Kemana?

377 45 4
                                    

Tee berhasil menyelesaikan tesnya dengan baik, ia sangat percaya diri ia akan lulus. Terlebih semua materi yang diujikan sudah ia kuasai.

Ia juga sudah menyelesaikan ujian sekolahnya. Sekarang yang bisa ia kerjakan hanyalah berdiam diri di rumah.

Tee kembali memejamkan matanya, mengingat kejadian dihari terakhir ujian masuknya.

Selama Tee mengikuti ujian masuk, Tae selalu menunggui Tee di depan ruangan tempatnya ujian.

" P' tidak perlu menungguiku, apakah P' tidak punya kelas?"

Tae menggelengkan kepalanya

" Apa tidak ada hal lain yang perlu P' lakukan selain menungguiku ujian? kamu membuang waktumu dengan hal yang tidak penting"
" Ini juga hal yang penting untukku"
" Tidak tahukah kamu bahwa aku sedang habis- habisan menghilangkan perasaan suka ku padamu? kalau begini caranya bagaimana bisa aku melupakan mu" gerutu Tee dalam hati
" Bagaimana dengan ujiannya?" ucap Tae lagi
" P'Top sudah mengajarkan aku dengan baik"

Tae merasa tidak suka karena Tae membawa- bawa nama Top

" Bukankah P' seharusnya mengkhawatirkan Tizzy?"
" Tizzy pasti bisa mengerjakannya dengan baik""Jadi P' pikir aku tidak bisa mengerjakan ujian ku?"

Sangat sulit untuknya menjawab pertanyaan Tee, Tae bukanlah orang yang pandai berekspresi dengan kata- kata.

Tae mengacak rambutnya sebal " Bukan begitu, aku hanya mengkhawatirkan mu"

Perasaan Tee menjadi tidak karuan mendengarkan ucapan Tae. Selama Tee mengenal Tae, Tae tidak pernah sekalipun memperlihatkan perhatian dan keperduliannya pada Tee.

Tee mencoba menutupi kecanggungannya dengan tertawa.

" Kamu bahkan tidak mengkhawatirkan ku saat tangan ku patah dulu"

Tae menelan ludahnya pahit, memang benar, dulu Tee pernah patah pada saat bermain basket bersama anak- anak di lingkungan rumahnya, dan yang saat itu Tae lakukan hanya memperhatikan Tee dari jauh, berusaha menahan emosi agar tidak memukul anak yang mendorong Tee hingga jatuh dan patah tulang.

" P' tidak perlu merasa bersalah padaku, aku baik- baik saja. Jika P' terus bersikap baik padaku, akan semakin sulit bagiku untuk menghilangkan perasaan ku padamu. Bersikap lah seperti biasa"

Tee mengucapkannya sambil tersenyum, tapi dimata Tee itu bukanlah sebuah senyuman.

Tae hanya membeku, Tee tahu, Tae tidak memiliki perasaan yang sama, Tae bersikap baik hanya karena merasa tidak enak pada Tee.

" Terima kasih atas semuanya P'Tae"

Tee kemudian meninggalkan Tae.

*

Sementara itu Tae harus sabar mendengar ocehan Kim.

" Copter bilang dia sudah tidak mau membantu mu. Tee memutuskan untuk move on. Dan semua ini salah mu karena terlalu banyak berpikir. Sebenarnya apasih yang membuatmu bersikap seperti itu?"

" Aku hanya takut kalau Tee akan menolak ku Kim"

" Halah, kamu takut Tee akan menolakmu? padahal kamu sendiri sudah mengetahui kalau Tee menyukai mu"

" Kamu hanya takut atas apa yang orang lain pikirkan tentang kamu Tae, kamu tidak siap kehilangan cinta dari orang- orang yang selama ini mengagumi mu. Aku kadang heran kenapa Tee baru menyerah sekarang, kalau aku jadi dia aku sudah menyerah dari jauh hari"

" Copter bilang padaku, kalau kamu terlalu nyaman dengan perlakuan istimewa yang Tee berikan padamu, kamu berpikir Tee tidak akan bisa berpaling pada yang lain, sehingga kamu lupa, Tee mempunyai batasan sebesar apa rasa sakit yang ia bisa rasakan"

Ucapan Copter benar. Tae terlalu menikmati perakuan Tee padanya, sehingga ia tidak bisa melihat saat Tae sudah sampai di batas pertahannya.

" Copter tadinya masih mau membantu mu, tapi setelah Tee bilang kalau dia akan berusaha melupakan mu, Copter berubah pikiran. Dia tidak ingin temannya lebih lama lagi menanggung luka"

" Dengar, jika kamu memang sungguh- sungguh menyukainya, berusaha dan jujurlah pada Tee tentang perasaan mu. Aku akan mendukung mu"

Beberapa hari ini, Tae selalu berkendara di sore hari atau berlari ke arah rumah Tee. Hanya untuk menghilangkan sedikit rasa rindunya pada Tee.

Tapi ada yang berbeda hari ini, dari jauh Tae melihat mobil Top keluar dari gerbang rumah Tee. Tae juga bisa melihat Tee yang melambai- lambaikan tangannya di depan gerbang.

Tae kemudian menghentikan mobilnya, dan saat mobil Top berpapasan dengannya Top menurunkan kaca mobilnya

" Tae?"

Tae pun langsung menurunkan kaca mobilnya " Ahh..Top, dari mana kamu?" ucap Tae berbasa- basi

" Rumah Tee. Mengapa kamu mengehentikkan mobil mu disini?"

" Aku habis mengangkat Telepon dari ibuku"

Top mengangguk, Ia tahu Tae berbohong " Aku harap kamu tidak salah paham. aku tidak ada apa- apa dengan Tee. Perlakukan dia dengan baik, jika kamu masih saja mempermainkan Tee, jangan salahkan aku jika aku maju dan merebutnya darimu" Ucap Top sambil kembali menyalakan mesin mobilnya

Tae pun langsung menyalakan mobilya dan menuju rumah Tee

" Aku ada diluar" kirim Tae pada Tee

Tidak lama Tee pun keluar

" P'Tae? ada yang bisa aku bantu?"

" Mau berjalan- jalan bersama ku?"

Tee mengerutkan dahinya " Kemana?"

Tae diam, dia tidak tahu kemana ia harus membawa Tae agar bisa berbicara berdua

" Bagaimana kalau masuk saja?"

" Baiklah" Tae kemudian memarkirkan mobilnya dan masuk ke dalam rumah Tee.

Setelah menyapa ibu Tee yang sedang asyik merajut, Tee membawa Tae ke halaman belakangnya

In The BackyardWhere stories live. Discover now