#60__Calon Suami

489 25 4
                                    

Marco...

Baby, walau aku nggak tau ulang tahunmu yang ke berapa akan menjawabku. Aku sudah sangat bahagia menjadi calon suami. Aku harap kamu nggak berlama-lama setelah lulus kuliah.

Aku berdiri melamun di pagar balkon ruangan kantor. Membayangkan saat pertama melihatnya di halaman kantor. Dia seperti apa yang dikatakan Tante Bian, bidadari kecilnya yang polos. Masih seperti
itu--sangat polos.

"Hei ngelamunin siapa lo, senyum-senyum? Awas ya, berani selingkuhin anak gue!"

Tiba-tiba Om Martin menepuk pundakku kuat. Berdiri di samping.

"Ah, apa-an sih Om! Justru aku senyum-senyum gini karena ingatan aku itu udah terkunci dari hal lain selain dia." Tertawa kecil, "Om, aku itu jadi seneng berdiri di sini karena pertama kali liat bidadarinya Om itu, di situ." Menuding ke tengah halaman parkir. "Tempat biasa Pak Min ngguin Tante Bian. Nah, waktu itu kebetulan Baby ikut nunggu."

"Oh ya!"

"Iya, waktu itu ... Marco belum tau dia anaknya Tante. Dan dengan santainya Marco keluarkan semua pujian, kekaguman, benar-benar sangat terpesona padanya. Tiba-tiba saja... Tante sudah di belakang  Marco dan dia sangat kesal. Melihat putrinya kepanasan saat itu, Tante buru-buru pulang. Dan karena itu, Marco jadi nggak boleh ketemu Baby." Kami tertawa dan aku lanjut bercerita. "Tante bilang, Baby-nya itu masih sangat polos--jangan coba-coba mengenalkan cinta padanya."

"Dan akhirnya kamu yang dituduh pacaran sama Mommy-nya!"

"Berondongnya Mommy!"

Kami tertawa bahagia.

"Iyah..., Om sangat mengenal Tantemu jauh sebelum menikah dengannya. Betapa berharganya seorang anak baginya. Dan Om juga banyak belajar dari dia. Dengan segala kasih sayang dan kesabarannya. Bahwa memiliki anak itu seperti memiliki dunia kecil yang harus kita jaga. Om, sangat bahagia, menikah dengannya... kemudian menjadi Daddy buat Baby--segala rasa kebahagiaan yang nggak bisa diungkapkan Om rasakan."

"Marco bisa liat itu, Om. Setelah menjadi suami dan Daddy, kebahagiaan itu sangat terpancar dari wajah dan senyum Om Martin. Sepertinya nggak ada lagi kekurangan sedikit pun."

"Iya. Benar sekali." Om merangkul pundakku kuat. "Marco, sebagai calon suami Baby..., tentu kamu tau tugas terberat adalah menjaganya. Kamu sendiri sudah pernah merasakan bagaimana marahnya Tante saat terjadi sesuatu padanya. Dan sekarang kita sama-sama sedang menjaganya dari apa yang selama ini Tante takutkan. Kemunculan David. David sedang berusaha untuk mencari celah ... masuk dalam dunia Baby. Tantemu bukan takut David akan menyakiti Baby-nya, karena kemungkinan besar itu tidak akan dia lakukan mengingat Baby adalah anak kandungnya. Tapi..., yang kita takutkan adalah ... David mengakui siapa dirinya--membuat Baby sedih. Awalnya tentu Baby akan terpukul. Tapi selanjut setelah dia memaafkan, tentu saja David akan masuk dalam kehidupan kita. Kehidupan Baby."

"Marco tau, Om sangat sayang sama Baby. Pasti takut kehilangannya juga." Dia mengangguk.

"Sejak dia ada dalam kandungan Tante Bian, Om selalu berusaha untuk tau keadaannya walau hanya lewat Lala." Sekali lagi menepuk pundakku. "Jaga Baby. Sebagai calon suami. Adanya Bobi bukan berarti kita serahkan semua padanya. Kalau bisa sesekali kamu datang ke kampus. Yeah..., lebih baik lagi kalau... kamu sering bersamanya."

Aku tersenyum. "Aku akan lakukan yang terbaik sebagai calon suami putrinya Om!"

"Bagus! Oke, sekarang lanjutkan kerjaan. Semakin cepat selesai semakin bagus. Oh ya, coba kamu kasih kejutan ke Baby. Dia akhir-akhir ini sedang sibuk tugas kuliah yang menumpuk. Kamu coba ajak dia jalan pulang kuliah nanti."

Baby I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang