2

3.5K 124 12
                                    

Cowok itu duduk dibangkunya bersama teman-temannya. Gue selalu berharap bisa dekat dengannya. Tapi apa yang bisa gue lakuin. Gue sadar, gue cuma temen yang ga begitu deket sama dia.

Gue liat dari bangku gue, dia bener-bener buat gue terpesona. Gue bener-bener kagum sama senyumnya. Entah mengapa, senyumnya itu selalu menenangkan hati gue.

Nama cowok itu Gilang Alvaro. Gue sama teman-temen biasa panggil dia Gilang.

Gue ga kenal deket saat ini. Tapi gue juga ga terlalu jauh. Kenapa? Karena gue sekelas. Ya kali sekelas tapi jauh-jauhan. Ga mungkin kan?

💜

"Nel! Minjem matematika lu dong! Catetan gue belom selesai nih! Entar lagi pelajaran Matematika, kalau gue blom selesai bisa habis gue dimarahin Bu Tyas!" Roi berbicara pada Cornel, karena terlalu keras jadi sekelas bisa tau apa yang sedang mereka bicarakan.

"Yah lu malesan sih. Kan kemaren juga udah dibahas. Kok lu blom selesai?"

"Gue kemaren masih ada tugas. Cepetan siniin buku lu"

Itu kebiasaan Roi jika ada pelajaran Matematika. Dia kadang tidak menyelesaikan catatan matematikanya karena alasan tugas. Tapi, jangan remehin otaknya. Walau dia agak pemalas, dia juga pinter. Jangan remehin pokoknya. Apalagi karena fisiknya. Haduh fatal deh fatal.

"Ya udah nih! Cepetan balikin! Ntar lagi matematika nih!"

Cornel ialah sahabat karib Roi dan Gilang. Dia orangnya pinter. Dia sering modus pada banyak cewek. Dalam kondisi, dia punya pacar. Tapi dia juga pinter. Udah pokoknya ketiga orang itu: Gilang, Roi, dan Cornel adalah orang yang pinter-pinter di kelas.

"Iya iya. Tenang ae. Gue kan pro."

"Pro tolan tu ada"

Kelas pun sunyi karena Roi sudah mendapatkan apa yang dicarinya.

"Na! Gue ajarin dong matematikanya! Gue masih blom paham nih!" Seseorang memecahkan lamunan gue.

"Hah? Apaan?"

"Ajarin gue materi yang ini! Gue belom paham Anna!" Ternyata Xandra yang berbicara padaku. Tapi apalah daya gue. Gue juga ga terlalu paham matematika.

"Hah? Gue? Ga bisa! Tanya aja Nadia sono!"

Gue mulai fokus ke lamunan gue yang tadi sempat hilang karena Xandra.

Xandra itu sahabat gue. Kita baru saling mengenal waktu awal masuk sekolah. Dia anak yang baik, sopan juga. Dia sangat lola jika sedang dicurhati. Butuh waktu lama untuk menunggu dia nyambung pada topik.

Xandra beralih dan bertanya pada Nadia.

Nadia ialah sahabat gue dari kecil. Dia sangat keras kepala. Terkadang saat gue curhat, gue malah dicuekin sama dia. Dia baik orangnya, pinter mata pelajaran yang sering nyiksa gue. IPA, dia pinter IPA.

"Nad! Ajarin gue materi ini! Gue belom paham!!" Xandra berteriak pada Nadia yang sebenarnya sudah ada didepannya.

"Apaan si! Ganggu aja sih lu! Mana mana?? Sini gue ajarin," balas Nadia yang sedari tadi fokus pada buku novelnya.

Xandra makin mendekat pada Nadia, yang sontak membuat Nadia reflek mendorongnya

"Apaan sih lu! Ga usah deket banget kali!" kata Nadia sedari menutup buku novelnya.

"Iya iya."

Nadia mengajari Xandra tentang materi kemarin. Gue masih pada tempat yang tadi. Posisi melamun sedang mengamati seseorang.

See you next part!

-Anna

Mengagumimu dalam diamku [SELESAI ✔]Where stories live. Discover now