2. Boy Meet You

5.4K 521 30
                                    

Krist telat bangun lagi. Hari ini, Krist juga tak diberi tumpangan oleh Chimon. Huh jahat sekali memang sahabatnya itu. Ingin menyelamatkan diri sendiri, egois sekali. Sahabat tampannya ini ditinggalkan. Jangan bertanya, kenapa Krist tidak berangkat bersama kakaknya saja? Jawabannya makhluk menyebalkan yang berpenghuni disebelah kamarnya itu tidak mengijinkannya. Kakak sialan, bukan? Krist hanya berharap tidak akan terlambat dan bertemu komite disiplin siswa. Astaga tiba-tiba saja dada Krist berdentam tak seperti biasanya.

Mulut kecil Krist tak henti-hentinya berkomat kamit, merapalkan doa-doa agar ia tidak bertemu gerombolan makhluk menyebalkan. Tubuh Krist sedikit terhuyung kedepan, ia berdiri dengan berpegangan tiang besi bus, Krist tidak mendapat tempat duduk. Firasatnya semakin tidak enak ketika melihat beberapa orang menghela napas pasrah. Kristpun sedikit berjinjit dan bergerak ke kanan-kiri, mengintip disela-sela celah yang tertutup orang-orang. Wah sial, macet!

Krist tidak suka ini. Bangun kesiangan, menaiki bus dan sekarang ia terjebak dalam kemacetan jalan ibu kota. Rasanya ia ingin berteriak keras dan memaki. Tapi, tidak. Krist harus bersabar.

Kaki ramping itu berlari cepat, ia tidak ingin terlambat dan dihukum. Melihat bapak satpam yang akan menutup gerbang, Krist pun setengah berteriak. "Pakkkkk, jangan ditutup duluu...!"

Krist selamat. Ia mengucapkan terimakasih dan memberi wai.

Nafasnya memburu, sepertinya tidak akan ada komite disiplin siswa yang sedang berpatroli. Krist bersyukur.

"Hei kau!"

Krist bergerak refleks, berbalik kebelakang. Siapa?, batinnya.

DEG!

Seorang Pria, sedikit berkulit gelap dengan hidung mancung dan bibir tipisnya kini sedang menatapnya dari atas sampai bawah. Krist menjadi salah tingkah. "Ya?"

"Apa kau terlambat?"

Astaga! Krist lupa jika pria didepannya ini juga termasuk anggota komite disiplin. Anak buahnya, Singto! Teringat nama Singto, Krist mengedarkan matanya, takut jika ada sosok Singto disekitarnya. Ternyata tidak! Krist menjawab dengan tergagap. "T-tidak!"

Pria itu tersenyum. Tiba-tiba dada Krist bergerumuh. Senyum itu sangat manis. Membuat Krist sejenak lupa akan permasalahannya.

Krist menatap pria didepannya dengan mata lebar dan bulatnya tanpa berkedip, mulutnya setengah membentuk hurup O. Pria itu tersenyum, betapa imutnya, pikirnya. Pria itu melangkahkan kakinya, mendekati Krist. Ia menepuk rambut hitam legam Krist yang sangat halus itu dengan pelan.

"Jangan takut. Aku tidak akan menghukummu. Cepat larilah ke kelas atau kau akan bertemu dengan Sing-"

Krist tahu, siapa orang yang pria itu maksud. Ia pun menunduk memberi wai dan mengucapkan, "Terimakasih Phi." Kaki jenjang dan ramping itu kembali berlari. Menyisahkan pria yang sejak tadi senyumnya tidak pernah luntur.

Krist memasuki kelasnya, belum ada guru yang datang. Krist teringat lagi dengan kejadian beberapa menit yang lalu. Ia tersenyum, pipinya keluar semburat merah.

"Krist! Krist! Bagaimanaaaa?"

Chimon yang semula sedang mengobrol dengan Boom, pria tampan berkacamata, sampai akhirnya matanya menangkap sosok Krist yang sudah datang dan mendudukkan dirinya dibangku pun menghampiri Krist dan memberikan pertanyaan.

Mendengar setengah teriakan dari Chimon, Krist langsung megubah wajahnya dengan sedikit tidak bersahabat. "Bagaimana apanya!" Krist menatap dengan sinis.

"Chimon menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Maafkan aku ya,.. hehe tadi aku juga sedang terburu-buru..." Chimon memasang wajah tak berdosanya dan menggunakan segala macam keimutan yang ia punya.

[SINGTOxKRIST/PERAYA] My Evil SeniorDonde viven las historias. Descúbrelo ahora