3. Rooftop

4.6K 499 31
                                    


Beberapa siswa memberi salam ketika berpapasan dengan pria berpipi chubby yang tengah berjalan mengenakan kaos basket tanpa lengan. Menampilkan otot lengannya yang mulai terbentuk. Pluem, hanya memberi senyuman kecil sebagai balasan dari salam yang diberikan adik kelasnya. Sebuah senyum simpul, tapi ada saja yang berjalan tanpa melihat jalan, sampai menabrak tiang. Parahnya, ada yang menabrak siswa lain yang berjalan berbeda arah, hingga kening mereka saling berciuman panas, lalu pantat gembul mereka dengan ganas menampar lantai.

Berlebihan memang, tapi bagaimana jika memang itu kenyataannya. Tidak ada yang kuat melihat senyuman Pluem. Itu hanya sebuah senyuman simpul. Bagaimana jika ia memberikan senyuman manis terbaiknya? Akan jadi seperti apa.

Pluem pergi ke ruang pertemuan para anggota osis yang juga merangkap sebagai anggota komite disiplin itu. Tangan besarnya membuka pintu, dan ia terkejut tak terkira ketika kedatangannya disambut dengan sangat suka cita, sampai sebuah spidol melayang indah mengenai keningnya. Untung saja kening indahnya tertutupi poni keren miliknya. Jika tidak mungkin akan membekas tutup spidol.

"AAH!"

Seharusnya yang teriak adalah dirinya, tapi tidak. Gadis berambut sebahu lurus itu mengeluarkan pekikan terkejut.

"Maafkan aku, Pluem."

Janhae, sang pelaku mengatupkan kedua telapak tangan kedepan wajah cantiknya, sembari memasang wajah memelas. Seolah itu cukup membuat Pluem mengerti akan ketidak sengajaannya. Sesungguhnya bukan tidak sengaja. Tapi ia memang sengaja!

"Sungguh ku kira tadi kau, si Candy sok cantik itu! Maafkan aku na na.."

Melihat Pluem yang diam tak berkutik di depan pintu membuat Janhae dengan baik hati menuntunnya untuk duduk. "Ini minumlah, ini minuman teh segar yang telah dibelikan ayahku sebagai oleh-oleh dari Jepang!" Janhae menjelaskan dengan antusias, yang hanya diberi tatapan oleh Pluem. Bahkan kemasan teh botol itu dijual belikan di kantin sekolahnya.

"Lucu sekali wajahmu, hahahaha."

Tay yang datang membawa tumpukan kertas berisi point-point tiap siswa itu langsung ketawa melihat ekspresi wajah Pluem. Tay berjalan mendekati Singto yang kini duduk di depan mejanya sedang memandangi laptop miliknya.

"Ini daftar kumpulan point terakhir yang telah aku data."

Singto mengangguk tanpa mengalihkan matanya dari layar laptop. "Terimakasih Tay." Tay hanya memberikan tanda oke dengan jarinya.

"Kau kenapa?" Ia duduk disamping Pluem.

Pluem menunjukkan spidol papan berwana putih kepada Tay. "Ini lihatlah! Jan sialan itu telah melemparku dengan ini."

"Anu, itu karena aku tidaklah sengaja, Phi. Aku kira yang akan datang adalah Candy si sok cantik itu! Eh ternyata dugaanku salah." Janhae menundukkan kepalanya, memasang ekspresi bersalah.

"Oke, oke baiklah aku akan memaafkanmu kali ini Jan!" Pluem menyerah. Ia harus mengalah kepada perempuan bukan?

"Terimakasih sayang. Ulululu." Janhae meloncat riang, memeluk Pluem erat. Pluem hanya pasrah.

"New kemana?" Tay memecahkan keheningan. Mencari keberadaan New, yang tak tahu dimana. Tumben sekali. Jika semua anggota berkumpul disini, ia juga akan menunjukkan batang hidungnya.

"P'New? Ia sedang berada di perpustakaan. Seperti biasanya.." Jelas Janhae. Tay hanya menganggukkan kepalanya.

Singto seperti makhluk tak kasat mata disana. Semua orang berbicara, duduk santai di sofa yang berada di tengah ruangan, ia malah duduk dimejanya sembari memandangi layar laptop.

[SINGTOxKRIST/PERAYA] My Evil SeniorWhere stories live. Discover now