Capitulum X : Meditasi

1.7K 262 19
                                    

Aku membuka mataku. Buru-buru mencari benda yang dapat ku gunakan sebagai eksperimen. Kemudian aku memutuskan untuk mengambil lampu tidur di sebelahku dan memasukkannya ke dalam kantong kanan celanaku. Dan hebatnya, masuk! Benar-benar masuk seutuhnya! Apa ternyata yang dikatakan Aegis itu benar?

     "Kau bisa percaya padaku!"

     Baiklah. Terimakasih.

Aku melompat gembira. Benar-benar gembira. Bagaimana tidak? Ini membuktikan bahwa setidaknya aku ini memang bisa memberlakukan sihir, tetapi, ada kemungkinan bahwa saat ini aku belum dapat mengeluarkannya secara totalitas.

Aku mengeluarkan lampu tidur lagi kemudian membuat semua pakaian yang aku bawa ke sini memiliki [Inventory]. Uhh... Ini membuat segalanya menjadi praktis! Jadi, saat aku kembali besok, aku tidak perlu berat-berat lagi membawa benda dalam tasku!

     "Reizh? Kau sudah bangun rupanya."

Aku menengok ke arah pintu. Ternyata Jay dan Matrix. Mereka berdua penuh keringat. Aku mengernyitkan dahi, tidak dapat menahan diri untuk tidak bertanya.

     "Kenapa kalian seperti habis lari mengitari menara tujuh kali?" tanyaku sembari merapikan pakaianku kembali. Oh ya, tas milikku ini sudah kuberi [Inventory] juga. Jadi, aku takkan merasa berat ketika membawa banyak benda!

     "Yah, bagaimana tidak? Kami melawan Mr. Milovan dan hasilnya kalah telak. Dia sangat kuat. Aku heran kenapa sampai ada orang sekuat dia di dunia ini." ucap Jay sembari mengipaskan diri dengan kardus yang ia temukan entah dimana.

     "Ngomong-ngomong sekarang jam berapa sih?" tanyaku

     "Jam lima sore, kenapa?"

     "Oh astaga, aku tidur selama empat jam ternyata. Aku tidak pernah tidur siang selama ini." kekehku.

     "Mungkin saja, karena menara ini sangat nyaman? Eh ya, malam ini kita main truth or dare, yuk, sembari menunggu dijemput oleh Cellena nantinya!" ajak Matrix.

     "Boleh tuh, setelah makan malam ya." balasku tersenyum.

     "Oke!"

🔥🔥🔥

Setelah makan malam kami benar-benar membuat lingkaran dan bermain Truth or Dare. Dengan berbekal sebuah botol bekas air mineral berisi sedikit air yang akan secara giliran diputar.

     "Aku putar duluan." ucapku sembari memutar botol.

Saat botol berhenti, ujungnya berhenti tepat di depan Matrix. Dia memilih Truth dan aku menanyakan hal yang sebenarnya dibisikkan oleh Andreas yang duduk di sebelah kiri ku.

     "Sebutkan orang yang kau suka dan alasannya!"

     "Kalau berbohong, aku punya pendeteksi kebohongan lho." ucap Vernon melambaikan sebuah kristal.

     "Baiklah, aku menyukai Jeanna, karena... Sudah kenal sejak kecil, mungkin?" balas Matrix. Pendeteksi kebohongan itu tidak menunjukkan tanda berwarna merah atau berbohong. Berarti Matrix mengatakan yang sebenarnya.

     "Bagus! Ayo, kau putar!" seru Zemin meminta Matrix memutarnya.

Kami bermain permainan jujur atau tantangan tersebut hingga pukul sebelas malam. Sampai seseorang mengetuk pintu. Aku membukanya dan ternyata nona Cellena sudah menjemput kami. Otomatis, kami semua membubarkan diri dan mengikuti nona Cellena menuju atap [Liominne].

The Sacred Imperium Legacy : Resurrection [END]Where stories live. Discover now