forth beam (part 3)

103 7 0
                                    

Masih dalam keheningan, beam bingung harus membuka pembicaraan apa lagi, sedangkan forth menahan rasa rindunya yang membuncah karena beam bersikap seperti tak ada apapun yang terjadi pada mereka sebelumnya itu sungguh membuat forth kacau.

Tak Lama.. kemudian suttee datang membawa 1 cup coffee untuk forth. Suttee menyerahkan coffee nya pada forth lalu duduk di kursi tepat disamping ranjang beam.

Sebenarnya suttee merasa atmosfer kamar ini sungguh canggung. Suttee melihat beam tidak seaktif biasanya, juga seniornya itu hanya diam memperhatikan beam.

"beam, hari ini kau tidak ke playground dekat sini?" suttee memulai pembicaraan

"tidak, gadis itu bilang dia tidak akan menemuiku lagi" terlihat ada raut kecewa disana

"auu, kenapa begitu?" beam menjawab dengan gelengan pertanyaan dari suttee.

"padahal aku merasa senang dekat dengan dia, dia gadis yang ceria dan dapat menyalurkan aura keceriaannya padaku, saat. . ."beam sedikit melirik pada forth "saat ada kalanya aku pikir untuk menyerah."

*kau sudah pernah menyerah akan cinta kita beam* forth menanggapi dalam hati, ia masih melihat gerakgerik beam, tangan kirinya yang lebih kurus dan ada bekas luka infus dipunggung tangannya, rambut panjang yang dulu ia selalu banggakan kini tak ada lagi, beam masih mengobrol dengan suttee dan forth masih menyelam dalam lamunannya membandingkan beam yang dulu dan sekarang masih tetap sama, namun sikap beam yang mengacuhkannya membuatnya tampak berbeda, senyumnya dan cara dia berbicara dengan suttee juga seperti dulu saat ia berbicara dengan teman-temannya dikampus.

Pintu kamar beam terbuka terdengar sapaan dari sana "beam, ooiihhh kenapa harus sup dekat kampus sih be...am?" suara kit melemah saat sadar ada orang lain yang tak asing baginya.

"auu, forth?" kit hamper-hampir menjatuhkan bawaannya kalau dia tidak melangkah kebelakang dan tertahan oleh dinding kamar rawat beam.

"phi kit kamu mengenal phi ku?" suttee menginterupsi, kit mengalihkan pandangannya pada suttee dan hanya mengangguk dan cepat-cepat berkata "yah, kami satu almamater." Kit melirik pada beam mereka saling bicara dalam tatapan itu.

Kit yang bingung akan situasi ini, memutuskan untuk berpamitan setelah menaruh bawaannya di atas meja samping ranjang beam.


Forth merasa kit menghindarinya, bukan sekali tapi sejak di airport waktu itu kit sedikit aneh, tidak seperti kit yang dulu, yang selalu ia tanyai mengenai keberadaan beam sebelum forth dan beam benar-benar berpisah.

"suttee, aku harus menyelesakan sesuatu, kita lanjutkan lagi pertemuan kita lain waktu, oke beam." Dengan nada sedikit dibuat menggoda kepada beam.

"Kit." Forth menyusul kit sampai lobby rumah sakit. Forth mmenahan langkah kit dengan menarik lengan kanan kit. "Tolong jangan menghindariku, bisa ikut aku sebentar?" ada nada memohon disana . Sungguh kit jadi tak enak hati untuk menolaknya, yah asal kalian tahu walau kit adalah wanita yang cerewet tapi hati nuraninya bagaikan ibu peri.

Forth menggiring kit ke parkiran tempat mobilnya di parkirkan. Kit sudah berada di bangku penumpang samping kursi pengemudi dimana forth duduk disana.

"kau mau membawaku kemana forth?" ragu kit

"ke cafe dekat sini, kau ingat park kan? Pemilik cafe nya adalah kekasih dari Park." Kit mengangguk menanggapi forth.

Setelah sampai di cafe forth dan kit di sambut hangat oleh nate, mereka di berikan tempat khusus di ujung ruangan agar jauh dari kebisingan karena sebelum sampai forth meminta cukup ruangan kepada nate melalui telepon.

"silahkan." Nate memberikan buku menu kepada kit "phi forth seperti biasa na?" forth tersenyum mengangguk

"aku vanilla late saja" kit mengembalikan buku menu pada nate. Nate memberikan istilah mohon tunggu untuk pesanannya lalu meninggalkan kit dan forth berdua.

Tak Bisa Kah??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang