22

1.2K 315 125
                                    

Hari itu, puncak kesedihan gue. Temen SMA gue, Jaeludin Alani, kembali ngontak gue.

Jaeludin Alani
Ann?? Lo lamaran??
Kok gak ngomong gue sih!

(Send a picture)

Lo lg sama Willis di Bandung??Atau masih di Jogja?Temen gue yang satu fakultas sama Willis up di instagram

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lo lg sama Willis di Bandung??
Atau masih di Jogja?
Temen gue yang satu fakultas
sama Willis up di instagram.
Katanya, dia dapet di grup
angkatanya, yang bilang Willis lamaran.
Ann?

Gue bergegas nyari kontak Bang Suhandi, dan ngehubungin dia. Gak lama, panggilan tersambung.

"Ya, Ann?"

"Bang, jujur sama gue. Willis lamaran?" selama tiga menit, Bang Suhandi bungkam. Gue mulai terisak, "Bang! Ngomong sama gue!"

"Besok abang ke Jogja ya. Kita omongin disana aja. Abang lagi banyak kerjaan,"

Gue menghela nafas, mengatur semuanya. Baik pikiran, perasaan, emosi, "Bang, gue butuh jawaban!" dan tiba-tiba panggilan terputus secara sepihak.

Gak nyerah, gue coba buat hubungin Bang Suhandi lagi. Tapi malah masuk ke mailbox. Gue mengusap wajah kasar, "Ya Allah.. Cobaan apa lagi ini.." gumam gue dalam hati.

Gue menyapu peralatan make up gue yang ada di atas meja rias, "Arrrgghh!!!" gue teriak sekencang-kencanganya, sampai Mbak Sri masuk ke kamar dan ngeliat kamar gue yang berantakan.

Botol parfum pecah, segala make up yang dari kaca pecah semua, "Ya Allah Gusti.. Mbak e kenapa?" Mbak Sri terlihat berjongkok memunguti serpihan kaca, "Mbak e, jangan kemana-kemana. Saya mau ambil serokan sama sapu dulu. Nanti mbak kena kaca. Bahaya,"

Gak menggubris, gue milih buat berjalan ke ranjang dan menjatuhkan diri gue di atas ranjang. Gue menghadap ke luar jendela memunggungi pintu.

Gue meremat baju bagian dada, sakit.

Terdengar suara Mbak Sri bersih-bersih di belakang gue, "Mbak, saya telepon Mbak Jasmine ya,"

Gue gak jawab sedikit pun. Gue menangis sesegukan. Baru dua bulan, dan Willis ngelamar cewek itu? Luar biasa. Gue gak habis pikir. Apa gue semudah itu buat di lupakan?

Satu jam gue nangis, sampai rasanya kepala gue pening, air mata gue kering, terdengar suara Jisoo, "Kak?"

Suara ranjang berderit di sebelah gue. Jisoo megang bahu gue, "Kak? Lo gakpapa, kan? Lo kenapa?"

Gue bergeming. Tenggorokan gue seakan mati rasa, "Kak.. Jangan kayak gini. Cerita sama gue ada apa?"

Jisoo menghela nafas. Dia keluar. Tapi samar-samar, gue denger dia ngomong, "Kak Krys, bisa kesini?"

"..."

"Udah kesini aja, Kak. Gue butuh bantuan lo,"

Jisoo kembali melangkah masuk. Dia berjongkok di depan gue. Mata dia udah berkaca-kaca. Dia menghapus air mata gue, "Please, jangan kayak gini, Kak. Gue gak suka liat lo kayak gini,"

something new ✔Where stories live. Discover now