Epilog

5.9K 513 31
                                    

Matahari bersinar hangat, cahaya lembut seketika memenuhi setiap sudut ruangan ketika sosok pria menggulirkan tirai. Obsidian yang gelap—dalam menatap pekarangan rumah. Sebuah pemandangan yang menghangatkan hatinya. Sebuah pohon Sakura, bunga mawar yang mekar. Sisa embun masih membekas di helai kelopaknya.
Sasuke tersenyum.

Memutuskan untuk membuka jendela, Sasuke menghirup dalam-dalam aroma musim semi. Ah, Sasuke ingin waktu berhenti.

Setelah mengisi paginya dengan rutinitas pagi Sasuke menatap ruangan—kamar nya, kamar mereka.

Sebuah foto berukuran besar digantung, berisikan momen yang telah mengukir di hatinya sekaligus momen mendebarkan dalam hidupnya. Menyaksikan lembut kain sutra putih itu membungkus tubuh kecil—mungil kekasihnya, veil menghias kepalanya dengan sebuah tiara mungil, sarung tangan transparan dengan cincin berlian sederhana di jari manis kirinya. Disana, dia berdiri berdampingan dengan istrinya. Tersenyum penuh cinta—suka cita di momen sakral di hidupnya, pernikahan. Hari itu dia resmi memberitahukan pada dunia, dia—Uchiha Sakura.

Gadisnya yang cantik, dengan ataupun polesan make up tetap membuat debar di dadanya hadir. Seketika, obsidiannya bergulir menatap sosok dalam potret itu ke sosok nyata yang kini masih bergelung dengan kasur dan selimut.

Sasuke tertawa lepas.

Sasuke tidak pernah membayangkan wajah tidur gadisnya akan berada dalam kedamaian, setelah mereka tinggal bersama wajah tidur Sakura membawa Sasuke untuk selalu merindukannya. Wajah manisnya yang yang polos, kebiasaan tidurnya yang tidak pernah melepas apapun yang melekat di sampingnya—apapun itu. Sasuke harus mengganti dirinya sendiri dengan sebuah boneka superbesar seperti sekarang untuk Sakura merekat atau gadis itu akan melenguh dan tidak akan kembali tidur—menghabiskan sisa malam dengan insomnia parah kemudian gadis itu berubah menjadi panda keesokan harinya.

Meskipun tidak tega membangunkannya, tapi Sasuke harus membangunkan gadis itu.

Sasuke tau Sakura mungkin lelah dengan semua persiapan untuk membuka toko pastry impiannya. Letaknya di samping rumah, Sasuke sengaja membangun sebuah toko untuk Sakura dan membuat gadis itu resign dari pekerjaan lamanya. Rumah mereka juga tidak jauh dari keluarga utama Sasuke, sehingga Ibunya bisa hadir untuk jumpa fans dengan Sakura setiap hari.

Perlu diskusi panjang untuk memutuskan bagaimana masa depan Sakura ketika menikah dengan Sasuke. Sasuke tahu, dengan semua perjuangan Sakura dan impian gadis itu bekerja di perusahaan adalah hasil jerih payahnya—Sasuke sangat menghargainya. Tetapi di sisi lain, sebagai suami, Sasuke tidak ingin Sakura lama di luar rumah dan jauh dari jangkauannya. Mereka tidak menunda untuk mempunyai anak—Sasuke ingin lingkungan yang ideal untuk Sakura.

Dengan saran dari Ibunya, mereka memutuskan untuk membangun sebuah toko pastry. Favorit Sakura dan Ibunya. Jelas Sasuke akan memakan apapun yang dibuat oleh tangan Sakura—meskipun sebelumnya dia tidak terlalu menyukai makanan manis, membuat Ibunya sedih dan mengurangi gula untuk kue Sasuke, tapi melihat wajah manis dengan berlian zamrud setiap hari membuat Sasuke luluh. Apalagi gadis itu yang setiap hari selalu meminta saran darinya, apa ini enak? Apa orang lain akan menyukainya? Apakah ramah untuk anak-anak?

Kemudian, hari ini adalah hari pembukaan toko pastry Sakura. Kemarin Sakura terlalu bersemangat membuat kue untuk dibagikan nanti bersama Ibu dan koki di rumah Uchiha. Meskipun sampai dia kelelahan, Sasuke menghormatinya. Tipikal Sakura yang selalu bekerja keras. Hari ini adalah hari besar untuk Sakura. Jam 10 pagi mereka akan membuka toko.

Sekarang sudah jam 7 pagi.

Sasuke duduk di tepi kasur dan membawa rambut yang menutupi dahi Sakura ke samping. Sasuke menatapnya untuk waktu yang lama, sampai dia berhenti dan memberikan satu ciuman di dahi, di pucuk hidung, di kedua pipi dan terahir di bibir Sakura.

Food Dairy: Sakura HarunoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang