Chapter 10

2.6K 257 4
                                    

Helooo Author update lagi... Ada yang kangen gak? Ada yang nyariin gak:v
Ok selamat membaca!
Votmen-nya ditunggu😄
Gomawo...

.
.
.
.
.

Tzuyu bergegas bangkit dan ikut masuk ke ruangan Taeyong. Taeyong melemparkan tas kerjanya ke atas sofa dan mengingatkan Tzuyu, "Tutup pintunya."

"Oh." Tzuyu menutup pintu. Dia telah terbisa dengan setiap perintah dari bosnya.

Setelah menutup pintu dan membalikkan badan, Tzuyu tertegun.

Taeyong... sedang... melepas pakaiannya!!!

Baiklah, yang dia maksud adalah sedang melepas jasnya. Kemejanya masih melekat di tubuhnya. Namun, mengapa gaya melepas bajunya begitu memukau? Seperti sedang menggodanya? Entahlah yang pasti bentuk tubuh Taeyong benar-benar proporsional.

Taeyong yang telah melepas jasnya langsung melempar jas tersebut kepada Tzuyu yang masih berdiri mematung sambil berkata, "Tolong gantung jasnya."

Lalu pria itu menuju toilet untuk membersihkan diri, meninggalkan Tzuyu yang masih mematung dengan jas di tangannya.

"Presdir Lee benar-benar seorang bos. Seenaknya memberi perintah. Kalau begini terus aku bakalan jadi pembantunya."

Tzuyu mengepalkan tangannya. "Tidak bisa, aku harus melawan dengan tidak membantunya menggantung jas!"

Taeyong keluar dari toilet sambil menyeka wajahnya. Melihat Tzuyu masih berada di posisi semula, dia mengernyit. "Tidak tahu harus menggantungnya di mana?"

"Bukan begitu," Tzuyu memberanikan diri untuk berkata. "Presdir Lee, saya tidak akan membantu Anda menggantung has ini."

"Kenapa?" Ekspresi Taeyong langsung berubah. Perlahan, pria itu mendekati Tzuyu. Seketika itu juga, Tzuyu merasakan aura disekitarnya berubah.

"Karena..." Tzuyu menggerakkan gigi dan mengulurkan tangan.

"Ayolah!..."

"Karena udaranya lumayan dingin, lebih baik Anda pakai kembali supaya tidak masuk angin."

"Choyu Tzuyu, kau benar-benar menyedihkan." Sembari tertunduk lesu, Tzuyu pun menatap jas yang ada ditangannya.

"Sudahlah, ini bukan masalah besar. Tujuan hari ini kan tentang makan siang. Itu yang harus ditekankan."

Taeyong tersenyum kecil. "Rupanya kau begitu perhatian padaku, kupikir tadi..."

Senyumnya membuat Tzuyu bergidik. Dia pun langsung berkata, "Tidak, tidak. Tentu saya harus perhatian kepada Anda."

"Kenapa?"

"Apanya yang 'kenapa'? Kenapa perhatian padanya? Tentu saja aku harus perhatian karna semua gajiku ada padanya!" Tzuyu berpikir keras untuk memberikan alasan yang tepat. "Karena... karena kesehatan Presdir Lee adalah kebahagiaan untuk semua karyawan."

"'Kesehatanku adalah kebahagianmu', aku suka kata-kata itu." Taeyong mengangguk puas. "Aku cukup sehat sekarang, gantungkan saja jasnya."

Setelah menggantung jas pun Tzuyu masih tidak tahu letak keanehan pada perkataan Taeyong, maka dia pun segera melupakannya dan mulai berkata dengan terbata-bata, "Mmm, Presdir Lee..."

"Salah, salah. Tidak sebenarnya bicara dengan nada begitu. Kau kemari bukan untuk memohon, ingat itu Chou Tzuyu. Semangat!" Tzuyu berdehem lalu kembali membuka mulut, "Presdir Lee!"

Taeyong menjawab sembari menuju meja kerjanya, "Ya, ada apa?"

"Tentang, tentang makan siang..."

Saat Tzuyu memutuskan untuk mengatakan semuanya, Taeyong langsung menyela, "Tolong ambilkan dua kantong kertas yang ada di atas sofa itu."

"Main perintah lagi!" Baiklah, ini adalah perintah terkhir yang diturutinya.

Tzuyu menyerahkan kantong kertas itu pada Taeyong. Pria itu tidak mengambilnya, dia malah menghidupkan komputer, memasukkan kata sandi, lalu berkata, "Untukmu. Ambillah."

"Untukmu?!"

Kata-kata itu sangat mengejutkan Tzuyu. Dia terpaku beberapa saat. Tadi dia sempat melirik isi kantong tersebut, sepertinya produk perawatan kulit. Taeyong mendadak memberikannya produk perawatan kulit...

"Benar-benar... Benar-benar menakutkan!"

Insting Tzuyu memberitahunya untuk tidak menerima hadiah tersebut, jika tidak, dia tak akan pernah bisa lepas dari pria itu. Tzuyu pun memberanikan diri. "Presdir Lee, saya tidak..."

Kata 'tidak' yang baru meluncur bertemu dengan pandangan tajam dan mematikan dari Taeyong. Akhirnya, kata 'bisa' yang telah setengah menggantung di ujung bibir Tzuyu pun harus di telan bulat-bulat, membuatnya hampir tersedak.

"Tidak apa?"

"Ancama lagi! Selalu saja begini. Apa tidak ada jurus baru?!" Tzuyu mencemooh bosnya dalam hati.

"Tidak... bisa tidak menerimanya."

Dan dia lebih mencemooh dirinya sendiri karena selalu saja menyerah pada ancaman yang sama.

Taeyong merasa tidak senang karena ekspresi Tzuyu saat menerima hadiah darinya tidak sesuai dengan dugaan.

"Sekarang, keluarlah." Taeyong kembali pada ekspresi dinginnya. Saat Tzuyu hampir keluar, dia kembali berkata. "jangan lupa besok siang kesini lagi."

Tzuyu baru ingat tujuannya kemari. Sekarang semuanya berantakan gara-gara hadiah itu.

Setelah keluar dari ruangan Presdir Lee, Tzuyu bertekad untuk membayar hadiah tersebut. Namun, bagaimana caranya? Dia pasti tidak akan menerimanya begitu saja. Tzuyu mendapat ide brilian, mulai hari ini dia akan lembur tanpa mengambil uang lembur.

Momo yang melihat Tzuyu memegang kantong kertas itu tersenyum lalu berkata, "Tzuyu, hadiahnya memang untukmu." Momo melanjutkan perkataannya, "Kau pernah bilang kalau musim dingin kulitmu akan kering, jadi produk itu sangat cocok untukmu. Produk ini adalah rekomendasi dariku."

Sebenarnya, Momo lah yang mengusulkan kepada Taeyong untuk membelikan Tzuyu hadiah, tentu saja tanpa sepengetahuan dari wanita tersebut.

Tzuyu pun teringat dia pernah meminta saran kepada Momo atas masalah kulitnya, tapi tak disangka...

"Momo," tiba-tiba Tzuyu teringat sesuatu, "kira-kira berapa harga produk ini?"

Momo mengerutkan keningnya, merasa Tzuyu sangat kuno. Menerima hadiah dari seorang pria dan menanyakan harganya, sungguh tidak etis, tapi dia hanya tersenyum dan memberitahunya.

Tzuyu hanya bisa membisu saat mendengar harganya. Dalam benaknya hanya ada satu pemikiran. "MAHAL... Harus lembur sampai kapan?!"

Tzuyu bergumam, "Momo seharusnya kau menyarankan produk yang lebih murah." Orang-orang disana saling pandang sementara Tzuyu meninggalkan lantai 24.

Bos & Me Où les histoires vivent. Découvrez maintenant