1. Gadis yang tidak memiliki rumah

2.8K 267 34
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Langit yang mendung,
sesuai dengan hati kelabu milik
gadis itu.

Selama beberapa bulan terakhir, ia harus terus berkelana di tempat yang sama. Dirinya selalu bertanya-tanya, apakah dirinya masih layak hidup? Nyatanya dirinya sudah tidak makan selama tujuh bulan. Bayangkan saja hal tersebut terjadi kepada kalian, pasti sudah tinggal seonggok tulang tak bernyawa dan sudah membusuk di hutan. Namun lainnya dengan gadis ini.

Tujuh bulan dirinya berkelana di desa tempat asal dirinya lahir, tidak seorangpun menyadari kehadiran dirinya sekalipun yang masih utuh sampai saat ini. Orang-orang berpikir para gelandangan pastinya sudah mati tanpa makanan, namun Faith berhasil bertahan selama tujuh bulan tanpa makan dan hanya meminum air bersih yang mengalir di sungai yang jauh di dalam hutan.

"Kak Faith! Kak Faith!" seorang gadis kecil yang tengah memegang permen lollipop tiba-tiba muncul dan menarik jubah usang milik Faith yang hampir robek.

"Ada apa Elena?" Faith berjongkok dan mengelus pipi gembul milik gadis berkulit putih pucat tersebut.

"Kakak mau hadiah?" Faith terkejut, dia di berikan hadiah dari seorang anak kecil?

"Kan kakak selama ini sudah menemani Elena bermain, sekarang waktunya Elena memberikan kakak hadiah!" Elena mengeluarkan sebuah kain tipis yang membungkus sesuatu di dalamnya.

"Elena meminta kue-kue ini kepada bunda sebagai hadiah untuk kak Faith! Karena kak Faith sudah mau menemani Elena dan menceritakan Elena dongeng-dongeng yang tidak pernah Elena dengarkan!" Ujar gadis itu dengan sangat antusias.

Fatih tersenyum dan membelai pelan pipi gadis itu, ia memang dekat dengan Elena dan anak lainnya tetapi ia tidak pernah memberikan mereka apapun. Bahkan sekarangpun ketika Elena memberikannya ke gepok kue kering, Faith tidak tahu harus memberikan apa nanti sebagai balasannya. Bagi Faith Elena terlampau polos, sama seperti dirinya ketika masih kecil.

"Yasudah, kalau begitu sekarang kau pulanglah. Nanti ibumu mencari terus." Faith meletakkan tangan kanannya di atas kepala Elena dan mengusapnya pelan sebelum gadis itu pergi dari hadapannya.

Tubuh kecil Elena yang berlari-lari membuatnya terkekeh kecil, ia teringat akan masa kecilnya yang dulu terlihat sangat lemah dan selalu di ejek oleh teman-teman sebayanya. Beberapa orang yang berlalu lalang melihat dirinya berdiri seperti orang bodoh di tengah jalan, di pedesaan tempatnya lebih nyaman dari pada area kota yang tercemar oleh asap pabrik tua dan sekitarnya.

Faith sudah lupa kapan terakhir ia masih bisa tidur dengan nyaman di dalam kamarnya, di layani oleh para pembantu yang di sewa oleh ayahnya namun kini mereka terlah menjadi tulang belulang yang gosong dan tidak akan pernah bisa ia jumpai lagi. Faith mengembuskan napasnya lelah, ia lebih baik mencoba berburu di dalam hutan saja. Sejujurnya hal tersebut bukanlah hal yang Faith suka, orang yang terbiasa di manja sangat susah untuk mengurus diri seperti dirinya sendiri.

Ia tidak makan selama tujuh bulan dan kini dirinya masih kuat dan bertenaga, sama seperti ketika ia berada di Mansion miliknya. Gadis itu juga masih mencari tahu penyebab kebakaran yang membuat rumahnya gosong dan seluruh penghuninya menjadi abu, dan yang masih menjadi misteri sampai saat ini adalah dirinya sendiri juga. Ia tidak tahu mengapa ia masih bisa selamat dari kejadian mengenaskan tersebut, seharusnya sekarang dirinya sudah tidak bisa berjalan ataupun mandi di sungai.

Keajaiban membawa dirinya kepada sesuatu yang tidak terduga. Faith memilih untuk tidak terlalu banyak bergaul dengan warga sekitar, ia tidak ingin mereka mengingat siapa dirinya. Kali ini ia harus bersembunyi namun entah dimana. Perlahan kakinya melangkah masuk ke dalam hutan tanpa sepengetahuan warga setempat, jubah merah satu-satunya yang ia miliki berkibar karena angin.

Faith menjejakkan kakinya yang sama sekali tidak mengenakkan alas, sepatu kesayangan yang selalu ia pakai saat itu ia pakai untuk melumpuhkan seseorang yang mencoba menyeret dirinya ke dalam kebakaran yang terjadi di masa lalu, membuat ia harus merasakan rumput yang terkadang di jatuhi oleh embun dan ranting yang terkadang tajam bahkan pernah melukai telapak kakinya, tetapi luka itu malah tertutup dengan cepat.

Faith melihat ke arah gubuk tua yang tidak sengaja ia temukan di dalam hutan saat itu, gadis itu sebenarnya pernah tidur di hutan karena berpikir bahwa di dalam gubuk tersebut terdapat seseorang. Tetapi rupanya selama tujuh bulan ini ia tidak melihat seorangpun yang masuk ke dalam tempat tersebut, dan sekarang ia ingin mencoba masuk ke dalam tempat itu.

Dengan pelan ia menginjakkan kakinya di atas lantai yang terbuat dari bambu. Rasanya nyaman ketika baru saja menyentuh kaki telanjangnya yang selama ini harus menginjak bebatuan, ranting pohon, dan dedaunan kering. Faith membuka pintu tersebut secara perlahan dan menengok ke dalam, luar gubuk itu sudah seperti kamarnya yang luas saat ia masih tinggal di dalam mansion.

Sebuah kursi yang berdebu dan meja yang kotor membuat mata gadis itu menyipit. Ia melihat sebuah foto anak kecil dan seorang pria tua. Mereka terlihat bahagia, tetapi Faith memutar matanya ke samping sang pria tua tersebut rupanya ada dua orang anak laki-laki namun yang kecil ini tidak terlihat bahagia sama sekali.

Perlahan Faith mencoba menyusuri area lain di dalam gubuk tersebut. Terlalu banyak barang yang berantakan sampai-sampai ia mencium bau yang tidak enak, ya makanan yang sudah tidak layak untuk di makan berada di atas meja yang berdebu dan kotor. Gadis itu tanpa sengaja melihat sesuatu yang menggeliat berwarna putih di atas meja itu, Faith adalah gadis yang selalu menjaga kebersihan dan selalu di layani oleh para pelayan dirinya tidak pernah melihat sesuatu yang semenjijikan ini.

Kepalanya pusing, ia merasa mual dan bingung harus berbuat apa. Faith meremas kepalanya ketika ia merasakan rasa sakit yang teramat menyerang kepalanya, dia ingin seluruh gubuk ini bersih tetapi ia terlalu takut untuk membersihkannya.

"Kau takut? Mengapa tidak menyerahkannya saja kepadaku?"

Suara itu membuatnya kaget, namun tetap saja rasa takut terus mendominasi pikirannya dan selalu membuatnya ingin muntah. Tiba-tiba dalam sekejap aroma busuk langsung tergantikan oleh wewangian kesukaannya, Faith membuka kedua bola matanya dan kini semuanya berubah.

***

Halo semuanya!

Kembali lagi dengan saya!
Chloe atau Small!
Bagaimana hasil dari remake Dark Luna? Lebih suka yang lama atau yang sekarang?

Jika suka jangan lupa untuk terus mendukung Dark Luna yah!
Bagi pembaca baru, jika menyukai cerita ini, jangan lupa untuk menekan tombol bintang yah 🌟!
Supaya saya lebih semangat lagi menulisnya!

Sampai jumpa!

Dark LunaWhere stories live. Discover now