#10

135 10 3
                                    

"Apa kau gila?" Aku spontan meninggikan nada bicaraku.

"Kau lebih gila Nana-ssi. Apa yang kau harapkan dari hubunganmu dengan dia?" Yoongi juga tidak mau kalah. Melakukan penekanan pada setiap kata yang dia ucapkan. Aku terkesiap.

"Kau yang lebih gila Yoongi-ssi! Apa yang kau harapkan dari perempuan yang pernah tidur dengan orang lain seperti aku?"

Yoongi terdiam. Menatapku tepat di kedua bola mataku. Dia tampak lebih tenang sekarang dibandingkan aku.

"Apa kau mencintainya?"

"Hubungan bukan bicara cinta saja Yoongi. Tapi tanggungjawab."

"Kenapa kau harus memilih 1 kalau kau bisa memiliki keduanya denganku?" Suaranya terdengar sangat tenang tapi penuh makna.
Lagi-lagi aku terdiam. Ku tahan lagi air mataku.

"Sebaiknya kau istirahat, kau baru saja keluar dari Rumah Sakit"
Aku mengalihkan pembicaraan tapi Yoongi malah menyentuh tanganku.

"Gwenchana .. aku baik-baik saja. Mari kita bahas sampai selesai. Aku sudah lelah." Ucapnya. Masih dengan nada yang terdengar tenang. Tapi wajahnya menyimpan banyak hal.

"Nana-ssi .. Kenapa kau masih saja tidak mengerti? Kau mengambil langkah yang terlalu ekstrim. Apa susahnya untuk lebih sederhana dalam berfikir? Aku tau kau tidak sengaja .. aku benar kan Nana-ssi? Dan bahkan.. kalau kau punya anak darinya pun, aku akan menyanggupinya untuk menanggung hidup kalian. Asalkan kau terus bersamaku!" Mata Yoongi kini tampak berkaca-kaca.
Aku menunduk. Tidak berani lagi melihat Yoongi sedikit pun.

"Sudahlah.."

"Ani. Apa kau tau kenapa aku sampai masuk RS hanya karena masalah seperti ini?" Yoongi menginterupsi. Aku mengangkat kepalaku. Menatapnya langsung.

"Kau pasti tau lebih baik dariku kalau cedera ini bukan masalah besar yang sampai mengharuskan orang seperti aku untuk tidak mengikuti kegiatan kami kan? Aku hampir mengundurkan diri Nana. Aku hampir saja memutus kontrakku dengan agensi"
Aku tercekat. Menatap tepat di mata Yoongi. Hanya ada luka disana.

"Wae yo?" Tanyaku hati-hati.

"Aku menyerah dengan musik. Kau tidak pernah lagi memberi komentar apa-apa terhadap musik yang ku kirimkan padamu." Ucapnya lemah.

"Apa sekarang kau ketergantungan kepadaku Yoongi?"

"Sampai selamanya. Dari dulu kau jadi pusat inspirasiku dalam membuat lagu. Apa kau tidak tau itu? Bahkan setiap kali aku melangkah, membuat target, bermimpi. Aku selalu menyelipkan namamu di nomor pertama alasan aku harus seperti itu. Sampai kapan kau harus terus mencoba untuk lari Nana? Kenapa tidak coba memikirkan dari sisi aku?"

"Aku memikirkanmu. Makanya aku seperti ini." Aku masih saja berusaha membalas kata-kata Yoongi yang sebenarnya sudah sangat membuatku merasa konyol.

"Anio. Kau memikirkan dirimu sendiri. Apa masalahnya kalau kau pernah bersamanya? Apa hubungan kita kau nilai sebatas hal itu?
Nana-ssi.. bagaimana hidupmu 8 bulan terakhir? Apa kau benar2 hidup?"

Aku tersentak. Pertanyaannya kini membuatku runtuh. Tapi gengsiku masih memaksaku bertahan untuk tidak terlihat lemah.

"Aku hidup. Seperti yang kau lihat."

"Jangan bohong! Aku tau kau pun seperti aku. Tinggalkan semuanya, itu bukan hidupmu. Atau aku harus benar mewujudkan keinginanku untuk membunuhnya agar membuatmu kembali?"
Kini Yoongi terlihat penuh dengan emosi dan keputusasaan.

"Yoongi-ahh .. jeball" Aku melemah. Tidak tau lagi harus seperti apa. Perasaanku pun kini semakin sulit ku kendalikan. Mata itu .. penuh dengan perasaan yang ku tau sama pedihnya bahkan lebih pedih daripada apa yang aku rasakan selama ini.

-SeeSaw-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang