5| Childhood

31 3 1
                                    

Seoul, 5 maret 2000.

Suara tawa anak-anak mendominasi di taman bermain.

Sejauh mata memandang, hanya ada anak-anak yang sibuk dengan permainan mereka. Mulai dari yang asik sendiri dengan kotak pasir hingga yang begerombol dengan sepeda.

"Lihat saja kau dasar anak sombong." Anak laki-laki itu tertawa jahat dan menambah kecepatan sepedanya.

Braakkk.

"Chimmyyyy-ah!" Seorang anak perempuan berteriak sambil menuruni sepedanya.

Anak laki-laki yang dipanggil Chimmy itu pun meringis kesakitan. Lengannya lecet akibat benturan batu di pinggir jalan.

"Bodoh! Mengapa kau menabrakku?" Teriak seorang anak laki-laki dengan kesal.

"Karena kau akan mencelakakan temanku!" Chimmy berteriak tidak mau kalah.

"Anak manja dan cengeng ini kau panggil teman?" Anak laki-laki itu sedikit berteriak sambil menunjuk seorang bocah perempuan yang baru saja datang sambil berlari kecil.

Anak perempuan itu pun kaget, "A-ada apa denganku?"

"S-sunny-ah, jangan dengarkan dia. Tutup saja telingamu." Bocah yang dipanggil Chimmy tadi pun mencoba meyakinkan Sunny.

"Aku tidak suka kau bermain bersama kami! Karenaku Chimmy tidak pernah bermain dengan kami lagi!" Ucap anak laki-laki berumur 5 tahun itu kemudian pergi begitu saja.

Melihat keributan itu, beberapa anak datang mengerumuni mereka.

"Sunny-ah! Pasti kau menyebabkan dia terluka lagi kan!" Teriak seorang diantara mereka.

Sunny menggeleng, "Aniya. Aku baru saja kemari ketika melihatnya terjatuh."

Dua anak lainnya ikut menyorakinya. Dan beberapa dari mereka menyalahkan Sunny.

"Sunny-ah kau selalu membuatnya terluka!"

Sunny celingak-celinguk berharap seseorang membelanya. Pasalnya, Sunny juga tidak terlalu mengenal mereka, dia tentu tidak tau letak kesalahannya dimana.

"Aku tidak melakukan apapun" Sunny akhirnya membuka suara.

"Tidak-tidak. Kalian pergi saja, aku terjatuh sendiri. Sunny tidak melakukan apapun." Chimmy perlahan bangkit sambil membersihkan tubuhnya.

Sejujurnya dalam benaknya dia juga tidak mengerti kenapa banyak orang yang tidak mau berteman dengan Sunny.

Paling tidak, di sinilah Chimmy bisa membuktikan sikap lelaki yang sesungguhnya. Sunny sama sekali tidak bersalah, dia harus melindunginya.

•••

Sore hari seperti biasa, taman di kompleks perumahan ini selalu di penuhi anak-anak.

Dua bocah laki-laki dan perempuan itu saling berkejaran.

"Sunny-ah! Kau harus menangkapku!" Teriak Chimmy sambil berlari menjauh.

"Ah kau curang! Larimu sangat cepat!" Sunny setengah berteriak sambil berusaha mengejarnya.

Chimmy terlihat tertawa penuh kemenangan sambil terus berlari.

Brukkk.

Lagi-lagi Chimmy terhempas ke tanah.

"Aduh" Bocah berumur 5 tahun itu meringis kesakitan melihat lututnya yang mengeluarkan darah.

"Sunny jahat!" Beberapa anak bersorak.

Sunny mematung di tempat. Dia tidak tau akan seperti ini jadinya. Padahal keinginannya tadi adalah menangkap Chimmy. Ketika melihat Chimmy berhenti sejenak beristirahat, Sunny menggunakannya sebagai kesempatan emas.

Namun keinginan tak selalu berjalan sesuai rencana. Sunny malah nyaris terpeleset dan menabrak tubuh Chimmy.

"Kau benar-benar jahat membuatnya terluka lagi." Anak perempuan itu meneriakinya.

Sunny yang masih berumur 4 tahun itupun menangis. Dia tidak mengerti mengapa sejak dulu anak-anak di lingkungannya tidak menyukainya.

"Sunny-ah, jangan menangis. Aku yang terluka mengapa kamu yang menangis?" Tanya Chimmy khawatir.

Sunny menggeleng, "A-apakah itu sakit?"

"Sedikit. Seperti ada yang menusuknya." Chimmy menatap luka kecil di lututnya.

"Apakah ada jarumnya? Ah bagaimana kita mengeluarkannya?" Tanya Sunny yang polos dengan nada khawatirnya.

Chimmy menggeleng, "Tidak kok. Sebentar lagi sakitnya juga akan hilang."

"Benarkah? Ah aku punya tissue! Aku bantu bersihin  darah yang menetes itu ya." Seru Sunny sambil merogoh sakunya.

•••

"Aku benar-benar tidak ingin bermain denganmu lagi!" Seru seorang anak perempuan lalu pergi meninggalkan Sunny seorang diri.

Sunny menunduk menatap sepatunya.

"Hei, ayo main denganku lagi!" Seseorang menepuk pundaknya.

Sunny menoleh, "C-chimmy, kau tidak takut akan terluka karenaku lagi?"

Chimmy menggeleng, "Tidak. Ayo kita bermain di sana saja. Tidak perlu mendengarkan mereka. Ayo kita bermain petak umpet."

Mereka akhirnya berjalan ke ujung taman.

"Aku yang jaga, pergilah bersembunyi!" Seru Chimmy.

Sunny mengangguk, wajahnya tampak sumringah. Dia lalu berlari kecil menuju tempat persembunyiannya begitu Chimmy mulai menghitung.

Chimmy sudah selesai menghitung. Sunny pun sudah siap di tempat persembunyiannya.

Tanpa menunggu lama, Chimmy langsung mengedarkan pandangan ke seluruh sudut taman sambil berjalan perlahan.

Lima belas menit berlalu Chimmy tak kunjung menemukan tempat persembunyian Sunny. Langit tampak mulai gelap, anak-anak perlahan mulai kembali ke rumah mereka masing-masing.

"Hei, Jimin! Ayo pulang. Ibu sudah mencarimu." Teriak seorang wanita yang merupakan asisten rumahtangga di keluarga Park.

Belum sempat Chimmy menjawab, Ahjuma itu telah menariknya untuk pulang.

Dari tempat persembunyiannya Sunny melihat Chimmy menjauh. Rasa takut mulai menghantuinya.  Sunny mendongakkan kepalanya, melihat langit mulai gelap.

Lima belas menit berlalu, Sunny masih tidak bergerak. Dia masih berharap Chimmy akan menemukannya. Entah apa yang membuatnya tidak berani beranjak dari tempatnya.

Tangisnya tiba-tiba pecah. Sunny benar-benar ketakutan. Langit sudah gelap sekarang. Sunny berharap Chimmy datang dan menemukannya secepatnya.

"Kau kenapa?" Suara seseorang membuat tangisnya terhenti.

Sunny tak menjawab, Dia masih diam di tempat sambil memandang anak laki-laki di hadapannya yang kira-kira 3 tahun lebih tua darinya.

"Rumahmu dimana? Ayo aku antar pulang." Anak laki-laki itu mengulurkan tangannya.

to be continued...

Hide and SeekWhere stories live. Discover now