangun." Candaku. Mereka tertawa. Tetap menjaga suara.
Aku harap Baby-ku mendengar dan bangun karena mendengar mereka.
Beberapa menit kemudian perlahan Baby membuka mata, tersenyum, lalu berusaha mengangkat kepala. Aku membantunya.
"Hai... Sleeping beauty...!" sapa mereka bersamaan membuat Baby tersenyum.
Lega sekali rasanya melihat senyum itu. Mereka langsung mencium Baby dan bercanda, tentu tak ketinggalan mengambil foto.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby I Love You
RomanceCerita dipindah di Dreame dengan lebih lengkap. Sequel dari novel My Mom and Me. Tentang Marco yang masih berjuang mengejar Baby. Marco mendekati tante Biancha untuk mendapatkan restu. Tapi Baby justru mengira Marco punya hubungan spesial dengan Mo...