Real

79 11 1
                                    

Part 4 (Final)

Episode yang lalu: Tomohiko akhirnya tiba di Nagasaki untuk meminta bantuan Miss Akagi, tetapi lagi-lagi ia mengalami mental breakdown. Setelah bertemu dengan Miss Akagi, sang hantu menampakkan wujudnya. Kini Tomohiko mulai mengerti sedikit tentang apa yang terjadi terhadap dirinya.

****

Aku ingin bangun sepagi mungkin keesokan harinya, tetapi ketika menemukan Miss Akagi pagi itu, beliau sudah menyelesaikan ibadah paginya.

“Selamat pagi, Tomohiko. Basuhlah wajahmu dan sarapanlah. Jika sudah selesai, kita akan pergi bersama-sama ke kuil utama.”

Sebelumnya akan kujelaskan. Agama Buddha memiliki banyak sekte dan Miss Akagi adalah pemimpin salah satunya. Sekte yang beliau pimpin memiliki sejarah panjang, bahkan disebutkan dalam buku teks. Ada banyak orang di penjuru Jepang yang mengikuti sistem kepercayaan yang sama. Walaupun sistem kepercayaan mereka sama, sebab kondisi geografis, baik bagian timur dan barat Jepang memiliki kuil utamanya sendiri-sendiri. Karena aku berada di Nagasaki, maka kami berkiblat pada kuil yang ada di barat, yang letaknya cukup jauh dengan kuil dimana Miss Akagi tinggal.

Miss Akagi memberikan dua alasan mengapa kami harus pergi ke kuil utama. Pertama, karena aku nampaknya memiliki suatu “skill” atau keterampilan yang rasanya harus diasah. Aku sendiri tak bisa menjelaskannya, tetapi beliau mengatakan hal itu penting. Alasan lainnya karena kami harus melakukan semacam upacara peringatan bagi arwah yang mengikutiku, agar ia menemukan kedamaian dan jalan menuju ke sisi yang lain. Nenekku adalah yang paling bahagia ketika mendengarnya, meski ayahku tampak tak begitu setuju karena beliau belum begitu mempercayainya.

“Tak apa-apa, Yah,” kataku pada beliau. “Aku akan kembali.”

Baru saja tiba, seorang pemuda sudah menunggu kami. Ia menyambut Miss Akagi dan kami pun pergi ke sebuah bangunan kecil di samping kuil utama. Kami kembali disambut oleh lebih banyak orang yang bekerja dan tinggal di dalam kuil tersebut. Bahkan dengan penganut sebanyak itu, Miss Akagi masih tampak rendah hati.

Di sana aku menyadari bahwa beliau cukup dikenal luas di Jepang dan akan mengunjungi berbagai kuil sepanjang tahun. Miss Akagi mengatakan bahwa perjalanan-perjalanan itu kadang membuatnya kesepian, tetapi beliau senang bisa berpergian di usia seperti itu.

Maka di sinilah aku, jauh dari kedua orang tuaku dan terpaksa tinggal di kuil ini sembari menunggu Miss Akagi pulang dari perjalanannya.

Awalnya aku merasa seperti sebuah beban bagi kuil ini karena diperlakukanseperti tamu. Oleh sebab itu aku kemudian membiasakan diri melakukan pekerjaan seperti yang dilakukan orang lain di sini agar tidak merasa canggung. Kupikir Miss Akagi juga berperan dalam meyakinkan semua orang di sini untuk menerima kehadiranku.

Ketika berada di sini, aku menyadari betapa beruntungnya aku. Aku berjumpa dengan seorang wanita yang dihantui siluman ular selama 40 tahun, dan bahkan keluarganya sudah porak poranda akibat kutukan iblis itu. Ia tak lagi memiliki kerabat, padahal keluarganya berasal dari garis keturunan samurai yang mashyur. Aku tak tahu jika ada orang-orang yang kondisinya lebih buruk daripada diriku.

Entah apakah karena kebiasaan yang kulakukan di kuil ini, karena lingkungan di mana aku tinggal, ataukah karena bimbingan Miss Akagi sebelum ia meninggalkanku di sini, aku mulai secara perlahan mendapatkan kembali keberanian. Namun, itu tentu tidak berarti aku tak merasa takut ketika tiba-tiba merasa roh itu berada dekat denganku. Aku masih merasa takut akan hal itu.

Sebulan setelah aku tiba di kuil itu, Miss Akagi akhirnya kembali.

“Wah, tampaknya ada yang merasa lebih baik hari ini.” Beliau tersenyum ketika melihatku dalam keadaan segar.

Creepypasta (Mix & Original) Where stories live. Discover now