Kencan 1

828 62 2
                                    

Karawang, 17 Maret 2019

***

Hari terbaikku adalah setiap hari dimana kamu berjalan di sampingku, menggenggam erat tanganku, menikmati hangatnya sinar mentari, dan lembutnya hembusan angin.

***

Maaf ini bukan Teo, ini bebepnya Author😂(Author kebanyakan ngayal😩)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maaf ini bukan Teo, ini bebepnya Author😂
(Author kebanyakan ngayal😩)

***


Setelah sidang kasus pembunuhan itu berakhir Salsa memutuskan untuk segera kembali ke rumah. Setelah mencari cari alasan agar bisa terlepas dari Teo tentu saja. Salsa merasa malang. Sangat malang. Baru saja kasus yang menyita energi itu usai, tapi ia malah diahadapakan paa kesepakatan bodohnya dengan Teo waktu itu. Apa lagi dedemit gila itu masih saja mengingatnya.

Untung saja dia bersedia pergi setelah Salsa berjanji untuk menemuinya lagi besok hari. Setidaknya malam ini Salsa bisa beristirahat dan bernapas dengan lega. Baru saja Salsa berbelok dan memasuki area komplek tempatnya tinggal, ia harus menepi karna ponsel yang ia simpan dalam saku blazernya itu berdering.

"Halo."

"Sal ini gawat."

"Apanya yang gawat Ra?"

"Om Hot nyuruh lo ke kantor sekarang juga."

"Aduh ada apa ya."

"Mana gue tahu, tapi kayaknya itu berhubungan sama sikap lo yang kontrofersial pas sidang tadi siang."

"Seius lo?"

"Mungkin."

"Ya udah gue ke sana sekarang."

Bip......

Dengan berat hati Salsa harus memutar balik mobilnya untuk kembali ke kantor. Sepanjang perjalanan sungguh ia benar benar tidak fokus. Pikiranya terus terpusat pada bosnya itu. Ia takut, sangat takut jika ia benar benar akan dipecat karna sikapnya pada persidanagn hari ini. Ya semua orang tahu bahwa seharusnya seorang pengacara membela klienya tapi Salsa malah mengungkap semua keburukan klienya, bukan tidak mungkin bahwa Bosnya itu akan memecatnya hari ini juga.

Secepat kilat Salsa melajukan mobilnya mencari jalan alternatif agar segera sampai di kantor. Dengan napas yang masih memburu, bukan karna lelah ia hanya tegang. Salsa sampai di depan kantornya memakirkan mobilnya lalu segera berlari menuju ruangan bosnya itu. Saat Salsa sampai di sana ia menghentikan langkahnya tepat di depan pintu. Ia merapikam bajunya seraya mengatur napas dan bersiap untuk kemungkinan terburuk.

Cklek...

Salsa membuka pintu ruangan berbahan kaca tebal itu, dan mendapati bosnya tengah duduk sambil mengetik sesuatu dalam laptopnya.

My Boyfriend is a GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang