#9

105 11 0
                                    

Hari-hari setelahnya terasa lebih berat. Sampai saat aku kembali ke Amerika, Yoongi tidak pernah menemuiku. Aku juga tidak berniat menemuinya, apalagi untuk menjelaskan kesalahpahaman diantara kami. Hubunganku dengan Eun Woo.. Tidak ada yang perlu dibahas tentang hal itu. Aku dengan serta merta menolak permintaan orangtuanya. Amma sempat menentang keputusanku yang dianggap terburu-buru. Tapi aku menelfon Appa meminta untuk berbicara pd Amma, agar Amma bisa menghormati keputusanku. Aku terlalu lelah untuk memberi alasan pada Amma.

Eun Woo sempat mengancam akan memberitahukan yang terjadi diantara kami kepada orangtuaku. Tapi aku tidak peduli. Aku benar-benar tidak berharap banyak lagi pada hari depanku. Aku hanya akan menjalaninya karena aku harus menjalaninya. Terserah apa yang akan EunWoo lakukan. Toh seperti katanya, hal seperti itu adalah hal biasa bagi remaja jaman now. Orangtuaku pun ku rasa tidak terlalu mengikatku seakan-akan aku ini anak dibawah umur. Aku sudah legal untuk hal itu dari segi umur.

Hubunganku dengan Yoongi tidak tau mau diberi judul apa. Kami tidak pernah saling menghubungi satu sama lain. Tapi dia masih sering mengirimiku file musik dan lagu-lagu yang sedang dia kerjakan. Seakan-akan kami adalah rekan kerja dan harus menjaga keprofesionalan kami.

Sesering dia mengirimnya, sesering itu juga lah aku menangis karena berusaha untuk tidak membalas satu katapun kepadanya. Aku masih membiarkan dia berfikir bahwa aku akan menikah dengan Eun Woo. Biarlah dia mengira aku sedang bersenang-senang disini dengan Bajingan itu. Padahal disini aku mati-matian menghindari makhluk astral itu.

8 bulan berlalu, belakangan Yoongi tidak pernah lagi mengirimiku file seperti yang awal-awal dilakukannya. Aku berfikir kemungkinan bahwa mereka sedang merampungkan album barunya atau berlatih untuk persiapan comeback. Sering ku pantau mereka dari twitter untuk sekedar tau kabar mereka. Tapi belakangan aku tidak melakukannya lagi. Karena sungguh hatiku sangat merindukan mereka semua. Terutama Yoongi. Aku mencoba benar-benar fokus pada pelajaranku. Aku sangat ingin segera menyelesaikannya dan meninggalkan tempat ini. Tempat yang membuatku kehilangan diriku dan Yoongi.

Sampai suatu malam, Jin menelfonku, menyuruhku kembali ke Korea saat itu juga. Aku mencoba mencari kabar mereka dari media sosial dan mengetahui bahwa Yoongi tidak kegiatan Bangtan karena cedera yang dialaminya. Tidak diungkapkan cederanya seperti apa.

Tanpa fikir panjang, aku langsung menelfonnya. Tidak diangkat.

Segera ku buka pesan dari Jin, dia sudah membelikan tiketku. 2 jam saja persiapanku, aku harus sudah berada di bandara dan berangkat tengah malam nanti.

Sampai di Korea aku langsung ke tempat yang dikatakan Jin lewat pesan kepadaku. Memasuki ruang VVIP di Rumah Sakit, aku melihat Yoongi sedang bercanda dengan member lain. Ku coba mengendalikan irama jantungku, 8 bulan tidak bertemu bahkan bertegur sapa, aku menjadi sangat kikuk.
Sampai aku melihat perban di telinga Yoongi. Aku menahan tangis melihatnya seperti itu. Begitu melihatku dia yang tadinya posisi setengah duduk, kini duduk sempurna. Member lain yang menyadari itu, tersenyum dan menyapaku. Jimin yg pertama memelukku. Kemudian Tae, Jungkook, Namjoon, Hosoek lalu Jin. Yoongi tampak masih berusaha menguasai dirinya.

"Aku yg menelfonnya." Jin memecah kekauan diantara kami.

"Kau membuatnya khawatir Hyung" kata Yoongi kikuk tanpa melihatku.

"Itu karena kami mengkhawatirkanmu Hyung" Tae memberi penjelasan. Disusul Jimin.

"Ne.. Kau sudah cukup keras bertahan pura-pura bahagia Hyung"

"Ya! Aku memang bahagia. Jangan melebih-lebihkan." Sahut Yoongi dengan wajah yang berusaha menutupi rasa malunya di hadapanku.

"Berlaku jujurlah pada dirimu sendiri Hyung.. Kau sudah lelah bukan?" Hosoek menimpli. Yoongi terdiam tak bisa lagi bersuara.

-SeeSaw-Where stories live. Discover now