20

875 54 0
                                    

"Lho lho gimana tooo Langg" teriakan Caca menggelegar di dalam kelas.

"La gimana?" Balas Gilang dengan senyum jahil.

Lagi lagi dan lagi gue cuma diem ngeliatin mereka, sambil menahan rasa sakit di hati.

"Na? Ga usah diliat" kata Nadia.

Gue mengangguk paham.

"Kamar mandi aja ayok" ajak gue lemas.

Katya, Echa, dan Nadia hanya mengangguk dan berjalan keluar kelas bareng gue.

Tenang aja, gue ga colut pelajaran. Ini guru pelajaran lagi ada tugas diluar.

Dan ga dikasih tugas. Lah yaudah gue keluar aja. Menghirup udara segar.

Entah kenapa di kelas yang dingin bagi gue malah jadi panas.

Gue menghela nafas panjang. Sambil menyalakan keran air yang diwadahi ember di dalam toilet.

Apa ga cukup mereka bikin gue sakit hati?

Apa ga cukup kebahagiaan mereka yang lama?

Apa cuma gue yang ngerasain kesengsaraan ini sendirian?

Apa mereka ga punya hati? Apa mereka ga punya otak? Apa mereka setega itu sama hati orang?

Setelah selesai dengan panggilan alam gue, gue keluar dengan lesu.

"It's okay Anna. Kita suport terus kok" kata Echa.

"Yoi. Pokoknya apapun yang terjadi, lu harus cerita sama kita. Jangan lu tutupin sendiri" sambung Nadia.

"Yoiiii" sahut Katya bersemangat.

"Thanks" kata gue sambil tersenyum hangat.

Ini yang gue syukuri atas masalah ini. Masih ada sahabat yang suport gue.

Walau kadang gue bersikap agak ga peduli, tapi mereka tetep peduliin gue.

Gue beruntung punya mereka yang selalu ngebuat gue tertawa disaat gue lagi sedih.

Gue bersyukur karena mereka rela bertingkah konyol demi canda tawa kami.

Gue selalu minta sama Tuhan. Jangan pernah Tuhan menjauhkan gue sama sahabat sahabat gue ini.

Karena tanpa mereka, ga ada yang sepenuhnya peduli sama gue.

"Makasih Tuhan, telah memberikan sahabat yang tiada sempurna ini buat Anna. Anna mensyukuri sikap sikap mereka yang kadang dimata orang lain salah" batin gue.

Tak terasa setetes air mata jatuh di pipi gue.

"Udah ya Na. Jangan nangis. Kita bakal bantuin kalo kita bisa kok" kata Katya.

"Iya Anna. Tapi kalo emang bener bener ga kuat, jangan segan segan buat nangis. Keluarin aja semua. Curhatin semua. Biar lu juga lega" kata Nadia.

Dan kata kata itu, sukses ngebuat air mata gue semakin deras keluar.

Setelah menenangkan diri, gue sama mereka balik ke kelas.

Di dalem kelas, mereka masih saling bercanda. Tanpa memandang tempat dan waktu.

Gue duduk di bangku gue, suasana kelas entah kenapa jadi murung dan gelap.

Entahlah tapi gue seneng dalam keadaan ini. Sesuai hati gue.

Echa, Nadia, dan Katya lebih milih nongkrong diluar. Melihat cogan cogan sekolah.

"Na? Kenapa?" Tanya Muel saat pandangan kami bertemu.

Mengagumimu dalam diamku [SELESAI ✔]Kde žijí příběhy. Začni objevovat