11 : Mengatakan hal sebenarnya

529 107 24
                                    


Brak!

Hyeonjun meringis kala ia dihimpit ketembok, didepannya Jinsung menatap tajam dengan lengan anak itu menekan di lehernya membuat napasnya sedikit tersendat.

"Bagaimana bisa kau menuduhku pelakunya? Apa hanya karena hubunganku dengan Sungwon kurang baik jadi kau seenak jidat melemparkan kesalahanmu padaku? Kau memang pintar memanfaatkan situasi sialan!"

"Le-Lepashkanh tanganhhmu!" Wajah Hyeonjun sudah memerah kesusahan bernapas tapi, Jinsung malah semakin menekan lengannya.

Pasalnya ia benar-benar marah kala mengetahui tuduhan padanya itu dari Jeongwoo kemarin.

"Sebaiknya kau segera pergi dari sekolah ini! Manusia biadab sepertimu harusnya di isolasi dari masyarakat!"

Sret!

Hyeonjun mendorong dengan sekuat tenaga lengan Jinsung hingga sang empu terdorong kebelakang.

"Apa kau bilang? Manusia biadab?!" Hyeonjun menatap nyalang, sudah cukup setiap hari ia mendengar kata pembunuh dari mulut mereka yang sudah seperti duri baginya dan sekarang ditambah kata biadab? Ia benar-benar tak terima.

"Kenapa? Kau tidak terima? Tapi sayangnya panggilan itu cocok untukmu." Jinsung menakankan kata terakhirnya,"Jika sampai aku mendengar dari satu mulut pun berbicara lagi aku pelakunya. Aku tak akan tinggal diam." Ujarnya penuh dengan nada mengancam sebelum beranjak pergi dari koridor yang sepi.

Hyeonjun menghela napas panjang, jika mau ia juga akan pergi dari sekolah ini. Tapi bukankah jika begitu, ia berarti mengakui kesalahan yang bahkan tak dilakukannya.

Dibalik tembok Sungwon mengerutkan alis, ia tak sengaja mendengar percakapan mereka berdua. Dan apa tadi, Hyeonjun mengatakan bahwa Jinsung yang membunuhnya. Astaga tidak dapat dipercaya, tak akan mungkin Jinsung membunuhnya. Sebenci-bencinya Jinsung padanya anak itu bahkan tak pernah melukai kulitnya seinci pun.


###

Kelas Junhyuk sedang memulai pelajaran olahraga di lapangan indoor karena diluar tengah hujan deras. Yang perempuan tampak sedang duduk di bangku seraya mengobrol, sementara yang laki-laki berkumpul di bawah. Tengah membagi tim untuk bermain basket.

"Sudah dibagi timnya?" Tanya pak Changmin, guru olahraga mereka.

"Sudah pak."

Changmin mengangguk namun sebelum beranjak ia mengerutkan alis, "Tumben sekali kau tidak setim dengan ketiga temanmu, Jeongwoo" Ujarnya menatap Jeongwoo yang malah tersenyum canggung alih-alih menjawab pertanyaannya.

Junhyuk melirik Jeongwoo begitu juga Haruto dan Jongwon. Junhyuk jadi merasa bersalah karena dirinya Jeongwoo menjadi tidak nyaman dan seolah menghindari Haruto juga Jongwon juga.

Kedua tim segera berjalan ke tengah lapang, Haruto nampak mendekati Jeongwoo dan berbisik, "Kubilang masuk timku. Kenapa keras kepala sekali."

"Aku sudah bilang tidak mau. Memangnya apa bedanya. Kita sama-sama main basket." Setelah berkata begitu, Jeongwoo berlari kecil ke arah timnya yang sudah di tengah lapang.

Haruto menghela napas. Ia tahu Jeongwoo sudah tidak marah pada Junhyuk, tapi anak itu punya gengsi yang besar.

Permainan pun berlangsung, meskipun badannya tak terlalu jangkung tapi Jeongwoo lumayan ahli bermain basket. Ia memasukkan dua bola dan membawa timnya sedikit lagi pada kemenangan.

Kini, ia kembali menguasai bola. Haruto berusaha merebutnya namun gagal, bahkan beberapa orang gagal merebut bola darinya.

"Siyoung! Tangkap!" Ujarnya seraya melempar bola pada Siyoung, teman setimnya. Tapi, anak itu malah terkejut dan berlari untuk menghindari bola.

Stupid Ghost || [BROTHERSHIP] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang