Emosi

379 45 4
                                    

Tee bahkan tidak yakin dengan apa yang dia lakukan- mengajak Tee ke halaman belakangnya adalah hal yang tepat untuk dilakukan, tapi setidaknya ini adalah pilihan yang paling aman. Dia tidak mungkin menyuruh Tae pulang, atau ikut berjalan- jalan dengan Tae dengan tujuan yang tidak jelas, berada dalam suasana awkward bersama Tae adalah hal yang sangat Tee hindari saat ini.
Setidaknya jika berada di rumahnya sendiri, ia merasa lebih aman. Ini pertama kalinya Tae datang ke halaman belakang rumah barunya.

Di halaman belakang rumah nya yang baru ini terdapat dua buah kursi panjang yang terbuat dari batang pohon sangat besar yang dibagi dua, dan ditempatkan berhadap- hadapan, bersama dengan sebuah meja yang juga terbuat dari pohon tua. Taman yang dipenuhi dengan banyak bunga ini lebih luas daripada taman di rumah Tee yang sebelumnya.

" P'Tae mau minum apa?"
" Hmmm....Yang biasa saja" jawab Tae grogi

Tanpa banyak basa- basi Tee pun langsung membuatkan minum untuk Tae dan menaruhnya di hadapan Tae. Keheningan kembali melanda mereka. Tee yang tidak tahan akhirnya bersuara.

" Apakah ada yang ingin P' sampaikan?"
" Um....apakah kamu marah padaku?"

Tee mengerutkan dahi nya

" Aku? marah? pada P?" Tee diam sejenak " Tidak"
" Karena aku dan Tizzy..." jawab Tae ragu

Tee menghela nafasnya

" Untuk apa aku marah pada P? aku tidak ada hubungannya dengan P dan Tizzy"

Tae kembali bungkam, dia tidak tahu apa yang ia harus ucapkan, ia seperti datang ke medan pertempuran tanpa persiapan. Akhirnya Tae hanya bisa menganggukkan kepalanya. Tae kemudian melihat sekelilingnya.

" Apa kamu senang tinggal di rumah baru mu ini?"
" Ya...."
" Apakah kamu tidak merindukan rumah lama mu?" tanya Tae lagi
" Aku pasti merindukan rumah itu, rumah itu menyimpan banyak kenangan untuk kami" ..." khususnya untuk ku, rumah itu memiliki banyak kenangan tentang mu" lanjut Tee dalam hati
" Orang yang menempati rumah mu yang sekarang merubah halaman belakangnya menjadi kolam renang"

Tiba- tiba hati Tee merasa sedih, halaman belakang tempatnya menghabiskan banyak waktu dengan diam- diam memperhatikan Tae kini sudah hilang.

" Aku baru sadar, tanpa pagar hijau yang membatasi rumah mu dan rumah ku, aku bisa melihat halaman belakangmu dengan jelas dari kamar ku"

Tee hanya bergumam.

" Apakah kamu bisa melihatku dari halaman belakang mu itu?"
" Ia..." Tee menghela nafasnya
" Bertarti selama ini bukan hanya perasaan aku kalau ada yang memperhatikanku"
" Maafkan aku jika itu membuat mu tidak nyaman, dan terdengar mengerikan..." Tee menundukkan kepalanya
Tae yang melihat Tee murung pun panik " Jangan salah faham..." Tae menggaruk kepalanya frustasi " Aku sebenarnya malah senang tahu" ucap Tae dalam hati

" Aku sebenarnya kesini ingin menjelaskan soal hubungan ku dengan Tizzy...Aku merasa kamu menjauhi ku belakangan ini....Tizzy bukan pacar ku"
" Kalaupun P' berpacaran dengan Tizzy, itu tidak ada hubungannya dengan aku. Aku akan ikut berbahagia jika P' berpacaran dengannya"
" Kalau kamu bahagia, kenapa kamu justru menjauhi ku? Bukankah kamu suka padaku?"

" Aku membaca surat mu"

Tee terkejut mendengar perkataan Tae

" Itu sudah lama sekali. Aku bahkan tidak ingat pernah menulis surat untuk mu" Tee berusaha tenang. Ia tak mau tembok pertahanan yang baru saja ia bangun kembali hancur hanya karena Tae datang padanya

" Kenapa kamu tidak pernah bilang padaku langsung tentang semuanya?"

 " Bagaimana mungkin?  Aku bahkan meragukan bahwa selama ini aku terlihat oleh mu. Kamu terlalu tinggi untuk aku raih, terlalu silau untuk ku tatap. Aku cukup tahu diri, kapan aku harus berhenti." Tee merasa marah pada Tae

" Aku akan baik- baik saja, P' tidak perlu merasa kasihan atau pun bersalah, aku hanya butuh waktu"
 
" Sial, aku tidak seharusnya mengatakan itu padanya" rutuk Tae dalam hati

" Jika tidak ada lagi yang ingin P' bicarakan, aku mau kembali ke kamar. P' bisa mengobrol dengan Mae jika mau"

Tee pun meninggalkan Tae dengan rasa bersalah yang semakin menggunung. 

" Hei Tee!" Tae meneriakkan nama Tee 

Tee yang beberapa langkah lagi sampai ke ambang pintu pun menghentikan langkahnya, namun ia tidak berbalik.

" Aku tahu aku selalu bersikap dingin padamu, menyakiti mu, selalu berbuat sesukanya padamu, tapi kamu harus tau kalau aku tidak suka saat melihat mu bersedih, aku tidak suka saat melihat mu bersama Top. Aku tidak suka saat kamu menjauhi ku"

" Tapi semua yang P' lakukan berbanding terbalik dengan apa yang P' katakan!" Tee menahan air matanya

" Aku merindukan mu"

" Kau berkata seakan- akan kamu menyukai aku"

" Aku memang menyukai mu"

"Aku sedang belajar melupakan perasaan ku pada P', P' tidak perlu berkata seperti itu hanya karena merasa kehilangan salah satu fans P' , toh tanpa akupun masih ada fans- fans P' lain yang perhatian pada P' "

" Aku tidak pernah menganggap mu sebagai fans ku" Tae membela dirinya " Aku tidak perduli dengan yang lain"

" Oh ya?" Tanya Tee dengan nada sinis " Jika P' selama ini tahu kalau aku menyukai P' dan memperlakukan ku seperti itu, P' selalu mempersulit segala sesuatunya! dan yang P' rasakan itu bukan cinta, bukan rasa sayang! aku bukan mainan P', P' hanya takut kehilangan ke- exclusive-an karena selalu aku jadikan nomer satu!"

Tee berlari naik ke kamar nya, meninggalkan Tae yang frustasi, menghadapi ego dirinya sendiri.












*A.N: akhirnya aku update lagiii, seharusnya ini udah selesai tapi karena draft nya hilang entah kemana akhirnya harus mulai lagi dari awal.
Terima kasih untuk yang udah baca, dan mungkin nungguin update nya!  Happy weekend <3







In The BackyardWhere stories live. Discover now