Titik

500 29 3
                                    

Sangat menegangkan. Itulah yang Tae rasakan sekarang. Ia punya banyak hal yang harus ia jelaskan pada seseorang yang berada di sampingnya sekarang. Mereka duduk diatas karpet bulu berwana abu- abu, sama seperti pikiran Tae yang sekarang juga kalut dan berwarna abu, Ia benar- bear tidak tahu apa yang harus ia ucapkan sekarang untuk memulai menjelaskan semuanya. 

Ia bisa merasakan ketidaknyamanan dari orang disebelahnya. Waktu terus bergulir tapi belum ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Tae, dan itu membuat Tee tidak sabar.

" Jika P' Tae tidak ingin mengatakan apapun dan hanya ingin menceritakan dongeng selamat malam padaku, sebaiknya P'Tae pulang saja" ucap Tee sembari menyandarkan kepalanya ke kasur di belakangnya, dan menutup matanya

Tee berusaha menahan tangisnya.

Tae melihat ke arah Tee, kemudian ia menghembuskan nafasnya dalam- dalam, seakan- akan semakin banyak udara yang ia hirup semakin banyak energi dan keberanian yang akan ia miliki.

" Tee..." akhirnya Tae bersuara " P'Tae sangat menyayangi Tee" kemudian ia menoleh ke arah Tee yang masih menutup matanya, namun ia tahu Tee mendengarkannya.

" Maaf kalau selama ini Tee merasa kalau P' mempermainkan Tee, Tee harus tau P' tidak pernah sedikit bermaksud seperti itu. P' memang pengecut, wajar kalau Tee merasa lelah dan ingin menyerah pada sikap P', P'  tahu P' bukan orang yang mudah untuk dihadapi"

Tae kemudian ikut menyandarkan kepalanya, dan menatap langit- langit kamar Tee

" Saat P' pertama kali pindah ke rumah itu, P' merasa tidak akan punya teman seperti dirumah lama P', tapi P' salah. Disana ada kamu, kamu yang tidak pernah menyerah dan mendekati P' walaupun P' selalu bersikap dingin padamu. P' sadar kamu menyukai P', tapi bodohnya P' malah memanfaatkan dan mempermainkan perasaan mu, hingga tanpa P' sadari P' juga menyukai mu. Semua hal yang P' lakukan, itu karena P' tidak mau kamu berpaling dan memberikan perhatian kepada yang lain"

Tae menghela nafasnya

" Kamu benar, aku memang egois, aku hanya memikirkan diri sendiri dan merasa bahwa aku sudah menyampaikan semua yang aku rasakan dengan caraku, yang mana baru sekarang aku sadari malah menyakiti mu. Maafkan aku" gumamnya

Tee kemudian membuka matanya dan menatap ke mata Tae, memcari kejujuran dan ketukusan di dalamnya. Tae merasa untuk sesaat dunianya berhenti, kenapa ia baru sadari bahwa ia sangat beruntung dicintai oleh orang seperti Tee. Yang mencurahkan seluruh hatinya untuk Tae, sementara Tee selalu menganggapnya enteng.

" Bagaiamana P' tahu kalau aku yang mengirimkan surat itu pada P'?" tanya Tee

" Karena kamu satu- satunya anggota Pramuka yang aku tau" jawab Tae polos " dan hanya kamu yang terlintas dipikiran ku saat itu"

" Lalu kenapa P' masih saja diam setelah mengetahui perasaan ku?"

" Karena aku pikir, kamu akan melupakan ku setelah kamu pindah dan kita pisah sekolah. Aku pikir memang itu yang terbaik. Aku pikir perasaan yang aku miliki bukan perasaan suka, hanya perduli karena kamu selalu berbuat baik padaku. Tapi aku salah... Aku merasa tidak suka dan sedih disaat kamu menghindariku, saat kamu lebih memilih Top dibandingkan aku"

" Apa P' yakin dengan perasaan P'? Aku tidak ingin rasa kasihan P', aku sudah bilang juga kan kalau aku akan belajar melupakan P', aku akan baik- baik saja. jangan membebani diri P'. Aku kaan baik- baik saja, dan aku akan bersikap sewajarnya pada P'. P' tidak perlu merasa bersalah, aku hanya butuh penolakan, dan sebuah penutupan saja untu melupakan perasaan ku pada P'" ucap Tee lembut

Sakit, rasanya sakit, itulah yang Tae, selama ini dia sudah mempermainkan perasaan Tee dengan sangat jahat. Tapi ia sangat yakin dengan perasaannya. Walaupun selama ini sikap Tae dingin padanya, tapi ia sanagt senang saat Tee menyapanya dengan hangat, menggangunya. 

" Tidak!!" suara Tae menginggi " aku sangat yakin dengan perasaan ini, aku sangat bodoh..aku benar- benar menyayangimu, maafkan aku yang selama ini membiarkan mu memperhatikan ku dibalik pagar itu, maafkan aku yang hanya diam setiap kali mendapati siluet mu di pantulan tembok itu. Maafkan aku yang tak pernah berani menarik mu keluar dari tempat itu, dan membukakan pintu ku. Maafkan aku" ucap Tae tulus

Tee yang memahami maksud Tee kemudian menangis. Ia juga merasa bodoh karena selama ini selalu bersembunyi di balik banyangan dan mengirimkan kode- kode yang belum tentu bisa dipahami oleh semua orang. Kenapa ia tidak mencoba untuk menjadi lebih berani lagi.

" Maafkan Tee juga..." lirinya

Sebuah senyuman merekah diwajah Tae, ia pun menarik Tee kedalam pelukannya

" Sekarang kita sudah saling memaafkan kan?" tanya Tae yang hanya dibalas anggukan oleh Tee. ini pertama kalinya Tee melihat sisi P'Tae yang seperti ini.

" Kamu masih menyayangi P'?" tanya Tae lagi, yang kemudian masih dibalas oleh anggukan oleh Tee

" Masih mau menjadi pacar P'?" 

Tee yang mendengar pertanyaan Tee langsung melepaskan diri dari pelukan Tae, ada sebuah keraguan, tapi kemudian semuanya terhapus saat ia melihat kejujuran dan kelembutan dimata Tae.

" Jika P' mau jadi pacar Tee, maka Tee mau jadi pacar P'" ucap Tee

Tae buru- buru menarik Tee kedalam pelukannya kembali setelah mendengar ucapan Tee. Kebahagiaan menyelimuti mereka berdua.

" P' bolehkan Tee menanyakan sesuatu pada P'?"
" Tee boleh menanyakan apapun"
" Jika P' dari dulu menyayangi Tee kenapa P' dulu suka selalu menganggu dan membully Tee, P' bahkan terkadang marah jika Tee merengek meminta untuk ikut bermain bersama P"

Tae tertawa mendengar pertanyaan Tee " Mungkin ini sangatlah konyol, tapi dulu saat masih anak- anak, rasanya sangat menyenangkan bisa mengganggu orang yang kamu sayang bukan, ada kebahagiaan sendiri yang aku rasakan"

Tee cemberut mendengar ucapan Tae.

" Dengan mengganggu dan membully mu, aku bisa menddapatkan perhatianmu, membuatmu selalu mengingatku, dan.....membuat mu jatuh cinta padaku" jawab Tae lagi, yang kemudian disambut dengan sebuah pukulan kecil dari Tee.

Akhirnya, setelah rasa sakit yang ia rasakan, lamanya penantian, semuanya pun terjawab, Tee berhasil menggapai bulan yang selama ini hanya bisa lihat dan andai- andaikan untuk bisa diraih dari halaman belakang rumahnya. Sesuatu yang dulu ia pikir tidak akan pernah bisa ia raih. Dan ternyata yang dibutuhkan hanya sedikit lebih banyak keberanian. Walaupun jika akhirnya Tee harus jatuh dan terluka, setidaknya ia sudah mencoba, tidak hanya berandai- andai saja, dan kamu tidak akan tahu apa yang akan kamu dapatkan setelah terjatuh, bukan?





-Fin



Nb: Akhirnya selesaaaaaaai, aaaah aku sebenernya bener- bener blank, aku udah berusaha ingat- ingat ending aslinya, tapi ngga berhasil, dan aku juga merasa bersalah kalau terus gantungin ini ceritaaaa -__- semoga akhir ceritanya masih dapat diterima walaupun aku probadi kurang sreg dan merasa ada yang kurang huhu <///3
Terima kasih banyak buat yang udah nemenin dan baca tulisan aku. Jangan lupa jaga kesehatan yang semua, cuci tangan yang bersih dan teratur, jaga daya tahan tubuh, makan- makanan sehat, istirahat yang cukup, jangan lupa juga olahraga!
Semoga virus corona ini bisa cepat berakhir ya :')


In The BackyardHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin