Tekad..

51 3 0
                                    

Maafkan dirikuh yang terlalu banyak pekerjaan ..

nah kita lanjutkan ajja yah .. minggu ini akan aku publish sampai tamat ..

semoga banyak yang suka .. maaf jika banyak typo >.<

cekidot ..... 

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


Forth sudah bertekad untuk merebut beam dari sisi suttee walau ia merasa ini salah karena adik kelas nya itu harus ia korbankan. Tapi perkataan kit selalu terngiang di kepalanya *apapun yang terjadi. Baik dahulu ataupun yang akan kau hadapi kedepannya. Kuharap kau tidak pernah membencinya* memangnya apa yang terjadi pada beam? Kenapa Forth harus membencinya? Lagi jelas forth masih mencintai beam, namun pikiran itu muncul lagi lalu apakah Beam masih mencintainya? Tatapan itu msaih sama, rasa itu masih sama saat mereka bersama. Hanya itu yang menjadi penyemangat Forth untuk tetap teguh mengejar Beam apapun yang menjadi halangan di depannya, akan ia hadapi.

tapi diluar dugaan Forth, Beam mulai resah, dia tak bisa terus bertemu dengan sosok yang selama ini ia hindari. mungkin permintaannya akan ditentang semua orang, tapi itulah yang harus ia lakukan. semua orang tak bisa mengehenkannya kali ini! 

*Rumah Sakit

Beam melirik laci meja sebelah kanannya, yang selama ini ia kunci rapat karena ada benda yang sangat mengganggu pikiran dan hatinya, beam membuka laci mejanya handphone lama beam ada disana alih-alih akan menyalakan, beam kembali memasukkannya setelah mendengar suara pintu diketuk dan terbuka,

"bee, lihat aku membawakan coklat kesukaanmu" tunjuk suttee pada beam lalu dengan telaten membuka coklat di tangannya dan memberikannya pada beam, beam langsung melahap coklat kesukaannya itu.

"mmhhhh, suttee" suara beam melemah setelah menghabiskan coklat pemberia suttee

"krub?" suttee yang sedang membaca buku di bangku samping beam langsung mengalihkan perhatiannya pada gadis pujaannya itu.

"boleh kah aku meminta sesuatu?" beam ragu menanyakan hal seperti ini pada suttee

"tentu, ada apa?" heran suttee tak biasanya beam seperti ragu untuk berbicara pada nya

"Aku ingin pulang saja," Suttee tertohok mengapa setelah sekian lama beam meminta hal seperti ini?

"tapi ... mengapa bee? Disini akan lebih baik demi kesehatan mu" tentu suttee mengkhawatirkan keadaan beam yang bisa saja mendadak merasakan nyeri di kepalanya, seperti bulan lalu suttee datang ke kamar ini dan melihat pemandangan beam yang terjatuh dari ranjang mengerang kesakitan sambil memegang kepalanya,

"Aku ingin pulang, aku bosan, jika memang ada sesuatu yang buruk ada Pha disana, dia dokter pribadiku kan, terlebih dia adik iparku." Bujuk Beam dengan manja sambil menggoyang-goyangkan lengan Suttee ditambah ekspresi yang sangat imut, sungguh Suttee tak bias menolaknya

"na .. na .. na"

"Baiklah" akhirnya Suttee menyetujuinya, yah sebenarnya izin suttee tidak penting disini karena suttee hanyalah orang luar yang setiap hari merawat beam, namun bagi beam yang tidak memiliki saudara dan orangtua keberadaan Suttee sangat berarti , walau beam tahu suttee menganggap ia lain, tapi ia tak menjawabnya setiap suttee memberikannya kode.

Saat malam tiba, seperti biasa Wayo datang untuk menemani Beam di Rumah Sakit, beam awalnya ragu untuk mengatakannya tapi beam harus, ini demi ketenangan hati nya.

"yo.."suara lembut beam menyapa wayo yang sedang membereskan selimut beam di dekat sofa, wayo membalikkan badannya, menyimpan selimut yang sudah terlipat rapi di atas sofa lalu menghampiri beam

Tak Bisa Kah??Where stories live. Discover now