4| Luka masa kecil

17 2 0
                                    

Disinilah dirinya sekarang.

Di kamar mandi, menjalankan hukuman.

"Huh, paling tidak aku jauh dari manusia saat ini. Mereka sangat aneh." Sunhee berkata pada dirinya sendiri.

Sunhee kemudian berdiri dan meletakkan tongkat pel itu.

Berbalik dan menghadap cermin lalu menunjuk dirinya pada pantulan cermin itu, "Kau juga manusia bodoh."

•••

Berkali-kali Yunhee mencoba menelepon Sunhee. Tapi nihil. Sunhee malah mengabaikannya.

"Kemana dia? Astaga!" Yunhee tampak frustasi sambil memandangi ponselnya.

"Apa kau mencari temanmu yang gila itu?" Sebuah suara mengagetkannya.

Yunhee menoleh, "Eo? Hei kembaranku tidak gila, kau yang gila."

"Dia kembaranmu?" Lelaki itu bertanya.

Yunhee mengangguk, "Kau mengenal Sunhee?"

"Ah, namanya Sunhee. Tadi pagi aku melihatnya di mini market seberang sekolah. Sepertinya dia terlambat masuk." Jelasnya.

"Astaga, menyusahkan saja." Gumam Yunhee.

"Oh iya, Aku Hanbin. Kim Hanbin." Lelaki itu akhirnya memperkenalkan dirinya.

Yunhee tersenyum lalu berjabat tangan dengannya, "Aku Yunhee."

•••

"Ya! Dari mana saja kau?!" Tanya Yunhee ketus ketika melihat Sunhee berjalan ke arahnya pada waktu jam istirahat.

Sunhee menoleh sebentar, lalu mengacuhkannya.

"Jawab aku!" Yunhee menarik tangannya.

"Membersihkan toilet." Jawabnya singkat.

Yunhee membuang napasnya kasar, "Hm, sudahlah jangan seperti ini."

"Kau yang aneh, kenapa kau tiba-tiba menyerangku hanya karena aku mengatakan aku ingin mencoba menjadi dancer." Sunhee memasang wajah acuh tak acuh.

"Sunhee-ya, bukan seperti itu. Aku hanya takut kau terjatuh, terkilir atau apapun resiko yang akan terjadi." Yunhee melembutkan nada bicaranya.

"Aku pikir segala hal di dunia ini beresiko. Lagi pula, aku sudah tidak berminat. Aku heran, setelah bertengkar denganmu mengenai hal itu, tadi pagi aku juga bertengkar dengan laki-laki aneh, dengan permasalahan yang sama. Apakah seburuk itu aku? Bahkan orang yang tidak mengenalku saja sudah bisa menilai." Sunhee tersenyum sinis.

"Laki-laki? Siapa?" Tanya Yunhee. Pikirannya mulai dipenuhi dengan ketakutan akan kenyataan yang akan dihadapinya.

Sunhee mengangkat kedua bahunya, "Molla."

"Tapi sepertinya aku berubah pikiran. Aku akan tetap ingin mencobanya."

•••

Jimin memandang langit-langit kamarnya. Ucapan Ibunya masih terngiang-ngiang di telinganya.

"Eoh! Kau tidak ingat? Dia teman masa kecilmu. Kalian sering bermain bersama. Bahkan dulu kau selalu marah pada anak-anak lain jika mereka bersikap baik pada sunny." Nyonya Park bercerita dengan penuh antusias.

"Sunny si cengeng? Tentu aku mengingatnya." Jimin menjawab tanpa ragu.

"Sepertinya kalau tidak salah kau punya bekas luka di lenganmu, dulu kau pernah jatuh.. Ah, aku tidak begitu ingat, yang jelas itu ada hubungannya dengan Sunny." Nyonya Park tampak berpikir.

Jimin mengubah posisinya menjadi duduk dan besandar pada headboard.

Jimin mengarahkan tangannya untuk menggulung lengan bajunya sebelah kiri, untuk melihat apakah bekas itu masih ada atau tidak.

Perlahan kedua sudut bibirnya terangkat, "Tentu saja aku masih mengingatnya."

Perlahan memori itu terputar kembali di memorinya.

to be continued..

Hide and SeekWhere stories live. Discover now