25 : Penyesalan dibalik Ego

491 88 22
                                    

"Kau sudah mengirimkan video ini ke seseorang?"

Haruto menggeleng dengan kaku, sorot matanya bergetar ketakutan, sementara kedua tangannya diikat dan mulutnya di selotip.

Pria bertopeng itu berdecih, "Bohong."

Tangan dibalut sarung tangan itu mengambil ponsel dalam saku jas Haruto, lalu meraih jari Haruto dan menempelkannya pada layar ponsel sampai lockscreennya terbuka.

Ia membuka pesan, saat melihat bahwa Video itu memang sudah anak itu berikan lewat pesan pada temannya, dengusan kesal keluar dari mulutnya.

"Tak ada gunanya saat ini kau berbohong." Wajahnya mendekat kearah Haruto, "Seperti yang aku bilang tadi, setiap aku tahu bahwa kau mengirimkan video ini pada orang lain. Maka satu jarimu akan aku potong. Kau tidak takut?"

Haruto bergerak panik, matanya sudah berkaca-kaca karena rasa takutnya. Napasnya tak bisa keluar dengan lancar seolah tersendat di tenggorokan.

Jarinya kembali diraih, Haruto berusaha menjauhkan kedua tangannya yang terikat itu. Tapi, pria itu semakin menambah kekuatannya, dan satu tangan pria itu mengeluarkan pisau dari dalam saku bajunya. Mata Haruto membulat sempurna, air matanya keluar perlahan.

"HMM! HMMM!" Haruto berteriak namun terendam saat pisau itu sudah mengenai kulit jarinya.

"Haruto!"

Jeongwoo terbangun dari tidurnya diatas lipatan tangannya, matanya bergerak gelisah kala sebuah mimpi yang sangat menakutkan baginya menghampiri, meski dalam mimpi itu bukan dirinya, tapi tetap saja menakutkan.

Ia berusaha mengatur napasnya sebelum menutup buku pelajaran diatas meja belajarnya, lalu memeriksa jam dipergelangan tangan.

"Ini sudah jam 7 malam? Astaga, pantas saja aku bermimpi buruk." Ujarnya karena teringat perkataan orang tua jaman dulu, jangan tidur sore hari. Mungkin ini alasannya, nanti kau bermimpi buruk selain itu juga tidak baik untuk kesehatan tidur sore itu.

Jeongwoo melirik kearah kasur Haruto, tapi tak menemukan si empunya disana. Mana mungkin anak itu belum pulang. Ia kemudian beranjak ke arah pintu kamar mandi, membukanya begitu saja dan diluar ekspektasinya disana juga tidak ada Haruto. Kemana sahabatnya itu sampai malam begini belum pulang juga.

Tok tok tok

Pintu kamarnya diketuk, ia segera beranjak untuk membuka pintu, kala dibuka tampak Dohyon dan Suren dihadapannya, tapi tak menemukan Haruto.

"Hyon? Mana Haruto?"

"Justru itu yang ingin aku tanyakan padamu." Ujar Dohyon, membuat dahi Jeongwoo berkerut samar.

"Haruto tidak bersama kalian?"

"Setelah ujian remedial, aku dan Suren pergi ke game center, sementara Haruto pulang duluan. Harusnya dia sudah pulang dari dua jam yang lalu kan?" Jelas Dohyon, diangguki Suren disampingnya.

"Tapi, dia belum pulang kok. Kemana dia ya?"

"Woo, sebenarnya kakakku menyuruhku memeriksa keberadaan Haruto di asrama. Itu makanya aku datang kemari." Dohyon tampak ragu untuk kembali berucap, sementara Jeongwoo menunggu dengan rasa cemas mulai dirasakannya.

"Sore tadi Kakakku melihat pria bertopeng menculik seorang anak. Ia tidak tahu siapa, tapi ia merasa kalau anak itu Haruto."

"Apa?" Jeongwoo terkejut dengan perkataan Dohyon.

"Coba kau telepon Haruto, dari tadi aku meneleponnya tidak diangkat terus. Semoga saja kali ini dia mengangkatnya."

Meski masih bingung dengan situasi sekarang, rasa cemas malah semakin Jeongwoo rasakan. Dirinya meyakinkan diri bahwa sahabatnya itu pasti hanya pergi kesuatu tempat karena ia tidak mau berpikiran negatif tentang Haruto.






Stupid Ghost || [BROTHERSHIP] ✔️حيث تعيش القصص. اكتشف الآن