Hitch Hike

81 5 0
                                    

Part 2

Mobil RV itu terbuka dan seorang pria, kelihatan seperti berumur 60-an, beranjak keluar dan berjalan memasuki toko kelontong. Ia mengenakan topi dengan tepi lebar seperti topi koboi. Benar-benar kelihatan aneh dan eksentrik.

Pada waktu itu, aku berada di dalam toko. Aku tak bisa berhenti memandangi pria berpenampilan aneh itu. Ia mengambil sebuah keranjang belanjaan dan mulai memasukkan perban dalam jumlah banyak dan perlengkapan medis lainnya. Ia juga membeli sebotol soda 1,5 L.

Ketika ia hendak membayar di kasir, mata kami bertemu. Ia akhirnya sadar bahwa semenjak tadi aku terus memperhatikannya. Aku pun segera mengalihkan pandangan, berpura-pura membaca majalah yang dipajang di dekatku. Aku mulai merasa tak nyaman, tetapi terus mencoba sebaik mungkin untuk tidak mempedulikannya.

Akhirnya, pria aneh itu meninggalkan toko. Saatnya aku dan Kazuya berganti giliran. Namun saat aku berjalan keluar, aku memperhatikan Kazuya dan pria itu bercakap-cakap.

“Hei! Dia akan mengantar kita!” serunya.

Sial! Kesan pertamaku terhadap pria itu amatlah buruk, tetapi apa boleh buat. Kami tak punya pilihan lain. Mungkin saja dia hanyalah pria tua yang normal dan sebenarnya baik, aku mencoba menenangkan diri.

Aku berjalan sambil menggumam kesal, tetapi aku sudah terlalu lelah untuk berdebat dengan Kazuya.

“Tenang!” Kazuya menepuk bahuku. “Ia adalah tipe orang yang suka aktivitas di alam bebas. Makanya ia mengenakan topi itu.”

Setelah aku masuk ke dalam RV itu, barulah aku memaki dalam hati, “Sial! Ini aneh! Benar-benar aneh!”.

Aku tak tahu mengapa, tetapi orang ini benar-benar aneh! Dan aku tak mau satu mobil dengan mereka!

Aku tak bisa mengungkapkan dengan kata-kata, tetapi aku hanya merasa semua ini sangatlah ganjil. Mungkin itulah yang disebut dengan insting. Kau tak bisa menjelaskannya, kau hanya tahu.

Di dalam van ini ada satu keluarga. Seharusnya aku sudah menduga bahwa tak mungkin seseorang mengendarai mobil sebesar ini sendirian. Dan keluarga ini, sama seperti ayahnya, juga terlihat aneh.

Sang ayah yang merangkap sopir, berumur sekitar 60-an. Aku sudah menyinggungnya tadi.

Sang ibu, duduk di sampingnya, berumur lebih tua, mungkin 70-an.

Anak kembar mereka, mungkin berumur 40-an.

Ketika seseorang berada dalam situasi yang tak ia inginkan, mungkin indranya akan bereaksi lebih cepat.

Itulah yang aku rasakan. Orang biasa mungkin tak menyadarinya, tetapi aku memperhatikan, semua jenis baju dan aksesori yang mereka kenakan sama. Baju, celana, sepatu, bahkan gaya rambut mereka. Mereka semua juga duduk dengan postur tubuh yang sama, bahkan dengan ekspresi wajah yang sama.

Kazuya juga speechless, sama seperti aku. Pokoknya kalian takkan mengerti betapa anehnya situasi ini kecuali kalian mengalaminya sendiri.

“Silakan masuk, kita akan segera berangkat,” kata sang ayah. Kami melakukan apa yang ia katakan karena menyadari kami sudah telanjur terjun dalam situasi ini.

Pertama kami mengucapkan “Halo” dan menceritakan sedikit tentang diri kami.

Karena sang ibu duduk menghadap ke depan, aku tak menyadarinya saat pertama kali masuk. Namun ia berdandan dengan sangat aneh. Wajahnya tertutup bedak putih yang amat tebal. Untuk menambah aneh situasi tersebut, ia mengatakan bahwa namanya adalah Saint Josefine.

Dan nama ayahnya adalah Saint George.

Nama kedua anak mereka lebih ganjil lagi. Mereka adalah Red dan Blue. Salah satu dari mereka memiliki wajah kemerah-merahan; ia adalah Red. Sedangkan yang satunya memiliki tanda lahir berwarna biru di pipinya; ia adalah Blue.

Creepypasta (Mix & Original) Where stories live. Discover now