#54__Patrick Cemburu

516 17 0
                                    

Marco...

Melihat Patrick uring-uringan di pinggir kolam.

"WOI!"

"Brengsek lo, hampir aja gue nyebur."

"Kenapa muka lo?" duduk di deck chair.

"Gue kesel sama Davina."

"Kesel?"

"Iya, dia kemaren lebih seneng-seneng sama Dika, bukan sama gue!"

"Hah..., itu sih buka kesel, tapi cemburu! Elo cemburu!"

"Ya gitulah!" melempar sesuatu ke kolam.

"Ya wajarlah... mereka deket, berteman sejak SMA sampe kuliah. Ngapain capek-capek cemburu. Lagian udah punya pasangan masing-masing juga."

"Iya sih."

"Mendingan lo ke sini dengerin gue. Ada yang jauh lebih penting dari rasa cemburu lo yang nggak penting itu. Sini lo!"

Dia duduk di depanku. "Apa-an?"

"Ada sesuatu yang memang sangat genting soal..."

"Orang misterius di hotel kemarin?"

Aku mengangguk. "Yeah. Gue rasa perlu ngasih tau lo, supaya elo bisa bantu jaga Baby dari pengawasan orang itu kalau dia tiba-tiba muncul di sekitar Baby."

"Memangnya dia siapa?"

"Dia... mantan suami Tante Bian. Ngertikan maksud gue?"

"Ayah kandung... Baby?" mengerutkan keningnya.

Aku mengangguk pelan. "Elo ngertikan, kenapa Om dan Tante sangat takut mereka bertemu?"

"Iya...ya, gue ngerti banget. Nggak semua orang berpisah dengan baik-baik. Dan yang gue tau dari Mama, sejak Tante Bian mengandung Baby, dia sudah meninggalkan Tante Bian saat mengandung anaknya. Brengsek banget tuh orang. Sekarang saat semuanya sudah bahagia dengan kehidupannya setelah ada Om, tiba-tiba dia muncul."

"Wajar banget Tante Bian membencinya dan menjauhkan Baby dari..."

"Dari siapa?" tiba-tiba Mama muncul dengan tatapan penuh tanya. "Siapa yang kalian bicarakan? Dan ada apa dengan Tante Bian dan Baby?"

"Ma, ada yang terjadi saat kami menginap di The Dreams Hotel."

"Ada apa Marc, kenapa Om dan Tante nggak cerita ke Mama?"

"Ma dengarkan Marco dulu." Kata Patrick.

"Oke. Lanjutkan Marc." Mama duduk di samping Patrick.

"Ma, ada seseorang yang misterius dan sangat memperkatikan gerak-gerik Baby. Aku bertanya pada Om apakah dia suruhan Om untuk mengawasi kami. Ternyata buka. Lalu aku melihat dia bertanya pada Baby. Dia terlihat sangat senang bertemu Baby. Marco tanya seseorang tentang siapa laki-laki itu. Dia pemilik hotel itu, dan... namanya ... David Swat."

"Marco, kamu nggak salah orang, kan?"

"Ma, aku nggak salah. Aku sudah bicara dengan Om dan Tante, lalu mereka memastikan itu... Mantan suami... Tante."

"Astaga!" Mama menekan kepalanya, tampak sangat terkejut. "Lalu ... apa dia bicara macam-macam pada Baby?"

"Nggak Ma. Tapi Om dan Tante sangat takut, dia akan terus mencari Baby."

Mama berdiri dengan panik. Mengempas napas ke udara. "Akhirnya, apa yang Tante kalian takutkan terjadi juga. Handphone Mama di dalam. Marc, tolong kamu telepon Tante Bian, sekarang."

"Iya Ma." Menghubungi, lalu memberikan handpone.

Mama menunggu panggilan terjawab dengan wajah panik.

Bagaimana nggak panik. Mereka yang selama ini melindungi Baby, membesarkan, memberikan kasih sayang yang luar biasa. Karena ayahnya sendiri nggak menginginkannya. Tiba-tiba dia muncul ingin mendekati Baby.

"Assalamualaikum...!" suara Tante Bian.

"Wa'alaikummusalam. Ada La?"

"Bian kenapa kamu nggak cerita soal yang terjadi saat mereka di Bali kemarin?" tuntut Mama.

"Maaf La, aku terlalu panik. Jadi kamu sudah tau, dari Marco ya."

"Iya. Lalu gimana?"

"Martin sudah ambil tindakan, untuk menjaga Baby lebih ketat lagi. Tapi tetap menutupi darinya. Aku nggak mau dia tau dan akan mengganggu psikologis-nya. Dia pasti akan marah. Kenapa dia ditinggalkan dan tiba-tiba diinginkan lagi. Aku nggak sanggup membayangkan putriku akan... terguncang seperti itu. Aku nggak akan sanggup La."

"Aku ngerti. Syukurlah, kalau Martin sudah bertindak cepat. Marco dan Patrick juga akan menjaganya. Mereka berdua sudah... mengenali wajah David."

"Iya La. Aku sama sekali nggak berpikir dia ada di Indonesia, dia mendirikan hotel di Bali."

"Semua ini... perlahan akan terjadi. Jangan sedih, jangan takut Bian, kita akan hadapi ini semua sama-sama."

"Iya."

"Oke, kalau ada sesuatu, telepon aku. Agar aku sama Andrew bisa cepat bertindak."

"Iya La, terimakasih."

"Oke, bye."

Telepon berakhir.

"Mama jangan panik. Marco akan jaga Baby."

"Iya Ma, Patrick juga akan minta Dika dan Robert mengawasi Baby saat di kampus. Baby saudara kita. Baby anak Mama, nggak ada yang boleh mengambilnya dari kita."

"Iya sayang. Bantu Baby. Dia akan sangat terguncang jika tiba-tiba... David membongkar siapa dirinya. Mengertikan maksud Mama."

Kami mengangguk, memeluk Mama untuk menenangkannya.

Nggak akan ada yang boleh melukai perasaan Baby-ku.... Aku nggak akan biarkan dia muncul dan mengakui siapa dirinya....

***

Baby I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang