12. Your Scent

3.7K 401 45
                                    

⚠️Awas! Hati-hati. Smut.

Suara jam di dinding terdengar berdenting nyaring. Tidak ada yang bersuara dan bergerak. Boom sibuk dengan buku teks matematika. Krist menatap kosong buku tulisnya. Sedangkan Chimon memainkan pensilnya.

"Hei fokus ke soal! Tugas kita bukan ini saja. Masih ada tugas kimia!"

Krist tersadar dan kembali fokus ke soal. Ia melirik Chimon yang sejak tadi diam.

"Tunggu! Apa kalian tidak ingin berganti pakaian? Besok seragamnya akan kembali dipakai bukan?" tanya Krist.

"Aku selalu membawa seragam ganti di bagasi mobil." Jawab Chimon.

Sedangkan Boom berkata tidak membawa seragam ganti. Krist hanya mempunyai satu untuk besok. Seragamnya yang lain masih basah. Apa Krist harus meminjamkan Boom milik Singto? Ia menggigit bibirnya, ragu.

"Kalian mandilah terlebih dahulu. Kalian bisa mandi di sini secara bergantian. Atau di lantai bawah juga ada."

"Lalu kau? Apa kau akan memakai kamar mandi yang berada di dalam kamar Singto?" tanya Chimon, entah kenapa Krist merasa Chimon sedikit berbeda.

"Ah-hah?" Krist tergagap. Ia melihat Chimon yang melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar mandi. Ia berdiri membuka lemari, menyiapkan baju untuk dua temannya.

***

Langkah kaki Krist berjalan menuju ke dapur, mencari kue kecil untuk teman-temannya. Ia menata kue sangat rapi, kemudian bersenandung sembari membuat teh hangat. Tiba-tiba saja sebuah suara wanita paruh baya mengagetkannya.

"Tuan Krist.."

Krist menoleh. Ia tersenyum kepada wanita paruh baya yang menjadi kepala pelayan di rumahnya. "Iya bibi?"

Kepala pelayan itu memberi tahu Krist bahwa Singto tidak berangkat sekolah karena badannya demam tinggi. Kepala pelayan sudah memberikannya obat dan bubur, tapi pada saat siang hari bubur dan obatnya masih tidak berkurang sedikitpun. Posisi letaknya bahkan tidak berubah. Sampai Krist datang membawa teman-temannya, Singto baru menyuapkan nasinya.

"Jadi, ia tidak makan apapun seharian ini? Hanya makan malam bersama... Ah, baik Bi. Krist akan membawakannya bubur dan obat di kamarnya."

Pantas saja Krist melihat Singto tidak bernafsu makan. Wajahnya juga terlihat pucat. Bahkan Krist merasa selama makan malam tadi, Singto hanya memperhatikannya. Pipinya tiba-tiba menjadi hangat.

Krist menerima nampan yang berisi bubur hangat dan obat. Sebagai gantinya ia menukar nampan camilan untuk teman-temannya kepada kepala pelayan. "Baik tuan. Terima kasih." Krist sersenyum sembari mengangguk.

Pada saat menaiki tangga akan ke lantai dua, Krist merutuki kebodohannya. Bagaimana bisa ia menerima permintaan kepala pelayan dengan mudah. Krist bahkan tidak tahu harus berhadapan bagaimana didepan Singto.

Mengetuk pintu Singto beberapa kali, tapi tidak ada respon. Ia membuka pintu yang ternyata tidak dikunci oleh Singto. Apakah Singto sering membuka pintunya seperti ini? Tentu saja, untuk apa ia mengunci pintunya. Tidak ada yang akan berani masuk ke kamarnya jika tak mengetuk pintu terlebih dahulu. Bahkan Krist saja tidak berani.

[SINGTOxKRIST/PERAYA] My Evil SeniorWhere stories live. Discover now