1| Pindah

42 4 4
                                    

Sejak tadi Sun Hee mengeluarkan sumpah serapahnya. Pasalnya sudah sejak 20 menit yang lalu Yun Hee—saudari kembarnya meninggalkanya, dan membiarkan Sun Hee berangkat ke sekolah sendirian. Sepertinya Sun Hee perlu memberinya pelajaran karena meninggalkan dia seorang diri di hari pertamanya memasuki sekolah menengah atasnya.

Setelah menyelesaikan sarapan dengan secepat mungkin, Sun Hee langsung berlari kecil keluar rumah. Sepertinya pagi ini dia harus banyak olahraga.

"Jika aku terlambat awas saja kau Yunhee!" Gumamnya lalu mengambil ancang-ancang untuk berlari agar sampai di halte bus tepat waktu.

•••

"Jimin" Suara paruh baya itu menginterupsi

Si pemikik nama pun menoleh, "Kenapa lagi ma?"

"Eumm.. Pulang sekolah nanti kau akan kemana?" Tanya wanita yang notabenenya adalah Ibu Jimin.

"Ah.. Tidak tau, mungkin aku akan melihat anak-anak baru di sekolahan hehe" Jimin menjawab diakhiri tawa singkat.

"Dasar kau ini. Tidakkah kau berniat membantu Ibumu ini untuk membereskan rumah? Kau tau sendiri Ibu masih belum punya banyak waktu semenjak kita pindah 2 hari yang lalu."  Nyonya Park memasang wajah memelasnya.

Jimin terkekeh pelan. Ibunya selalu saja bertingkah menggemaskan. Pantas saja Ayahnya bisa jatuh cinta.

"Hmm.. Sudah kuduga Ibu punya permintaan. Baiklah, aku akan pulang cepat komandan!" Jimin mengangkat tangan kanannya dan menghormat pada Ibunya.

Nyonya Park tertawa, "Eoh. Begitu lebih baik. Sana berangkatlah dengan Ayahmu. Hati-hati"

Park Jimin kemudian melangkahkan kaki menuju halaman depan, Dia harus cepat berangkat jika tidak ingin terlambat di hari pertamanya.

Jimin segera memasuki mobil, Ayahnya sudah menunggunya sejak tadi. Kemudian dengan cepat Tuan Park melajukan mobil meninggalkan pekarangan rumah.

Sepanjang perjalanan pandangan Jimin tak lepas dari rumah-rumah yang dilewatinya. Kehangatan menjalar di dadanya. Sudah lama sekali semenjak Keluarga Park pindah ke Busan 10 tahun yang lalu.

"Melamunkan sesuatu?" Suara bariton itu membuyarkan lamunan Jimin.

"Ah, aku hanya merindukan lingkungan ini Yah." Jimin kemudian menoleh ke arah Ayahnya.

Tuan Park mengangguk dan tersenyum, "Pastilah. Waktu kecil, kau selalu menghabiskan waktu bersama teman-temanmu di taman kompleks."

"Ya habisnya aku tidak punya teman di rumah. Ayah selalu sibuk sama pekerjaan Ayah." Jimin yang sebentar lagi memasuki umur 17 tahun itu bisa ngambek ternyata.

Tuan park terkekeh pelan, "Kalau Ayah tidak bekerja gimana kamu bisa sekolah sampai sekarang."

"Hm. Sudahlah lagi pula aku sudah besar sekarang, aku juga sudah mengerti Ayah." Jimin tersenyum kemudian kembali memandangi jalanan di depannya.

Pandangan Jimin terfokus pada gadis yang sedang berlari, mobil yang di kemudikan Ayahnya baru saja melewati gadis itu. Kepala Jimin refleks berputar mengikuti arah gadis itu.

Jimin terkekeh pelan.

•••

Sun Hee tiba 5 menit sebelum bel di bunyikan.

"Aku kira kau akan terlambat. Syukurlah" Ucap Yunhee setelah berlari kecil menghampiri kembarannya itu.

Sunhee memasang wajah datarnya, "Ya! Mengapa kau meninggalkanku!"

"Aku sudah membangunkanmu lebih awal, aku sudah menyuruhmu bersiap dengan cepat. Tapi kau sangat lamban. Kau tau, sangat beresiko jika murid baru seperti kita terlambat. Sudahlah ayo kita cari kelas kita" Yunhee menarik tangan Sunhee setelah pembelaan singkat dirinya.

"Omo! Jangan bilang kau sudah sampai 15 menit yang lalu tapi belum mencari kelas kita." Sunhee berhenti sejenak.

Yunhee memasang tampang lugunya, "Aku hanya tau tapi tidak tau letaknya. 2 menit lagi masuk, ayo!"

Sunhee melirik arloji di tangan kirinya sekila. Benar saja 2 menit lagi, lantas Sunhee mengikuti Yunhee yang berlari kecil.

•••

"Hei bantet!" Seseorang menepuk pundak Jimin.

"Sial. Aku punya nama bodoh!" Jimin memukul pelan jidat orang itu.

Lelaki itu tertawa, "Kita satu kelas lagi. Kau sudah melihatnya? Sungguh memuakkan. 3 tahun berharapan dengan wajahmu di dalam kelas."

"Ya! Kim Taehyung bodoh. Kau kira aku akan senang? Bahkan jika bisa memilih aku akan pindah sekarang juga."

"Omong-omong aku kemarin tidak melihat acara penyambutan siswa baru. Apakah banyak yang cantik?" Taehyung bertanya dengan mata berbinar.

"Sampai kapan kau akan menjadi playboy hah? Sejak kapan aku peduli akan hal itu. Tch" Jimin memasang muka tak acuhnya.

Brukk!

Seorang gadis jatuh di hadapan mereka.

Jimin melongo. Pasalnya, tak ada satupun yang menabraknya. Tapi dia terjatuh begitu saja. Lucu sekali. Pikirnya.

"Eo! Hei sini ku bantu" Taehyung berjalan mendahului Jimin dan membantu gadis itu berdiri.

"Heol. Bahkan tak butuh membuang tenaga, Taehyung sudah mendapatkan target. Sepertinya."

Jimin mengikutinya dari belakang. Dasar playboy pasar, selalu saja mencari kesempatan dalam kesempitan.

"Sunhee-ya! Huuhhh..huh.. K-kau.. Dasar kau bodoh!" Yunhee yang baru saja tiba di belakangnya berdiri dengan napas tersengal-sengal.

"Eo! Terimakasih sunbaenim!" Yunhee membungkuk 90 derajat melihat lelaki di hadapannya ini membantu Sunhee. Meskipun dia belum tahu pasti lelaki itu seniornya atau tidak.

"Ah maaf merepotkanmu. Terimakasih telah membantuku" Setelah dibantu berdiri, Sunhee membungkuk lalu mengucapkan maaf dan terimakasih.

"Dasar ceroboh" Jimin memandang gadis di hadapannya itu aneh.

to be continued

Hide and SeekWhere stories live. Discover now