02 : Asrama

909 162 47
                                    

Pagi ini Junhyuk tak sarapan sendirian lagi seperti hari-hari kemarin, sekarang Ibunya berada satu meja dengannya. Meski keheningannya tidak jauh beda karena kalian hanya akan mendengar suara sendok dan garfu yang menari diatas piring.

"Junhyuk-ah maafkan Ibu."

Ditengah suara dentingan sendok dan garfu, suara Ibunya terdengar lirih.

Ibunya tak melanjutkan sarapannya, mata sendunya malah menatap Junhyuk dalam.

"Ibu hanya ingin kau seperti anak yang lainnya, pergi ke tempat-tempat yang kau mau dengan temanmu, jalan-jalan kemanapun yang kau inginkan juga dengan temanmu. Ibu ingin kau keluar dari zona nyamanmu Jun."

Junhyuk tahu, Ibunya khawatir dengan kehidupannya yang menyendiri ini. Tapi tak ada yang bisa dilakukan Ibunya, maka jalan terakhirnya adalah memasukan Junhyuk ke dalam asrama.

Satu hari kemarin, Junhyuk berdiam didalam kamarnya memikirkan hal ini. Mencari kebenaran apa tindakan Ibunya ini benar demi kebaikannya.

Dan pikirannya terfokus pada kenyataan bahwa Ibunya adalah satu-satunya penerus perusahaan setelah kakeknya pensiun, Ibunya anak tunggal dan ia single parent. Bukan salah Ibunya kalau tidak bisa memberikan perhatian lebih pada Junhyuk.

Bahkan mungkin setiap harinya Ibunya memikirkan kehidupan Junhyuk lalu memikirkan perkerjaannya sendiri. Betapa berat beban pikiran Ibunya.

Maka Junhyuk mencoba mengerti.

Dari kecil ia hanya tinggal berdua bersama Ibunya, dan yang selalu menemani harinya adalah Baby Sitter karena Ibunya sibuk berkerja. Sekarang dirinya sudah besar dan tak memerlukan Baby Sitter lagi.

Jika kalian bertanya, kemana Ayah Junhyuk, jawabannya ia tidak tahu. Karena dari kecil ia tak pernah bertemu ataupun melihat sosok itu. Jikapun ia bertanya pada Ibunya pasti akan ada alasan untuk Ibunya tak menjawab pertanyaannya. Jadilah Junhyuk tak perduli lagi tentang sosok Ayahnya itu.

"Aku akan pergi ke asrama hari ini. Tanpa paksaan. Jadi Ibu tidak perlu merasa bersalah."

"Ibu akan mengantarmu"

"Bukankah Ibu bilang kemarin, Ibu hari ini harus terbang ke jepang?"

Nampak Ibunya terdiam sejenak, mungkin merasa kebingungan.

"Ibu," Junhyuk memberanikan diri untuk tersenyum, sangat tipis, ia tahu senyumnya terlihat aneh sekarang. "Tidak apa-apa. Aku sudah mandiri bukan bayi lagi."

Jisoo tersenyum melihat senyum tipis putranya, senyum yang jarang sekali pemuda mungilnya itu perlihatkan. Jisoo mengangguk kecil meski merasa bersalah pada putranya karena tak bisa mengantarnya ke asrama.

———
-Stupid Ghost-
———


"Baik-baik disini. Jangan banyak pikiran. Anggapan kalau Ibumu memasukkanmu kesini karena tak bisa mengurusmu, kau buang jauh-jauh."

Alis Junhyuk menyatu kala teman ibunya, Bang Chan, berkata hal yang tak pernah Junhyuk obrolkan dengan pria yang ia anggap paman itu sebelumnya.

"Ibu curhat padamu paman?"

"Ya, banyak yang Ibumu curhatkan." Bang Chan mengangguk seraya tangannya sibuk menarik koper dari belakang bagasi mobil.

"Ibu menangis?"

"Tidak, kau tak perlu khawatir."

Helaan napas Junhyuk keluarkan. Ia merasa bersalah berkata begitu pada Ibunya.

Bang Chan sudah mengeluarkan semua bawaan anak temannya itu, jadi ia menarik turun bagasi mobil.

Brak!

Stupid Ghost || [BROTHERSHIP] ✔️Where stories live. Discover now