Beam (Part 2)

103 5 0
                                    

Preview:
“beam..” “forth..” keduanya saling memandang kembali. “kau duluan.” Beam menginterupsi, forth menggeleng “ladies first” forth mempersilahkan beam untuk berbicara.

“bagaimana kabarmu?” hanya itu yang bisa beam katakana walau sebenarnya banyak hal lain didalam benaknya yang ingin ia ungkapkan

“baik.” Hanya itu jawaban forth, beam memutus pandangan nya pada manik mata forth, ia mengangguk dan menunduk melihat jemarinya saling memeluk tegang, *tidak seperti ini pertemuan kembali yang ku harapkan, atau bahkan seharusnya kita tidak pernah bertemu kembali forth, akan lebih baik jika kita bertemu setelah kematianku* beam melemas ia tidak pernah mengira bahwa ia akan bertemu lagi dengan sosok forth yang ia tinggalkan terakhir kali

- Part beam start -

Yah teringat 5 tahun lalu saat ia dengan keputus asaannya mengakhiri hubungan dengan pria yang sekarang berada di ruangan yang sama dengannya.

_ Flashback _

“anda yang bernama beam?” seorang dengan setelan jas hitam dan kacamata hitam berdiri tepat didepan rumah beam, beam mengernyit “ya, anda siapa?”

“tolong ikut dengan saya.” Beam masih bingung namun setelah sebuah mobil mercy hitam ada dihadapannya dengan plat JTR, beam sudah bisa menebak siapa yang akan ia temui. Pintu kursi belakang dibuka, pria yang menjemputnya tadi mempersilahkan beam masuk, beam menarik nafasnya dan masuk kedalam mobil,
Yah benar, wanita yang cantik diumurnya yang tidak lagi muda dan pembawaannya yang elegan membuat beam sadar akan posisinya.

“kamu yang bernama beam?” suara lembut tapi tegas itu masuk ke gendang telinga beam, beam menegang

“iya nyonya.” Beam masih menunduk tapi dapat ia lihat wanita disampingnya tersenyum

“apa yang ada pada dirimu hingga forth anakku menentang permintaanku untuk aku kenalkan dengan anak dari sahabatku?” sudah bisa beam tebak ibu forth orang yang tidak basa-basi.

“saya pun tidak tahu jawaban dari pertanyaan anda nyonya, bila itu ditujukkan pada perasaan forth kenapa anda tidak tanyakan langsung saja pada anak anda,”entah keberanian dari mana beam bisa mengatakan itu semua, nyonya jaturapom sedikit mendengus

“lalu alasan apa kau tetap berada disisinya dan membuat forth anakku jadi menentangku?” nada bicara ibu forth mulai meninggi, beam masih memaksakan dirinya untuk tetap tenang walau gelisah menyelimuti hatinya

“karena saya menyayanginya nyonya, tapi demi tuhan saya tidak meminta forth untuk mengurangi sedikitpun rasa hormatnya kepada anda.” Tegas beam, beam  hendak membuka pintu mobil nemun terhenti ketika ibu forth memberikan kartu namanya pada beam, beam menerimanya sebagai tanda penghormatan namun perkataan selanjutnya dari ibu forth sungguh melukai hatinya

“nona beam, anda bisa datang  pada saya kapan saja. Dan saya akan memberikan berapapun yang anda minta agar anda meninggalkan forth.” Beam benar-benar keluar dari mobil dan berjalan menuju taman yang ada di dekat komplek rumahnya, kartu nama ibu forth masih dalam genggamannya, ah tidak lebih tepatnya beam meremasnya, ia tak habis fikir, ibu forth bisa berfikir kalau beam menyayangi forth hanya karena uang.

Beam hari ini membolos, juga mangkir dari kerja paruh waktu nya sebagai guru playground. Semua hal tadi membuatnya pusing, ini mungkin sudah jam ke 4 dia duduk betah di taman ini, ia memaksakan badannya untuk berdiri dan berjalan keluar taman, namun pusing yang semakin menjadi, beam menengadahkan kepalanya namun semua terasa berputar dan beam tak tahu lagi apa yang terjadi.

* * *

Beam tersadar bau obat menyengat menyapa indra penciumannya, matanya yang kabur melihat atap dan dinding putih yang sudah bisa ia tebak ia sedang berada di rumah sakit.

“au nona beam, anda sudah bangun?” sapa seseorang yang baru memasuki ruangan, beam dengan mata yang masih kabur menengok kearah suara,

“kenapa aku bisa ada disini?” Tanya beam dengan suara serak

“anda ditemukan jatuh oleh dokter phana, nah itu dokter phana,” terlihat seorang pria dengan setelan kemeja berwarna biru dengan Shutterstock nya berjalan mendekati beam

“bagaimana keadaanmu?” Tanya phana lalu duduk di kursi samping ranjang beam. Perawat yang tadi mengecheck keadaan beam melihat itu tersenyum lalu berpamitan pergi.

Tak Bisa Kah??Where stories live. Discover now