Capitulum II : Sky Sword Academy

3.2K 323 59
                                    

Hari demi hari berganti minggu dilewati. Selesai sudah urusan Reizh menjadi seorang siswa SMP. Dia telah melewati ujian nasionalnya dengan baik bahkan kelewat baik hingga ia mendapat nilai sempurna untuk ujian tersebut.

Saat ini, keluarga Kaiden Valquez tengah berada di ruang tunggu stasiun. Mereka menunggu Kereta Api Pedang Langit, dimana sebuah kereta dengan kecepatan 615 km/jam, yang artinya dapat menempuh jarak dari Ashmere menuju Kota Pedang Kuno yang berjarak kurang lebih 2.031 km dalam waktu 3 jam 30 menit saja, yang dimana 13 kali lipat lebih cepat dari menaiki mobil pribadi.

"Jadwal berangkatnya pukul berapa?" tanya Florinne sembari mengeratkan mantelnya. musim dingin tengah berlangsung, dan angin dingin terus berhembus membuatnya begitu kedinginan.

"11 pagi. Mungkin kami akan sampai sekitar pukul setengah dua siang, dan kami pasti akan langsung diminta untuk ke ruang makan dan menyantap makan siang. Mungkin akan kembali ke kamar pukul 2.30 karena akan ada sambutan dari kakak kelas." ucap Zaviel melirik ponselnya yang sudah tercatat jelas jadwal yang diberikan padanya secara daring.

"Begitu, ya? Kalian ada waktu luang kapan aja? Jadi, kami bisa mengunjungi kalian." ucap Kaiden sembari tersenyum.

"Mungkin akan sedikit sekali, Kek. Mengingat fakta bahwa, bagi siswa Akademi Pedang Langit, tidak ada waktu luang, bahkan di akhir pekan sekalipun. Huft... Pasti ada saja tugas yang membebani." keluh Zaviel.

"Kalau begitu nanti kalian kabari saja jika memang luang, oke? Nanti kami langsung ke sana. Tidak perlu kalian yang menghampiri kami, kok." ucap Florinne.

"Bukannya melarang, tapi kurasa Kakek dan Nenek akan sulit menemukan akademi yang selalu berubah-ubah posisinya. Bahkan peta daring menyerah untuk mencantumkan letak akademi secara pasti dan lebih memilih menandai kota Pedang Kuno sebagai tempatnya saja. Apa kalian yakin bisa menemukannya tanpa tersesat?" tanya Zaviel cemas.

"Oh, tentu. Kakek belum pernah bilang, ya, kalau kami adalah alumni Akademi Pedang Langit?" tawa Kaiden membuat mata Reizh dan Zaviel membesar.

"Kakek dan Nenek tidak pernah cerita! Pokoknya, liburan nanti, ceritakan sedetail mungkin!" ujar Reizh kesal, "Eh, iya, apa Papa dan Mama juga salah satu murid akademi?" tanya Reizh penasaran.

"Kalau Papa kalian, iya. Dia salah satu murid yang bersejarah bagi guru-guru pada saat itu. Soalnya, dia itu bocah tengil yang nakalnya tak ketulungan. Sampai bosan kami berdua mengunjungi itu karena dia dipanggil kepala sekolah. Tapi, apakah kalian tahu? Semua kasus yang dibuatnya semata-mata untuk menjahili orang-orang yang menindas orang lemah pada masanya." jelas Florinne sambil mengusap pipi Reizh

"Kalau bisa..." ucap Florinne menatap kedua cucunya bergantian, "kalian harus-"

"Mengalahkan rekor Papa dalam membuat masalah!" seru Reizh cepat. Ia tersenyum semringah seakan jawabannya adalah jawaban yang sempurna.

Lantas, karena jawaban seperti itu Reizh mendapat cubitan di pipinya. Zaviel tertawa dan diam-diam menyetujuinya dalam hati. Kakaknya memang manusia terunik yang pernah ia temui!

"Nenek atau Kakek tidak akan datang ke sana jikalau kalian membuat masalah. Biar saja surat peringatan menumpuk sampai seperti berkas di kantor Kakek. Awas saja, ya, kalau kalian membuat masalah!" ucap Kaiden pura-pura mengancam.

"Biar saja, Kai. Jika mereka diusir dari sekolah, blokir nomor mereka dan biarkan mereka menjadi gelandangan."

"Nenek jahat sekali!" seru Zaviel yang disambut tawa ketiga orang lainnya.

The Sacred Imperium Legacy : Resurrection [END]Where stories live. Discover now