4

2.2K 96 4
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi.

Temen-temen sekelas gue buru-buru mengakhiri semua kegiatan mereka karena ingin segera pulang.

Entahlah, kali ini gue ga ada mood buat cepet pulang. Karena dari tadi gue mikirin ada apa dengan Gilang.

Setelah gue merenung selama beberapa detik, akhirnya gue memutuskan untuk tanya ke Gilang langsung.

Gue berani banget 'kan? Tapi waktu gue mau melangkah buat nyamperin dia, gue ragu.

Gue ngumpulin nyali selama beberapa detik sambil mengedarkan pandangan ke ruangan kelas.

Akhirnya nyali gue terkumpul. Gue nyamperin si Gilang

"Lang? Gue boleh tanya bentar gak?"

"Hmm," jawabnya sekenanya.

"Lu tadi kenapa, sih? Teriak gitu?" tanya gue to the point.

"Emangnya kenapa?" tanyanya yang bikin jantung gue lompat-lompat

"Ya gapapa, sih. Soalnya lu ga kayak biasanya," ucap gue langsung menutup mulut sangat rapat karena keceplosan kata 'biasanya'.

"Biasanya? Setau apa lu tentang gue? Sampe bilang biasanya??" tanyanya begitu sensitif. Gilang emang sensitif kalo udah masalah kepribadian.

"E-eh, m-maksud gue, gue tadi kaget liat lu teriak keras kayak gitu," jawab gue gagap, menyesal udah bilang 'biasanya'.

"Oh."

"Hehe iya. Eh oiya lu kelompok IPA sama siapa?" tanya gue mengalihkan topik pembicaraan.

"Ga tau gue. Palingan sama Cornel, Roi, sama Muel."

Eh iya. Muel ialah sahabat Gilang, Cornel, dan Roi. Tapi Muel sahabat gue juga.

Muel itu baik, jahil, pinter juga. Ya pokoknya gengnya si Gilang itu isinya anak pinter-pinter semua.

"Ohh okelah!" jawab gue dengan nada ceria.

"Kalo lu sama siapa?" tanyanya

"Ga tau juga gue. Palingan sama Nadia sama Xandra"

"Oh kalo gitu sama gue aja. Daripada gak ada kepastian juga. Terus itung itung-itung ngelatih kemampuan IPA lu sama gue," jawabnya dengan nada sedikit menyindir.

"Ngeremehin ya lu?!"

"Bercanda. Sama gue aja kelompoknya. Biar ntar ada cewek yang bantuin kerkom," jelasnya

"Beneran nih? Ga bercanda?"

"Hmm. Mau gak? Kalo gak, gue tawarin yang lain."

"E-eh, iya iya! Lah terus gue cewek sendiri gitu?" tanyaku

"Nggak. Nanti, lu cari temen cewek buat nemenin lu. Tapi syaratnya orang nya gak ribet dan gak berisik. Gak ganggu waktu kerkom dan diskusi. Ok? Deal! Gue balik dulu," jelasnya tanpa menunggu jawaban gue lalu melangkah pergi.

"Ya udah! Makasih, Lang!" teriak gue.

"Hm" balasnya.

Dari pintu kelas gue melihat Gilang melangkah pergi.

Gilang diliat darimana aja tetep keren.

Batin gue sembari mengambil tas dan jalan keluar kelas buat pulang.

Di tengah perjalanan gue masih mikir kenapa Gilang minta gue sekelompok sama dia. Ya jujur, itu ngebuat gue geer.

Gue ngelamun sambil senyum-senyum sendiri di jalan. Sampe tiba-tiba tiba ada yang neriakin gue.

Mengagumimu dalam diamku [SELESAI ✔]Where stories live. Discover now